8. Delapan

303 38 3
                                    

🤡🤡🤡

.

.

.

.

.

Tangan besar Ardan pun beralih ke belakang kepala Jessi untuk menahannya, saat kedua belah bibir mereka sudah saling beradu.

Namun saat Ardan hendak menghisap bibir berbalur lipstik warna merah itu, sang pemilik butik tiba-tiba datang dan menginterupsi ciuman mereka.

"Bagaimana pak? ap,,,,_" dia langsung membekap mulutnya dengan kedua tangannya, ketika dia melihat dua orang yang katanya atasan dan bawahan itu sedang berciuman.

Ardan dan Jessi langsung tersentak kaget, saat tiba-tiba suara pemilik butik itu terdengar sedang berbicara kepada mereka. Bahkan mereka dapat melihat dari sudut pandangannya, kalau tubuh pemilik butik itu sudah berdiri tak jauh dari mereka.

"Oh,, maafkan saya karena sudah mengganggu kegiatan kalian. Kalian teruskan saja, saya akan kembali lagi nanti." Ucapnya sambil membalikkan badannya ke arah sebaliknya.

Dan dengan kikuk serta rasa canggung, kini mereka berdua saling mundur beberapa langkah untuk saling menjauh. Kemudian Ardan berdehem terlebih dahulu sebelum mulai berbicara kepada pemilik butik itu.

"Ehem... Kau jangan kemana-mana." Ardan berjalan untuk menghampirinya. "Kami sudah selesai memilih, dan Aku menyukai bajunya. Aku akan mengambil baju yang sedang dipakai oleh Jessi saat ini. Dimana aku harus membayarnya?"

Ardan bertanya, sambil membenarkan dasi yang sebenarnya sudah tidak perlu di benarkan lagi, karena memang sudah rapi sedari awal.

Jessi pun tak kalah salah tingkahnya dengan Ardan. Berulang kali dia menyisipkan helaian rambutnya yang sebenarnya masih tetap tertata rapi itu.

Sejujurnya sang pemilik butik itu ingin menertawakan tingkah kikuk mereka berdua. Namun dia sekuat tenaga menahannya.

"Padahal mereka berdua sudah bukan remaja yang baru saja memasuki masa puber lagi, tapi kenapa tingkah mereka seperti itu? Ada-ada saja tingkah aneh orang jaman sekarang" Cibirnya dalam hati.

"Ah... Asisten saya akan membantu anda untuk menyelesaikan pembayarannya." Ucapnya sambil mengisyaratkan kepada asistennya agar menghampiri Ardan.

Setelah semuanya beres, Ardan dan Jessi pun keluar dari butik itu, dan bersamaan masuk kedalam mobil yang sudah menanti mereka, dengan suasana canggung yang sangat kentara.

Hingga membuat Pak supir yang duduk di samping Jessi, turut merasakan kecanggungan itu. Bahkan dia harus berdehem sekali untuk memecahkan suasana, sebelum dia mulai bertanya kepada mereka.

"Ehem... Apakah saya sudah bisa menjalankan mobilnya?" Tanyanya dengan sangat hati-hati.

"Ah ya, sudah pak! Kita langsung ke kantor ya!" Titah Ardan kepada supirnya.

"Baik pak." Setelah berkata demikian, sang supir pun langsung menjalankan mobil itu untuk meninggalkan parkiran butik.

.

Topeng (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang