23. Dua Puluh Tiga

381 47 45
                                    


🤡🤡🤡

.

.

.

.

.

Saat ini Taavi dan Rose sedang mengerjakan skripsi akhir mereka sambil mengobrol di sebuah Cafe yang terletak di sekitar kampus mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat ini Taavi dan Rose sedang mengerjakan skripsi akhir mereka sambil mengobrol di sebuah Cafe yang terletak di sekitar kampus mereka.

"Apa kau yakin dengan keputusanmu?" Rose menutup buku jurnal di depannya untuk fokus berbicara dengan Taavi yang masih sibuk berkutat dengan laptopnya.

Taavi hanya melirik pada Rose sekilas, sebelum kembali fokus menatap layar laptopnya. "Iya. Aku yakin."

"Apa kau tidak ingin mendiskusikannya terlebih dulu dengan keluargamu?" Kini wajah cantik Rose sudah dipenuhi oleh raut kecemasan. "Bagaimana tanggapan mereka jika mengetahui tentang semua ini?!" Suaranya sedikit meninggi Karena terbawa perasaan.

"Haaaaaah..." Taavi menghembuskan nafasnya panjang sebelum mulai menjawab pertanyaan dari Rose. "Mereka pasti akan mendukung setiap keputusan yang sudah aku buat. Jadi kau tenang saja."

"Tapi tetap saja..._"

"Sstt... Sudahlah. Jangan bahas hal ini lagi!" Nada bicara Taavi begitu tegas. Hingga tanpa sadar dia sudah membuat Rose terlonjak ketakutan.

"Keputusan ku sudah bulat Rose. Jadi aku tidak akan merubahnya lagi." Imbuhnya lagi sambil mematikan dan menutup laptopnya setelah selesai merevisi skripsinya.

"A-apa keputusanmu ini ada hubungannya dengan kak Ardan?" Setelah merasa Taavi tidak se-emosi tadi, Rose memberanikan diri untuk bertanya padanya sambil menatap lekat-lekat pada manik mata hitam legam milik Taavi.

Taavi hanya mengangkat alisnya untuk menanggapi pertanyaan dari Rose. Dia tak punya niatan untuk menjawabnya secara langsung.

Namun Rose sangat mengenalnya. Jadi meski Taavi tak ingin menjawab pertanyaannya, dari gestur tubuhnya saja, Taavi sudah menunjukkan semua jawabannya.

"Haaaaaah... Apa kau benar-benar tidak bisa melupakan kak Ardan?" Terdengar nada lelah dan frustasi dari setiap kata-kata yang Rose ucapkan.

"Tidak bisa!!!" Taavi menjawab dengan sangat tegas. Tak ada sedikitpun keraguan yang terselip di setiap kata-katanya.

Rose tersenyum kecut begitu mendengar jawaban dari Taavi. "Memang ya, seberapa besar pun perubahan yang terjadi padaku, selamanya kau tak akan pernah melihatku. Karena hanya ada kak Ardan dalam setiap kedipan matamu. Dan betapa bodohnya aku, yang masih tetap mencintaimu meski sudah mengetahui tentang kenyataan itu." Dan sayangnya Rose hanya bisa berkeluh-kesah dalam hati.

"Haaaaaah..." Setelah menghembuskan nafas panjang untuk kesekian kalinya, Rose kembali melanjutkan keluh-kesahnya. "Andai aku bisa memilih, aku tak ingin jatuh cinta padamu Taavi. Tapi aku bisa apa? Pesonamu terlalu kuat. Apalagi sekarang kau sudah berubah menjadi semakin manly Taavi. Hingga aura dominan yang menguar dari tubuhmu membuat semua orang yang mengenal mu seakan lupa, jika dulu kau pernah menyandang gelar pria submissive yang paling diincar seantero sekolah dan kampus."

Topeng (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang