10. Sepuluh

328 40 15
                                    

🤡🤡🤡

.

.

.

.

.

Setelah makan siang dengan Ardan dan Jonas, Taavi pamit kepada mereka untuk pulang terlebih dahulu.

Namun setelah dia keluar dari perusahaan itu, dia tidak langsung pulang ke rumahnya. Tapi dia malah pergi ke rumah Rose.

Kemudian dia mengajak Rose untuk pergi bersamanya. Awalnya Rose ingin menolak ajakan Taavi, karena masih banyak tugas yang harus dia selesaikan.

Namun setelah dia melihat wajah Taavi yang sedikit kacau, dia langsung mengikuti ajakannya.

"Sebenarnya kita mau kemana sih?"

Akhirnya Rose pun mulai bersuara, setelah sekian lama dia hanya diam sambil memperhatikan Taavi dan jalanan di depannya secara bergantian.

"Ke gym."

Taavi menjawab dengan pandangan mata yang masih fokus untuk menatap jalanan. Karena saat ini dia lah yang sedang menyetir.

Begitu mendapat jawaban seperti itu dari Taavi, Rose langsung menautkan kedua alisnya.

"Sejak kapan kau pergi ke gym? Aku tahu sih, sebenarnya kau memang tidak buruk di bidang olahraga, tapi Bukannya dari dulu kau hanya suka melukis dan kegiatan indoor lainnya? Kenapa sekarang kau malah mengajakku pergi ke gym?"

"Sudah hampir setahun ini aku mulai rutin nge-gym. Lagipula nge-gym kan kegiatan indoor juga. Itu berarti tidak ada yang berbeda dengan kesukaan ku yang biasanya kan?"

"Ah... Aku mengerti. Jadi kau mulai rutin nge-gym semenjak kak Ardan sibuk di perusahaan? Karena kau bosan sendirian?" Rose menelisik tajam pada wajah Taavi.

Taavi menoleh sekilas ke arah Rose sambil tersenyum miring, kemudian dia kembali fokus untuk menatap lurus ke depan.

Taavi menoleh sekilas ke arah Rose sambil tersenyum miring, kemudian dia kembali fokus untuk menatap lurus ke depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Itu hanya secuil alasan kecilnya. Karena kalau hanya untuk menghabiskan waktu tanpa kak Ardan, aku lebih suka melukis atau main game."

Untuk sekian detik, Rose melihat mata tajam Taavi nampak berkaca-kaca. Pandangannya memang masih menatap jalanan di depannya, tapi tatapannya kosong.

"Lalu, apa alasan terbesarnya?"

Rose masih tetap menatap tajam ke arah Taavi. Dia tak ingin melewatkan sekecil apapun perubahan yang terjadi pada raut wajah Taavi.

Topeng (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang