21. Dua Puluh Satu

392 52 62
                                    

🤡🤡🤡

.

.

.

.

.

Setelah beberapa hal tak terencana yang tiba-tiba menerpa, mereka bermain sepuasnya dengan menaiki berbagai wahana permainan yang Ardan inginkan.

Meski akan lebih tepat kalau dibilang hanya Ardan yang bersenang-senang sepuasnya. Karena Taavi hanya mengikuti kemanapun kaki Ardan melangkah seperti seekor anak anjing.

Meski demikian, hatinya benar-benar berpendar hangat saat melihat tawa lepas yang tersungging dari belah bibir tebal Ardan.

Setidaknya hari ini dia sudah berhasil membuat pujaan hatinya itu sepenuhnya melupakan rasa kesalnya pada Jonas dan Jessi yang terpaksa harus berpura-pura menjadi sepasang kekasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setidaknya hari ini dia sudah berhasil membuat pujaan hatinya itu sepenuhnya melupakan rasa kesalnya pada Jonas dan Jessi yang terpaksa harus berpura-pura menjadi sepasang kekasih.

Sebenarnya satu jam menjelang penutupan tempat itu, Taavi sudah mengajaknya pulang. Karena dia khawatir Ardan akan merasa kelelahan saat bekerja keesokan harinya. Namun benar saja dugaan Taavi. Ardan menolak ajakannya.

"Tidak mau!!!" Ardan masih bersikukuh dengan keinginannya untuk bermain sepuasnya sambil menyilangkan tangannya di depan dada.

"Apa kak Ardan tidak capek? Besok kan kau harus bekerja sayang... Ayolah kita pulang."

"Tidaaakkk... Aku masih ingin disini!! Lagipula tempatnya juga belum tutup kan?!"

"Astaga..." Taavi memegang kedua lengan Ardan dengan lembut. "Kenapa di saat-saat seperti ini kau selalu keras kepala sih Sayang? Ayolah... Kita pulang sekarang ya?"

"Aku belum ingin pulang Taavi!!" Ardan memalingkan mukanya ke arah lain.

Taavi pun mengusap-usap pelan lengan Ardan yang masih betah bersedekap. "Kemana perginya Javan Ardana Adiputra ya, seorang pria dominan yang menjadi incaran nomer satu di kampus dulu? Yang mendapatkan julukan playboy kampus."

Ardan langsung menoleh ke arah Taavi dengan bola mata terbelalak dan kedua alis yang saling bertautan.

"Kenapa tiba-tiba kau membahas tentang itu?!" Lubang hidung Ardan sampai kembang kempis karena merasa sangat kesal dengan ucapan Taavi.

"Apa kamu sadar? Seharian ini tingkahmu sangat bertolak belakang dengan image-mu saat itu sayang..." Taavi mencubit gemas ujung hidung Ardan.

Topeng (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang