12. Dua Belas

323 47 6
                                    

🤡🤡🤡

.

.

.

.

.

"Sayang, habis ini kita mau kemana?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sayang, habis ini kita mau kemana?"

Ardan bertanya kepada Jessi yang masih belum menghabiskan makanan di hadapannya.

Saat ini mereka berdua sedang ada di roof top sebuah restoran mewah, yang sengaja di booking oleh Ardan untuk merayakan hari jadian mereka.

"Hmmm... Saya rasa, sudah cukup semua yang telah bapak lakukan untuk saya hari ini. Lebih baik setelah ini kita pulang saja. Besok kan masih ada rapat yang harus bapak pimpin. Saya tidak ingin bapak kelelahan karena pulang terlalu larut malam." Jessi menjawab setelah meletakkan kembali sendok di tangannya ke atas meja.

Ardan langsung menatap penuh protes kepada Jessi. "Sayang... Kenapa kau masih memakai bahasa formal padaku? Sekarang ini kan kita sedang dinner sayang. Jadi jangan panggil aku bapak lagi. Biar kita tidak terlihat seperti dua orang klien yang sedang dinner dalam sebuah acara pertemuan bisnis."

"A-ah m-maaf. Saya masih belum terbiasa,,,_"

"Makanya harus langsung di biasakan mulai sekarang sayang." Ardan langsung memotong omongan Jessi.

"Tidak bisa langsung seperti itu pak. Saya takut ini akan menjadi kebiasaan baru untuk saya. Nanti bagaimana jadinya, kalau tanpa sadar saya jadi memakai bahasa informal saat kita sedang berada di kantor, dan di hadapan semua orang?" Jessi berbicara dengan mimik wajah yang sangat serius.

"Ya tidak apa-apa Sayang. Akan ku umumkan pada semua orang kalau kamu adalah pacarku. Jadi mereka tidak akan berani bicara macam-macam lagi padamu."

"Tidak! Bukankah tadi kita sudah membahasnya saat masih di rumah, kalau untuk sementara waktu, kita jalani hubungan ini dengan backstreet dulu?"

Jessi menggenggam kedua tangan Ardan yang terbebas di atas meja, untuk membuatnya supaya bisa lebih memahami lagi ketakutan yang Jessi alami saat ini.

"Huuuuuuft... Ya sudah. Terserah kamu saja." Akhirnya Ardan hanya bisa pasrah menerima keputusan Jessi, sambil menekuk dalam wajahnya.

Jessi yang menyadari kalau saat ini Ardan sedang bete, berinisiatif untuk memberinya sebuah ciuman. Jadi setelah dia berdiri di samping Ardan, dia langsung membungkuk dan mencium pipi Ardan sekilas.

Topeng (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang