24. Dua Puluh Empat

465 51 63
                                    

🤡🤡🤡

.

.

.

.

.

Ardan nampak shock setelah mendengar penjelasan dari Jessi. Dia ingin menyangkalnya habis-habisan. Namun bibirnya seolah terkunci rapat. Meski dia sendiri tidak mengerti, apa yang menguncinya.

Selama dalam perjalanan pulang dari restoran, mengantarkan Jessi pulang ke rumahnya, hingga Ardan sampai di rumahnya sendiri, bahkan sampai setelah beberapa hari berlalu pun, kalimat-kalimat yang Jessi lontarkan kepadanya terus saja terngiang-ngiang seakan menghantui di setiap hari-harinya.

"Aaarrgghhh!!" Ardan mengusap wajahnya dengan frustasi. "Apa semuanya memang terlihat sejelas itu?! Masa sih aku dan Taavi...?! Aaarrgghhh...!! Ini semua karena Jessi!! Harusnya dia jangan mengatakan semua itu padaku...!! Gara-gara omongannya, aku jadi over thinking kan?!"

"Memang apa yang Jessi katakan Bro?" Jonas yang baru masuk kedalam ruangannya bertanya pada Ardan yang penampilannya terlihat cukup berantakan.

Rambutnya tidak Serapi biasanya, berkas-berkas di depannya berserakan saling tumpang tindih tak beraturan, wajahnya juga kusam dan terdapat kantong mata yang terlihat jelas. Sepertinya karena dia kurang tidur.

"Astaga!!! Kau mengagetkan aku saja Jonas!!!" Ardan mengelus-elus dadanya yang berdegup sangat kencang karena terkejut dengan kedatangan Jonas.

Jonas mengangkat sebelah alisnya. "Memangnya kau kira aku siapa? Mana ada orang yang berani langsung masuk kedalam ruanganmu tanpa mengetuk pintu terlebih dulu."

"Ada. Jessi dan Taavi." Ardan menjawab dalam hati.

"Bukan itu masalahnya. Aku tidak mendengar suara ketukan kakimu ataupun suara saat kau membuka pintu. Tapi tiba-tiba aku mendengar suaramu saat aku sedang berbicara sendiri. Siapa yang tidak kaget kalau seperti itu, hah?!"

Tanpa ba-bi-bu, Jonas yang sudah sampai di depan Ardan langsung mendudukkan dirinya di sofa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanpa ba-bi-bu, Jonas yang sudah sampai di depan Ardan langsung mendudukkan dirinya di sofa. "Ya ya." Lalu dia diam sejenak karena teringat sesuatu. "Ah... Selain aku, Palingan juga Taavi yang bisa berbuat begitu. Meski sepertinya akhir-akhir ini dia sedikit berubah sih."

"Berubah? Berubah gimana maksudnya?"

"Sekarang dia sering menolak kalau dibelikan baju yang lucu-lucu sama Mama. Jadi kadang Mama gak bilang-bilang dulu kalau mau membelikannya sesuatu."

"Mungkin Taavi hanya bosan dan ingin merubah penampilannya. Siapa tahu kan, akhirnya dia ingin menjadi seperti dirimu yang tubuhnya otot semua."

Jonas langsung menegakkan punggungnya. "Hah! Kau benar juga! Aku baru ingat Bro. Ternyata Taavi rutin nge-gym!"

Topeng (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang