15. Lima Belas

534 57 56
                                    

🤡🤡🤡

.

.

.

.

.

WARNING : Please,,, Bagi yang menjalankan ibadah puasa, jangan baca ini siang-siang ya.

Karena terdapat adegan kekerasan, berdarah-darah dan takutnya malah menimbulkan perasaan tidak nyaman.

.

.

.

.

.

Taavi terpaksa memacu mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke perusahaan keluarga mereka, karena kondisi jalanan yang masih di padati oleh kendaraan umum dan juga kendaraan pribadi dari para pekerja yang baru saja pulang dari tempat kerjanya masing-masing.

Dia bernafas sangat lega saat mendapatkan jawaban dari petugas security perusahaan, bahwa Ardan memang masih berada disana.

Setidaknya perjalanannya yang hampir memakan waktu satu jam lebih itu tidak terbuang sia-sia.

Dia terus berjalan santai sambil bersiul siul kecil di sepanjang perjalanannya menuju ke ruangan Ardan.

Begitu dia menginjakkan kakinya di lorong yang terhubung langsung dengan ruangan Ardan, dia segera menghentikan siulannya dan berjalan dengan sedikit mengendap-endap agar tidak menimbulkan suara ketukan kaki, karena dia ingin membuat Ardan terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba itu.

Dia membuka pintu ruangan kerja Ardan yang ternyata tidak di kunci dengan sangat perlahan.

"Ahhhnn... Ahhhnn... Ahhhnn.."

"Sshhhh..."

Namun apa ini? Begitu dia menginjakkan kakinya masuk kedalam ruangan kerja Ardan, bukannya wajah terkejut Ardan yang menyambutnya.

Tapi suara desahan dan desisan yang saling bertautan lah yang malah menyambut kedatangannya.

Tangan Taavi menggenggam gagang pintu itu dengan sangat erat sampai buku-buku jarinya memutih, saat dia meyakini bahwa salah satu dari suara itu adalah suara milik Ardan, orang yang sangat dia cintai belasan tahun ini.

Kini perasaan amarah dan cemburu telah bercampur baur memenuhi dirinya, hingga membuat otaknya tak ingin berfungsi dengan baik lagi, saat dia membayangkan Ardan sedang bercinta dengan orang lain.

"Kak Ardan!!!" Taavi berteriak sekencang-kencangnya agar Ardan dapat mendengar suaranya dengan sangat jelas.

Brak.....

Dia membiarkan dan mendorong dengan kasar pintu di belakangnya sampai menutup sendiri dengan suara gebrakan yang sangat kencang.

Kini suara-suara erotis yang terdengar di telinganya tadi sudah tidak ada lagi dan malah berganti dengan suara grasak-grusuk yang Taavi yakini adalah suara pergerakan Ardan dan Jessi yang sedang tergopoh-gopoh karena kehadiran dirinya.

Yah, Taavi sudah bisa menebaknya, siapa lagi yang akan bercinta dengan Ardan kalau bukan Jessi? Apalagi mereka bercinta di kantornya seperti ini.

Dia berjalan lurus ke arah kamar rahasia yang berada di ruangan Ardan, Taavi tak habis pikir, kenapa Ardan begitu nekat sampai membawa orang itu untuk bercinta dengannya di ruangan itu.

Topeng (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang