Lean on me

2K 177 8
                                    

Part ini agak serius dan slow burn. It might be relatable for some people.

Hope y'all enjoy reading this story ^_^


























Setelah makan malam di restoran hotel, Jeno dan Mark lanjut mengobrol di bar hotel atau lebih tepatnya Mark yang berbicara lebih banyak dan Jeno yang merespon seperlunya, mendengarkan dengan baik.

Mark yang memang mudah akrab dan suka bercerita, menceritakan semua hal pada Jeno selagi Ia meminum cocktail nya.

"Kamu berapa bersaudara Jen? "

"Gak punya saudara tapi ada sepupu. Namanya Chenle"

"Oh anaknya Om Jinki ya yang dokter itu"

"Hmm"

"Tell me about yourself, dong. " Pinta Mark

"Gak ada yang perlu diceritain" Geleng Jeno

"Oh really? How about your past in your SHS? " Tanya Mark

"Ya gitu. Punya temen Jaemin Haechan. Berangkat sekolah, les, main basket, pulang. "

"Eh kamu suka basket? Aku juga dong. " Ujar Mark dengan antusias

"Gak begitu jago. Aku lebih suka nge game. " Jawab Jeno

"Oh I see~" Ucap Mark

"Oh ya, may I ask? " Tanya Mark

"You already asked" Jawab Jeno

"Ish gitu. No. Aku nanya lagi deh. Since when did you smoke? "

Jeno tertawa dengan smirk 😏

"Mau tau aja atau mau tau banget? "

"Mau tau banget"

"Kepo"

"Ish ya udah kalau gak mau jawab"

Ujar Mark sambil bersidekap dada.

"Sejak Mama meninggal. Aku ngerasa kosong."

Ujar Jeno akhirnya menjawab meskipun tidak terlalu spesifik.

"I'm so sorry" Ucap Mark bersimpati

"Dah lama. Pas smp kelas 3" Tambah Jeno lagi.

"So, you're living with your dad only or? ----"

"Ya bokap belum nikah lagi. " Jawab Jeno lagi.

"Ha you're lucky. My dad married again after he divorced with my mom" Ujar Mark dengan nada sedih dan mata yang berkaca-kaca.

Jeno melihat Mark menitikkan air matanya.

"Our life is ruined because he's cheating on my mom" Curhat Mark yang akhirnya menangis.

"My mom was really sad, like she's really really broke down because of him." Lanjut Mark

Jeno yang biasa melihat Mark tertawa dan tersenyum, seketika merasa tertampar melihat Mark yang menangis namun masih berusaha terlihat tersenyum dengan wajah yang memerah.

"Brengsek" Umpat Jeno

"Yes, indeed he's bastard" Mark mengiyakan umpatan Jeno sambil terus mengusap air matanya yang mengalir di pipinya.

"Am I too dramatic? Like every time I remember that, I always want to cry. " Ujar Mark tambah menangis lagi

Jeno melihat Mark yang makin menangis, langsung memeluk Mark mengusap bahunya menenangkan.

Give LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang