Pemakaman Lize sangat sederhana.
Orang-orang yang datang ke pemakamannya hanya sedikit, tidak termasuk juga Bern dan Lillian. Hanya ada beberapa selir seperti Yerena dan Yulia, tentu mereka datang hanya untuk menunjukkan kesopanan atau menghindari kecurigaan saja.
Tidak ada yang meratapi kematiannya. Mungkin Kaisar melakukannya, tetapi kebenarannya tidak diketahui. Sezh mendengar dari Kaen bahwa Kaisar datang dengan tubuh lemahnya tadi pagi.
"....."
Sezh berjongkok sendirian di belakang istana Lize. Meski tetesan hujan musim dingin jatuh memercik di ujung gaunnya, tetapi Sezh tetap tidak bergerak, dia hanya menatap tanah dengan linglung.
'Apakah anda ... Apakah kamu meminumnya? Anda tidak melakukannya, kan?' (Sezh : bab 91)
'Tidak, aku tidak meminumnya.' (Lize : bab 91)
"Padahal dia dengan jelas mengatakan itu... dan ekspresinya juga sama seperti biasanya..."
Kalau begitu, sudah jelas bahwa : Lize meminum racunnya setelah Sezh pergi.
Tapi...
'Minuman yang diberikan ibu saya pada anda ... Yang mana, yang mana itu? Saya harus membawanya. Jadi... ' (Sezh : bab 91)
Lize memberinya botol. Botol biru dengan aroma asam dan anggur merah yang berputar-putar di dalamnya yang Sezh ingat dengan jelas.
Sezh tidak bisa mengerti.
'Putri, aku ... akan memberitahumu sebuah rahasia.' (Lize : bab 91)
'Sebuah rahasia?' (Sezh : bab 91)
'Ya. Jika sang Putri mengizinkannya.' (Lize : bab 91)
...Dan kata-kata terakhir yang Lize katakan padanya.
Sezh menggelengkan kepalanya, dan dia melihat ke langit yang tertutup awan gelap yang menumpahkan hujan.
"Pada akhirnya, aku... tidak bisa mengubah apapun."
Sezh tidak tahu mengapa semuanya berubah seperti ini. Tetapi satu hal yang pasti : masa depan tidak akan berubah. Dan Sezh tidak punya pilihan selain menerima kenyataan itu. Prosesnya sedikit berbeda, tetapi hasilnya tidak berubah. Luna akhirnya tertabrak gerobak lalu mati, dan Lize juga dibunuh oleh Yerena.
Dan sekarang, yang tersisa hanyalah...
"Sezh."
Sezh melihat ke suara yang tiba-tiba itu.
"Di sini ... Apa yang kau lakukan di sini?"
Raytan berjalan mendekat dan menutupi punggung Sezh dengan jubah yang dikenakannya. Itu adalah jubah yang Sezh berikan sebagai hadiah beberapa waktu lalu. Sezh menggenggam jubah itu sebentar, lalu menatap Raytan.
Raytan memiliki ekspresi yang sama seperti biasanya.Dia tidak terlihat sedih seperti yang Sezh lakukan ketika Luna meninggal, Raytan juga tidak meneteskan air matanya. Hanya saja... wajah Raytan terlihat lebih dingin dari biasanya.
"Jangan seperti ini. Kembalilah ke istanamu. Ini akan menjadi masalah jika kau masuk angin."
"...Kakak."
"Apa?"
Raytan menatapnya, tetapi Sezh, yang tidak bisa mengumpulkan keberanian untuk mengucapkan kata-katanya, menggigit bibir bawahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tyrant's Beloved Doll (Drop)
RomanceDari BAB 38 (Webnovel Terjemahan Korea) Untuk bab sebelumnya silakan dicari ya. Author(s) : Baek Yi Dam Artist(s) : Anz # terjemahan ini tidak 100% akurat # # sebagian terjemahan diedit dengan kata-kata sendiri #