Sudah larut malam ketika Kaisar memberi Sezh izin untuk berkunjung.
Sezh berpikir akan lebih baik jika dia melakukannya di siang hari, tetapi dia juga bertanya-tanya mengapa justru Kaisar tiba-tiba memberikannya izin pada malam hari seperti ini.
Dalam beberapa hari terakhir, kesehatan Kaisar sangat menurun: Sezh telah mendengar bahwa Kaisar bahkan tidak bisa bergerak dengan benar sekarang.
Seseorang mengatakan bahwa kematian Lize berdampak buruk padanya, dan mendengar itu membuat Sezh merenungkan sesuatu : Ketika dia yang meninggal, tidak ada yang akan terganggu atas kematiannya seperti ini.
Tatapan Sezh tiba-tiba terpaku pada jendela lorong.
Langit tampak bersih dari awan malam itu. Dia bisa menyaksikan bulan purnama yang bercahaya.
Warnanya semerah darah
....Seperti mata Raytan.
Dan entah bagaimana, Sezh tidak tahu ... tapi dia merasakan sesuatu yang jahat tentang itu.
"Putri, tolong berjalanlah dengan hati-hati karena lorongnya sangat gelap..." kata Kaen cemas dengan lampu di tangannya.
Sezh mengangguk dan mengikutinya. Kaen menatap Sezh yang mendekat.
Dia tersenyum lembut dan membuka bibirnya, "Rambut anda berantakan, Putri."
Kaen meletakkan lampu di lantai, lalu dia mengeluarkan pita merah muda dari sakunya.
"Saya tidak berpikir ke depan. Saya seharusnya menyiapkannya dengan lebih baik."
"Tidak, memang ini sudah lewat waktu bagi kita untuk tidur. Kau juga tidak tahu bahwa Yang Mulia akan memberikan izin begitu tiba-tiba, kan?"
"Kalau begitu saya akan mengikatkanya." Kaen mendekati Sezh lalu mengikat rambutnya."Tapi saya benar-benar tidak menyangka, kalau Yang Mulia akan memberikan izin pada jam selarut ini."
"Tapi aku rasa... Mungkin lebih baik untukku bertemu Yang Mulia larut malam seperti ini, karena dengan begini, setidaknya aku tidak akan bertemu dengan Kak Bern, Kak Lillian, ibu, atau Lady Yulia...."
"....."
"Karena jika kami bertemu satu sama lain, aku akan—"
"Putri, rambut anda akhirnya selesai."
Kaen memotong kata-kata Sezh dengan sedikit tergesa-gesa. Dia merasa sedih, karena Sezh mengetahui fakta seperti itu.
"Yang Mulia pasti akan memperhatikan kecantikan anda. Anda terlihat seperti peri."
Alih-alih menjawab, Sezh hanya mengutak-atik pita merah muda yang mengikat rambutnya. Dia tidak memiliki pemikiran seperti itu sama sekali. Karena mungkin, Kaisar bahkan tidak mengenalinya.
"Aku akan memegang tanganmu. Karena mungkin aku akan terjatuh."
Ketegangan di wajah Sezh saat dia berjalan sambil memegang tangan Kaen meningkat dalam sekejap.
'Kapan ... terakhir kali aku melihat Yang Mulia?'
Sezh mencari melalui ingatannya, tetapi tidak ada yang muncul. Sezh, yang selalu diperlakukan seperti makanan dingin, belum pernah bertemu Kaisar dengan cara ini, dia juga tidak bisa pergi ke acara yang dia hadiri di Istana Kekaisaran.
Tidak seperti Bern dan Lillian, yang sesekali makan atau menghabiskan waktu minum teh dengan Kaisar, keintiman seperti itu adalah kemewahan yang tidak pernah boleh dirasakan oleh Sezh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tyrant's Beloved Doll (Drop)
RomansaDari BAB 38 (Webnovel Terjemahan Korea) Untuk bab sebelumnya silakan dicari ya. Author(s) : Baek Yi Dam Artist(s) : Anz # terjemahan ini tidak 100% akurat # # sebagian terjemahan diedit dengan kata-kata sendiri #