Bagian 17 : Tempat baru

747 55 0
                                    

Chapter 17

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 17

#

"Akan lebih baik jika Grace tinggal di rumah saya saja, kalian tau para warga tidak akan membiarkan pasangan yang hanya pacaran tinggal bersama."

Ucapan tadi terus terngiang jelas ditelinga Grace. Benar, akan lebih baik mereka terpisah saja walaupun dia sebenarnya lebih enak seperti ini apalagi lelaki itu senang mengomentarinya ini itu tetap saja, masakan Ando memang yang terbaik hanya saja Grace gengsi untuk mengatakannya secara langsung seperti saat pertama kali melakukan syuting di restoran Ando dahulu.

Koper di dorong perlahan ketika keluar dari kamar kontrakan Ando. Wanita tua itu memancarkan senyum ramah bersama Ando yang terus menatap Grace dari atas sampai bawah. Tidak papa hanya saja dia sudah terbiasa dengan hadirnya Grace. Ando berdehem mengalihkan pandangannya.

"Dasar anak muda. kalian tidak akan Pergi jauh masih bisa bertemu kapanpun. Lebih baik kalian menikah saja sec---"

"Tidak. Kita gak ada hubungan apa-apa," sanggah Ando cepat. Dia pernah gagal menikah bersama Saskia soal pernikahan, dia harus pikirkan hal itu matang-matang, memang benar adanya bila pasangan juga menentukan kebahagiaan jangka panjang.

"Emang siapa yang mau menikah dengan pria kolot, perhitungan, pelit, skip-skip..." Timpal Grace pelan namun, masih bisa didengar oleh kedua orang yang tengah duduk pada karpet diruang utama sedangkan Ando sibuk mengotak-atik kipas angin usang milik Nenek Ratna tadi. Ando menoleh menghentikan aktivitasnya sejenak seraya melemparkan tatapan jengah. Enak saja Grace menyebutnya kolot!

"Cewek yang bisanya minta, nyusahin orang, miskin, sombong, tidak bisa melakukan pekerjaan dengan benar. Saya emang mau sama kamu?" Balas Ando tak kalah sengit. Pandangan Ando menunduk kembali pada pekerjaannya. Wanita tua itu tertawa mendengar pertengkaran sepasang manusia itu.

Grace mengambil ancang-ancang hendak melemparkan koper yang dibawanya jika saja Nenek Ratna tidak langsung melerai sudah pasti koper besar Grace melayang mengenai lelaki yang menghiasi hari-hari Grace kebelakang, entahlah dia juga tidak tahan mendengar pertanyaan pria itu, tidak ada habisnya membuat Grace ingin mencakarnya langsung.

"Sudah-sudah, ayo Grace!" Ajak Nenek Ratna pelan-pelan beranjak dengan posisi membungkuk menghampiri Grace. Maklum sudah berumur tidak bisa diharapkan lagi kakinya yang terkadang terasa sakit.

"Grace. Jangan lupa hutang kamu bunganya makin numpuk,"

"Hey. Nyebelin banget pake bahas itu segala!" Marah Grace sekaligus kesal bisa-bisanya membahas hutangnya dihadapan orang lain sungguh memalukan. Ando terkekeh menatap punggung gadis itu yang berlalu pergi bersama mantan pengasuhnya dahulu. Senyum manisnya seketika surut, berganti dengan rasa tak rela. Apakah Grace dia akan betah di sana?

'''

Wanita tua itu lebih dahulu membukakan pintu rumahnya yang nampak sepi, seperti biasa mereka sibuk-sibuk dengan pekerjaan masing-masing. begitu juga, cucunya yang masih berada di sekolah sedangkan adiknya Carla bersama ibunya mungkin sedang pergi ke sawah miliknya. Dia memang memiliki sejumlah sawah peninggalan almarhum suaminya yang lebih dulu telah meninggalkannya beberapa tahun lalu. Begitu juga rumah yang dia tempati sekarang dengan anak juga cucunya.

TARGET MBAK GRACE! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang