Bagian 16 : ketahuan

789 56 2
                                    

Chapter 16

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 16

#

"Ini semua bawa kedalam," perintah Ando membawa kantong belanja tadi hasil dari supermarket. Muka tak santai Grace tunjukan, yang benar saja keresek ini terlalu besar dan berat untuk seorang wanita. Apa gunanya ada lelaki disampingnya jika begini?

Ando kembali menyodorkan kantong belanjanya pada Grace. Yang langsung diterima secara terpaksa. Dia tau diri harus adanya umpan balik, mentang-mentang sudah membelikan apa yang dia inginkan. Sekarang malah seenaknya menyuruhnya ini itu. Ando kembali menuju sepedanya bersama Grace dalam boncengannya. Lelaki itu mengayuh sepeda untuk kembali ke rumah, jika tidak sudah pasti Grace akan meminta hal yang aneh lagi padanya.

Sesampai didepan kontrakan bertingkat tempat mereka berteduh. Grace membawa kantong belanjanya pergi lebih dulu, bukan tanpa alasan dia hanya tidak mood untuk berdebat kembali. Lebih enak bila langsung bersantai bersama segelas teh panas, lari pagi tadi cukup melelahkan. Grace berlari menaiki tangga menuju pintu paling ujung kontrakan lalu membuka kunci pintu yang diberikan chef itu. Ando menatap Grace seraya menghela napas, masih heran dengan takdir yang malah mempersatukannya dengan cara tidak terduga. Setelah sepedanya terparkir rapih barulah menuju rumahnya kembali, hari ini dia libur bekerja, tidak tau apa yang dia lakukan.

Pintu yang sedikit usang Ando buka, nyatanya wanita itu sudah menghempaskan tubuhnya pada karpet ruang utama. Kantong belanjaannya saja masih berdiri di samping Grace. Entah sudah berapa kali Ando menghela napas dengan kelakuan wanita pemalas itu. Jika saja dia memilih menendangnya dari rumah ini mungkin tidak akan se-merepotkan sekarang. Ando mengangkut kantong belanjaan tadi, kaki jahilnya menendang kaki Grace yang terlentang santai di atas karpet. Sudah baik dia belikan perawatan kulitnya itu malah dibalas seperti ini? Tidakkah dia malu?

"Auu... Biasa aja bisa gak!" Pekik Grace kepalanya mendongak dari posisi awalnya menenggelamkan wajahnya pada bantal kecil. Ando tak menjawab, hanya sibuk menata ulang bahan-bahan yang dia beli tadi. Satu persatu penyedap masakan di masukan kedalam toples khusus bumbu-bumbu dapur.

"Mas Ando. Nyalain hotspot sebentar," titah Grace pandangan serta lengannya tidak pada ponsel miliknya dengan posisi Tengkurap. Ando tak menghiraukan wanita itu, kebiasaan semua saja dia turuti sampai-sampai wanita ini lupa untuk berbalas budi. Bunyi decakan terdengar jelas dari bibir manis Grace seraya mengotak-atik ponselnya yang entah untuk apa tapi yang jelas pulsa atau kuotanya tengah sekarat.

"Medit tetap medit!" Kata yang Grace lontarkan sangat pelan namun, telinga tajam Ando masih bisa mendengarnya. Dengan langkah gontai Grace beranjak dari tempatnya menuju kamar mandi yang berdekatan langsung dengan dapur, karena kontrakan ini tidak terlalu luas, jadi tidak heran dengan dapur dan toilet yang bersebelahan. Pintu kamar mandi sengaja ditutup keras, orang asing saja bisa menyimpulkan wanita itu sedang marah.

"Pelit?" ulangnya, hampir saja Ando berbalik melemparkan toples bumbu yang dia pegangan agar tepat mengenai bibir pedas Grace. Tahan Ando! Dia harus sabar itung-itung beramal, mau diusir tapi tetap saja akan balik lagi dengan dalih tidak punya tujuan lain. Lucu memang, sampai dia ingin cakar wajah songong nya itu.

TARGET MBAK GRACE! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang