Bagian 37 : Buket Bunga

893 62 14
                                    

Chapter 37

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 37

#

Lelaki berkaos putih menunggu seorang gadis mendatanginya di salah satu restoran sederhana di ujung jalan. Setelah dia berupaya mengirimkan buket bunga pada seorang selebriti bernama Grace. Dengan penuh keyakinan, Ando menunggu datangnya Grace bahkan, segalanya dia persiapkan sebaik mungkin. Nyatanya rasa rindu sudah menjalar pada dirinya namun tak ada jawaban apapun dari Grace, dia seakan menghindarinya tanpa sebab yang jelas.

Ando menatap arloji di lengan kirinya, pandangan menelusuri seisi restoran itu. Tidak ada tanda-tanda seseorang akan mencari ataupun mendatanginya. Dia tidak tau apa yang terjadi hingga Grace sama sekali tidak mau menghubunginya lagi. Sudah hampir berjam-jam dia menunggu bahkan sang pramusaji tak henti-hentinya menanyakan pesanan. Ada apa dengan Grace? Padahal dia tidak pernah mencoba meninggalkannya, menghubungi nenek Ratna percuma saja tak ada hasilnya sama sekali.

Setahun setelahnya Ando, dia masih sempat menunggu Grace di restoran ini. Tak lupa dia sering Mengirimkannya buket bunga merah hanya untuknya. semuanya sudah sampai ke tangan Grace, entahlah mengapa gadis itu tak menjawabnya dan malah membuangnya. Mereka benar-benar hilang kontak sampai saat ini, tanpa kabar yang jelas. Sulit rasanya bisa bertemu lagi dengan Grace. Hari-harinya hanya di isi oleh bekerja, jika dahulu dia memiliki banyak waktu sesuka hati tapi kali ini mencari hari libur saja susah, dia rasa sebanding dengan penghasilan yang dia akan dapatkan.

Ando mengerti mengapa Grace sangat sulit di temui ataupun di hubungi sama sekali. Mungkin dia saja tidak pernah update berita selebriti atau menonton televisi, ternyata kekasihnya itu ralat mereka bahkan belum meresmikan hubungannya, Grace baru saja aktif kembali di media sosialnya setelah hampir setahun hidup merakyat. Makin sulit saja mereka bertemu sekarang, dia bahkan belum secara benar menyatakan perasaannya. Bisakah dia bertemu dengannya lagi?

Dia kembali menghela napas setelah melihat jadwal yang disodorkan sekretarisnya ada saja rapat yang harus dirinya hadiri. Ando yang kini ber-aura bos besar kemeja putih, dasi dan jas hitam kantor serta rambut klimis terlihat sangat rapih tidak ada lagi Ando yang lusuh sehabis bekerja di ladang milik warga desa. Mau bagaimana lagi, beginilah dirinya yang sebenarnya sudah jadi tanggung jawabnya mengurusi seluruh perusahaan kakeknya sementara ayahnya sendiri seorang pengacara. Dia memasuki ruang rapat itu. Dalam sekejap seluruh karyawan yang berada di sana tertuju pada sang bos, Ando tidak galak hanya terkadang dia tegas bila ada pekerjaan tidak melakukan tugasnya asal-asalan.

"Siang, pak!" Sapa mereka sedikit menundukkan kepalanya. Ando tersenyum kecil lalu duduk di salah satu bangku kebesarannya. Mereka memulai rapatnya.

"Saya akan jelaskan potensi produk ini. Cita rasa lokal akan membuat para konsumen tertarik mencoba apalagi  banyak kuliner-kuliner daerah yang bisa kita coba masukan kedalamnya..." Kata seorang karyawan menjelaskan sebuah produk barunya pada semua rekan kerja dan pimpinan mereka yang hadir dalam satu ruangan yang sama. Ando memperhatikan setiap perkataan lelaki di hadapannya walaupun pikirannya masih seputar buket bunga yang dia ingin kirimkan pada Grace.

TARGET MBAK GRACE! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang