Chapter 35
#
Pria tua dengan tongkat kayu yang membantunya berjalan memasuki kediaman mewahnya selepas mengunjungi perusahaan miliknya. Yang dirinya rintis dari kecil hingga sebesar sekarang tak mudah memang mendapat semua harta kekayaan ini. Sesaat dia memegangi dadanya rasa nyeri seketika menjalar keseluruhan tubuhnya, sebisa mungkin dia bertahan namun nyatanya rasa sakit tak tertahankan ini tak bisa membantunya untuk bertahan lebih lama. Seketika seluruh tubuhnya tumbang sayup-sayup mendengar seseorang berteriak sebelum matanya benar-benar terpejam.
"Pimpinan!" Teriak beberapa orang berbaju hitam itu mengerubunginya.
Bunyi ambulan berhenti tepat disalah satu rumah sakit swasta tempat para orang-orang sakit berkumpul. Seorang berbaju putih itu segera mendorong brankar rumah sakit itu memasuki ruang gawat darurat. Diikuti seorang wanita paru baya, yang di ketahui anak semata wayangnya dengan wajah cemas mengikuti sang ayah kemana akan dibawa. Dengan wajah gusar dan cemas wanita itu berdiri putus asa di depan ruang gawat darurat, dia tidak mau kehilangan ayah tercinta sudah cukup dirinya terpukul dengan anak kesayangannya meninggalkan rumah, dan belum kembali sampai sekarang.
Para perawat mulai hilir mudik membawa berbagai alat. Tidak ada cara lain selain operasi demi keselamatannya pria tua itu. Ditemani sang suami, wanita itu tak kuasa menangis seraya berdo'a agar tuhan memberikan kesembuhan pada ayahnya seperti dia kala. Berjam-jam lamanya operasi berlangsung lama, namun tak kunjung mendapat kabar dia masih berharap operasi akan berjalan lancar.
Pria berbaju hitam berdiri di tempat tuannya berada berharap pria tua yanh selama beberapa tahun menjadi majikannya itu bisa sembuh. Dia merogoh saku celana, alangkah baiknya jika cucunya tau kondisi kakeknya yang sebenarnya. Walaupun sesungguhnya dia ragu apalagi sang anak mungkin tidak akan mengijinkannya mengabari Ando. Dia bimbang dengan pilihannya, kasihan bila cucu yang paling dia sayangi itu tidak tau, entah bagaimana jadinya jika Ando mengetahuinya padahal baru dua hari yang lalu mereka bertemu seraya mengobrol bersama seperti tak akan terjadi apapun.
"Saya permisi sebentar nyonya-tuan!" Pamit pria yang setia mendampingi pria itu apapun dan kemanapun dia pergi. Dia menekan tombol hijau lalu menaruh ponselnya pada telinga, di ikuti bunyi seorang wanita tua menjawabnya.
Setelah pria itu kembali dari acara menelpon orang terdekat Ando itu, dia terdiam sejenak saat kedua atasannya itu menangis sejadi-jadinya begitu mengetahui kabar buruk sang kakek darinya. Operasinya memang berjalan lancar dan sukses akan tetapi tetap saja kekhawatiran masih menghantui mereka apalagi ayahnya memang sudah tak lagi muda.
"Operasi berjalan lancar," kata Tuan Yudistira pada pria itu masih tetap memeluk sang istri agar tetap tenang. Dia menghela napas, untung apa yang dirinya pikirnya tidak terjadi.
'''
"Pesanan terakhir!" Teriak Grace bersemangat melayani lima pelanggan terakhirnya. Dia sangat bersyukur hasil kerja kerasnya selama ini membuahkan hasil tidak sia-sia dirinya promosi belum lagi bekerja keras menata kembali gudang tua ini menjadi restoran yang banyak di senangi para anak muda. Grace bukan sekedar senang, dia pikir hari spesial tepatnya ini hari ulangtahunnya. Sangat di sayangkan tahun ini dia tidak mendapat kejutan atau hadiah dari para fans padahal jika diingat-ingat baru kali ini dia tidak mendapat ucapan bahkan kejutan dari siapapun. Di tambah dia sangat senang itu artinya dia bisa pulang cepat, sekarang saja masih siang menjelang sore.
KAMU SEDANG MEMBACA
TARGET MBAK GRACE! [END]
RomanceModel cantik bernama Anastasia Grace dengan karier gemilang apapun yang dia dapatkan mudah untuk ia peroleh dengan petikan jari namun, sayang kariernya runtuh dalam sekejap. Hanya dalam kurun waktu satu hari, dia harus menerima nasibnya jatuh sejat...