Bagian 09 : Mata duitan

1K 76 0
                                    

Chapter 9

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 9

*

"Saya sudah sangat sehat dok," ujar Grace tersenyum saat didatangi seorang dokter bahkan kali ini Grace sudah tidak lagi memakai baju pasien. Dokter itu melakukan sedikit pemeriksaan pada Grace, dia sudah sehat dan sudah saatnya keluar dari rumah sakit ini. Lelaki itu masih setia mendampingi Grace membereskan barang-barangnya karena hari ini dia sudah di perbolehkan pulang. Sayang sekali Ando tidak punya pilihan selain Grace tinggal di kontrakannya.

"Baik anda sudah sangat sehat. Nanti bisa kembali lagi saat melepaskan perban di tangan ya?" Kata sang dokter ramah. Grace mengangguk senang. Sang dokter berpamitan pergi setelah urusan satu pasiennya selesai. Ando menghela napas memegangi tas besar milik Grace. Wanita itu lebih dulu melangkah menuju parkiran dimana taksi online pesanannya sudah datang. Tidak mungkinkan dia pulang dengan sepada bututnya? Belum lagi barang milik Grace terlalu banyak.

"Bawa ini." Grace meringis sebab Ando dengan kasar melempar tas besar miliknya tepat didepan mukanya sedangkan lelaki itu memutar lalu membuka pintu untuk duduk di samping bangku penumpang lain. Grace menatap jengah Ando, untung dia masih tau berterimakasih kalo tidak entah apa yang akan terjadi. Dia percaya Ando sangat baik namun sedikit menyebalkan juga.

Mereka sampai pada kontrakan Yang di tempati Ando belum lama ini. Seperti biasa saat menemukan lingkungan baru matanya menatap kesana-kemari sebuah kontrakan tingkat, dua lantai. Tidak di sangka sebelumnya Grace mendapat kesempatan untuk tinggal disini walaupun dia tidak punya uang sepeserpun. Ando dari tadi terdiam tidak bertanya apapun pada Grace, sepertinya sedang marah pada Grace. Tidak apa-apa asalkan Grace tidak ditinggal sendirian, tidak masalah hanya marah sebentar. Lelaki itu berdiri seraya merogoh kunci rumahnya. Grace mendekat pada pembatas beton pada kontrakan di lantai dua itu. Hidungnya menghirup dalam-dalam udara segar yang masuk apalagi sekarang sore hari, terlihat indah.

"Masuklah!" Ajak Ando setelah membuka pintu rumah kontrakan yang terdapat tiga kamar. Satu ruang utama dan kamar hanya berukuran kecil sedangkan dapur dan kamar punya tempatnya sendiri hanya petakan kecil nan sempit. Akan tetapi, cukup hanya Ando yang tinggal sendiri. Grace berbalik memasuki rumah itu harum berbeda dia rasakan, rumahnya sangat rapih begitu barang-barang yang tidak banyak hanya meja dari kayu jati Belanda beserta hiasannya kecil lainnya. Kecil namun tertata rapih, bisa dia akui sangat estetik.

Ando memasuki lebih dalam rumah itu. Grace masih menjelajahi setiap apapun benda yang terlihat di sana. Masih menjadi pertanyaan yang ragu dia tanyakan, tentang pekerjaan Ando dan keluarganya. Tapi Grace sadar dia orang asing yang menumpang, "aku tinggal disini? Berduan gitu?" Tanya Grace melangkah menuju tempat Ando berada saat ini matanya masih tetap menjelajahi seisi ruangan bernuansa putih.

"Gak usah banyak ngomong. Nanti kamu tidur depan sana, sampai kamu sembuh. Setelah itu kamu bisa pindah dari rumah saya!" Ucap Ando sibuk mengambil satu selimut dari lemari kecil kayu yang dia beli hasil jerih payahnya. Grace terdiam memasuki kamar itu tidak ada apa-apa hanya satu kasur berukuran kecil dan kabinet sangat kecil tanpa lampu tidur.

TARGET MBAK GRACE! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang