🌧 [10] :: Bukan Orang Asing

2.3K 342 5
                                    

GRAHA menuangkan satu gelas dry food ke dalam mangkuk khusus yang biasa digunakan Mizu untuk makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

GRAHA menuangkan satu gelas dry food ke dalam mangkuk khusus yang biasa digunakan Mizu untuk makan. Kucing gendut putih miliknya itu entah berada di mana sekarang, sudah hampir satu jam Graha tak kunjung melihat sosoknya. Namun, saat makanan kering mulai memenuhi mangkuk, Mizu tiba-tiba saja muncul dari pintu masuk toko buku dengan bersemangat.

Melihat tingkah Mizu, Graha hanya bisa mengembuskan napas berat sambil menggeleng-gelengkan kepala. Pendengarannya sangat tajam ketika itu berhubungan dengan makanan. Tetapi ketika Graha memanggil namanya sampai berkali-kali, Mizu selalu bersikap seolah tidak memiliki telinga.

Untung saja Graha sangat menyayangi Mizu. Kalau tidak, mungkin sudah sejak lama ia memberikannya ke orang lain secara sukarela.

Graha menggerakkan tangan kanannya untuk mengelus Mizu yang sedang asyik mengisi perutnya dengan lembut. Kedua sudut bibirnya tertarik sedikit, membentuk sebuah senyum kecil. Ada perasaan senang yang selalu Graha rasakan ketika melihat Mizu makan dengan lahap. Yah, tidak jauh beda seperti perasaan orangtua terhadap anaknya. Kata Bunda, sih, begitu.

"Loh, kucing lo ada di sini?"

Sebuah suara familiar menelusup masuk dalam telinga Graha. Ia pun mendongakkan kepala dengan pandangan yang tertuju ke arah pintu masuk yang terbuka lebar. Keduanya alisnya terangkat rendah, sedikit tak menyangka bahwa seseorang yang ia tunggu kedatangannya benar-benar memunculkan diri hari ini.

"Ah, nggak aneh sih kalo emang ada di sini. Maksudnya tuh, pas kemaren gue datang, kucing lo nggak ada," lanjut pengunjung kedua hari ini yang tidak lain dan tidak bukan adalah Fahla. Perempuan itu tampak berusaha bersikap santai, namun Graha dapat menangkap bahwa sesungguhnya ia agak merasa canggung.

Graha menghela napas, kemudian ia berdiri. Mizu ia lupakan sejenak. "Kemaren habis dikasih makan, dia tidur di rumah saya," balas Graha sekenanya. Ada jeda sejenak yang Graha gunakan untuk menyimpan kembali makanan kucing di lemari kecil. "Omong-omong, kamu mau nungguin saya di atas atau gimana?"

Dahi Fahla tampak berkerut samar. "Maksudnya?"

"Saya mau ambil dulu novel yang mau saya rekomendasiin ke kamu."

"Ah ... gitu. Gue tunggu sini aja deh, nanti gue yang bawa ke atas."

"Oke."

Setelahnya, Graha pun berjalan menuju rak khusus untuk novel. Telunjuknya menelusuri satu persatu buku guna mencari judul-judul yang ia ingat, dan tentunya pernah dibacanya pula. Kali ini Graha cukup yakin Fahla akan menyukai setidaknya satu di antara empat novel yang akan ia rekomendasikan, sebab keseluruhannya tak memiliki isi cerita yang sama dengan novel yang kemarin sempat Fahla baca.

Dua buah novel kini sudah berada di tangan Graha. Laki-laki itu kemudian berbalik untuk mencari di rak yang berada di belakangnya. Pandangannya tak sengaja terarah ke meja kasir, di mana tepat di depannya, Fahla tengah menggendong Mizu yang sudah selesai makan. Dan sama seperti sebelumnya, Mizu tampak nyaman dan sama sekali tidak memberontak.

Setelah memperhatikan dengan intens, tanpa sadar, senyumnya terbit dan mulutnya pun menyeletuk, "Mirip."

Fahla sontak berpaling dari Mizu dan menatap Graha dengan satu alis yang menukik rendah. "Mirip? Apa yang mirip?"

"Ah, itu ...," Graha seketika gelagapan. Ia tak menduga Fahla akan mendengarnya. Bodoh sekali, kenapa juga ia harus melisankan isi pikirannya, sih? "Ini ... saya ada nemu novel yang cover-nya mirip."

Mulanya Fahla hanya tergeming dengan ekspresi yang sama, namun tak bertahan lama. Perempuan itu manggut-manggut sambil menipiskan bibirnya. Sepasang iris gelapnya kembali terarah pada Mizu. "Omong-omong, kucing lo namanya siapa?" tanya Fahla kemudian.

"Mizu," Graha menjawab seraya melanjutkan aktivitasnya, sekaligus untuk menutupi kebodohannya sendiri.

"Mizu? Wow, cantik banget namanya. Tapi bukannya kucing lo ini jantan?"

"Iya ... bisa dibilang, itu kesalahan. Saya sempat ngira dia betina pas masih kecil."

Tawa ringan Fahla kemudian mengudara, yang berhasil mengundang Graha untuk melihatnya kembali. Dan entah mengapa, rasanya ia enggan untuk berpaling.

"Ada-ada aja deh lo," ujar Fahla setelah tawanya mereda. "Eh, tapi lo keberatan nggak sih gue megang-megang kucing lo sampe gendong-gendong gini? Biasanya beberapa orang tuh nggak suka peliharaannya disentuh orang asing."

"Saya nggak seposesif itu sama Mizu," sahut Graha tenang. Dua novel lainnya sudah ia temukan, dan ia pun lekas menghampiri Fahla. Kedua matanya menatap perempuan itu lekat. "Dan ... kamu bukan orang asing."

Sesaat Fahla tampak membeku di tempatnya. Sorot tak percaya ia layangkan pada Graha dengan mulut sedikit terbuka. Ia bahkan tak memedulikan Mizu yang sudah melompat dari gendongannya. Graha mendadak kebingungan. Apa seharusnya ia tidak berbicara seperti itu pada Fahla?

"Ah ... lo bener juga," tukas Fahla setelah ia kembali tersadar. Senyum kikuk pun melekat di bibirnya. "Kemaren kan gue sama lo udah kenalan, jadi, yah, gue bukan orang asing lagi berarti. Gitu 'kan, maksudnya?"

Graha mengangguk pelan, kemudian ia menyerahkan novel-novel di tangannya kepada Fahla. "Ini, coba kamu baca-baca dulu sedikit, siapa tau ada yang kamu suka."

Pandangan Fahla tertuju pada empat novel tersebut. Tanpa ragu ia pun mengambilnya dan mengangkat kepala. "Makasih, ya, gue ke atas kalo gitu," pamit Fahla, lalu ia berlalu dari hadapan Graha. Namun, baru beberapa langkah, ia buru-buru berbalik dan kembali menghampiri laki-laki itu. "Omong-omong, gue boleh nyeduh minuman yang gue bawa sendiri, 'kan?"

Kedua alis Graha kontan terangkat rendah. "Kamu bawa minuman sendiri?"

Fahla menyengir canggung, lalu menepuk saku celana di bagian samping kanan yang sedikit menggembung. Graha berasumsi di situlah Fahla menaruh minuman sachet yang ia maksud. "Gue lagi pengen matcha banget. Gue udah pesen online matcha instan favorit gue, tapi belum nyampe-nyampe. Jadinya gue beli yang ada di warung dulu, deh."

Graha terdiam sesaat, lalu ia mengulum senyumnya. Sungguh, perempuan ini memang benar-benar di luar dugaan. Dan Graha tidak bisa bohong bahwa ia merasa terhibur sekali dengan keberadaannya.

"Boleh." Mana bisa saya ngelarang kalau kamu memang sesuka itu.

🌧

bandung, 28 desember 2021

It's Raining Outside [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang