🌧️ [36] :: Hujan Tanpa Fahla

1.3K 194 12
                                    

"LAAA, kok elo tiba-tiba udah ada di Jakarta aja, sih?! Kaget banget gue liat story lo tadi pagi, sumpah!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"LAAA, kok elo tiba-tiba udah ada di Jakarta aja, sih?! Kaget banget gue liat story lo tadi pagi, sumpah!"

Fahla kontan sedikit menjauhkan ponsel dari telinga kanannya akibat suara Naya yang terdengar nyaring. "Weh, santai dikit dong, Nay," gerutu perempuan itu. Sejemang ia nikmati sereal cokelat yang menjadi menu sarapan--menuju siang--hari ini. "Ya emang kenapa sih, kalau gue udah balik ke Jakarta? Emangnya lo kira gue nggak akan pulang-pulang, apa?"

Decakan Naya kemudian terdengar. "Bukan gitu maksud gueee. Cuma kan, waktu itu lo bilangnya bakal pulang mendekati akhir bulan. Ya gue kaget lah, baru masuk tanggal dua puluhan lo tiba-tiba udah balik aja."

"Gue sebenarnya udah balik dari tiga hari lalu sih, Nay ...."

"Hah? Serius lo? Emang bener-bener lo ya, nggak ada ngabarin gue sama sekali!"

"Ya maaf, Nay. Beneran deh, hari itu gue mana kepikiran lagi buat ngabarin kepulangan gue ke siapa pun, termasuk lo." Fahla memberi jeda sejenak. "Soalnya, gue cepet-cepet pulang tuh karena bokap gue kecelakaan, Nay. Gue juga kasian nyokap gue sendirian di sini."

"Hah? Ya ampun, sori La, gue beneran nggak tau ...," tukas Naya dengan nada suaranya yang seketika berubah cemas. "Tapi, Om Faris sekarang udah nggak apa-apa, La? Atau masih dirawat di rumah sakit?"

Fahla mengangguk, meskipun tahu Naya takkan melihatnnya. Tangan kanannya aktif mengaduk-aduk sereal yang dicampur susu dalam mangkuk. "Nggak papa, kok. Lukanya nggak parah. Kemarin udah dibolehin pulang juga. Terus, selama satu minggu ini bokap nggak akan masuk kerja dulu. Dan karena nyokap gue nggak bisa ambil cuti, jadinya gue deh, yang harus ngurusin bokap."

"Ah, syukurlah kalau gitu, La. Besok gue main ke rumah lo deh, ya, sekalian jenguk bokap lo?"

"Asik, gue tunggu ya, Nay! Eh, tapi gue rencananya besok mau ke kampus, sih. Habis lo jenguk, bisa kali, lo sekalian temenin ke kampus juga?"

"Lah, kerajinan amat lo, orang masih pada libur juga. Emang ada apaan sih, di kampus?"

"Gue perlu ngobrol sama ketuplak proker bulan April nanti. Kemaren dia nge-chat, sih. Dan seperti yang lo pernah bilang ke gue, dia minta gue buat jadi kadiv acara."

"Terus, terus, kalau lo mau ke kampus, itu berarti lo udah setuju, dong? Mau langsung ikut rapat sama kadiv yang lain ya lo?"

"Nope. Gue cuma ngerasa perlu ngobrol secara langsung aja, bukannya lewat chat. Biar lebih enak juga."

"Oh, I see, I see. Oke deh, besok gue temenin." Selama beberapa saat, suara Naya tak terdengar lagi. Namun, kala Fahla hendak memberi balasan, perempuan itu sudah lebih dulu berkata, "Omong-omong, La, gue baru keingetan sesuatu, deh. Karena lo terpaksa pulang lebih cepat kayak gini, gimana sama Graha, La? I mean, semuanya terlalu tiba-tiba nggak, sih?"

It's Raining Outside [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang