"GRAHA, lo kenapa, sih?"
"Maksud kamu?"
"Sebelum-sebelumnya lo ke mana aja? Lo nggak tau kan, gimana frustasinya gue tiap ngecek HP dan nggak ada notif dari lo sama sekali? Lo sengaja ya, mau bikin gue jadi kayak gini?"
"... nggak, sama sekali nggak kayak gitu, Fahla. Kalaupun saya sengaja, saya nggak akan mungkin ngehubungin kamu hari ini."
"Ya terus kenapa, Graha ...."
"Saya tau saya salah, saya minta maaf. Tapi, sebelumnya, boleh saya menyampaikan satu hal sama kamu?"
"Apa?"
"Fahla ...."
"..."
"Saya rindu."
🌧️
FAHLA menyibak gorden yang menutupi jendela kamarnya. Diperhatikannya air yang jatuh dengan begitu derasnya mengguyur kota Jakarta sejak sore tadi. Beberapa kali kilatan muncul di antara gumpalan awan kelabu disertai dengan suara gemuruh yang terkadang sampai memekakan rungu. Dalam hati perempuan itu bersyukur karena ia telah sampai di rumah tepat sebelum langit menumpahkan tangisannya.
Bersamaan dengan lolosnya sebuah napas panjang, Fahla berbalik dan berjalan menuju kasurnya, membaringkan tubuhnya di sana. Pandangannya tertuju pada langit-langit kamar; pikirannya mulai melayang hingga jatuh pada sebuah kejadian di mana Graha Abidzar akhirnya menunjukkan eksistensinya setelah beberapa hari hilang.
Sayangnya, percakapan itu tidak berlangsung lama. Namun, cukup untuk membuat Fahla yakin bahwasanya kekhawatirannya selama ini tidak betul-betul nyata.
Dan, cukup untuk menyadarkan Fahla kalau sesungguhnya ada sebuah kerinduan dalam dirinya yang keberadaannya seolah terlupakan--sebab ia hanya terlalu sibuk menunggu penjelasan dan kejelasan dari laki-laki itu.
Tangan kanan Fahla kemudian meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas. Selama beberapa saat Fahla hanya pandangi layarnya yang mati. Yang ia lakukan setelahnya adalah melepas soft case dan menarik sebuah foto polaroid yang tersimpan di dalamnya. Merupakan sebuah potret yang diambil oleh Rayan dengan seadanya, tetapi harus Fahla akui bahwa kini justru menjadi foto paling favoritnya.
Dalam foto itu ada Fahla, Graha, dan juga Mizu. Fahla pun masih ingat ketika Rayan menyebutnya dengan happy little family. Hal itu serta-merta menghadirkan sebuah kurva di bibir Fahla sekarang. Kedua tangan perempuan itu memegang foto tersebut laiknya benda paling berharga dalam hidupnya. Kemudian jari telunjuk kirinya tergerak untuk menyentuh potret Graha di sana.
Rasa rindu sekonyong-konyong kembali menyeruak dalam diri Fahla. Ia betul-betul merindukan Graha, dan rasa-rasanya ia sangat ingin menantikan waktu di mana sepasang netranya akan kembali melihat sosok nyata laki-laki itu, meskipun entah kapan akan tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Raining Outside [END]
RomansaIt's raining outside. Won't you stay here for a while? --- Penat dengan segala kegiatan di kampus dan permasalahan dalam hidupnya, Fahla Audina memutuskan untuk menghabiskan waktu liburan semester di rumah Tante Ratna yang tinggal cukup jauh dari pu...