🌧 [24] :: Kata Kunci: Graha

1.6K 255 21
                                    

FAHLA terbangun dari tidurnya ketika jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih lima belas menit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FAHLA terbangun dari tidurnya ketika jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih lima belas menit. Kalau tidak salah ingat, Fahla memang tidak menyalakan alarm sama sekali. Dan seingatnya pula, semalam ia tiba di rumah sekitar jam dua belas lebih. Hal pertama yang perempuan itu lakukan adalah mengganti pakaian lalu pergi ke kamar mandi.

Setelahnya, Fahla yang semula berniat untuk segera pergi ke alam mimpi tiba-tiba saja teringat kembali pada apa yang terjadi saat di acara pensi. Meski sudah berusaha keras, tapi nyatanya kejadian itu tak bisa lenyap dari kepalanya begitu saja dan malah terulang secara terus-menerus. Hingga pada akhirnya, setelah mencoba terlihat tegar di depan Rayan dan juga Graha dengan segenap kekuatan yang ia miliki, air mata perempuan itu tetap berhasil tumpah ketika tak ada satu pun orang yang berada di sisinya.

Namun, kini, ketika Fahla berhasil mendapatkan kembali kewarasannya, penyesalan langsung datang menyerangnya tanpa ampun. Sesuatu dalam dirinya seolah berteriak dengan kencang, "Lo ngapain nangisin dia sih, anjir?!" Dan Fahla pun langsung tersadar bahwa ia sudah melakukan hal yang tidak berguna.

Yah, mungkin tetap ada meski tidak banyak. Setidaknya, Fahla merasa lebih lega sekarang. Tapi pertanyaannya sekarang adalah: Bagaimana caranya menghilangkan bengkak di kedua matanya?

"Mata gue jelek banget, sialan," gumam Fahla saat ia bercermin menggunakan kamera depan di ponselnya. Merasa belum puas, perempuan itu malah megeluarkan umpatan dengan sepenuh hati, "Dasar cowok sialan!"

Luar biasa sekali, setelah sekian lama, akhirnya Fahla dapat kembali merasakan betapa melegakannya ketika ia bisa memaki seseorang yang telah berhasil mematahkan hatinya. Kesedihan yang sempat ia rasakan sirna begitu saja, meski tergantikan oleh rasa sesal begitu mendalam yang membuat Fahla senantiasa menyalahkan dirinya sendiri.

Kini Fahla hanya bisa berharap, semoga tidak ada Davi maupun Kafka yang lain yang hadir dalam hidupnya.

Seraya menghirup napas dalam dan mengembuskannya secara perlahan, Fahla segera turun dari kasur dan melipat selimut serta merapikan sprei ditambah dengan bantal guling. Ponsel Fahla letakkan di atas nakas, kemudian diambilnya tali rambut berwarna hitam yang ia gunakan untuk mencepol rambutnya secara asal. Kemudian, dengan santainya Fahla beranjak menuju pintu kamar dan membukanya, tanpa tahu bahwa ada dua orang laki-laki yang tampak tengah berdiskusi di ruang tengah.

Sial sekali. Harusnya Fahla memakai kacamata hitam terlebih dahulu sebelum keluar dari kamarnya. Fahla sungguh tidak masalah dengan keberadaan Rayan karena ini memang rumahnya sendiri. Tapi ... kenapa Graha harus ada di sana juga, sih?

Fahla benar-benar mati kutu karena dua pasang mata itu kini hanya tertuju padanya.

"La," Rayan adalah orang pertama yang membuka suara. "Lo kayaknya lupa sesuatu, ya?"

It's Raining Outside [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang