SUNGGUH, Graha tak pernah menduga hari seperti ini akan datang lebih cepat dari yang ia kira.
Semalam suntuk Graha memikirkan cara untuk jujur mengenai perasaannya serta berusaha mengumpulkan keberanian, nyatanya semua itu tak ada gunanya. Agaknya Graha lupa bahwa perempuan yang ia suka adalah seorang Fahla Audina, yang selama ini ia kenal sebagai sosok yang jujur dan selalu mengeluarkan semua yang ada dalam pikiran perempuan itu dengan semaunya.
Namun, tentu saja satu hal yang membuat Graha lebih tercengang lagi ialah sebuah fakta bahwa Fahla pun memiliki perasaan yang sama dengannya. Itu berarti, kini Graha tak perlu lagi pusing memikirkan bagaimana jika rasa sukanya bertepuk sebelah tangan. Ia tak perlu lagi khawatir perempuan itu akan merasa tak nyaman ataupun ingin menghindarinya.
Yang perlu Graha pikirkan saat ini sejatinya adalah: Setelah ini, apa yang harus ia lakukan? Sudah sekitar lima menit Graha terduduk di kursi kayu yang terdapat di teras rumah Tante Ratna, tetapi ia masih belum juga mengetahui jawaban yang tepat.
"Graha."
Mendengar namanya disebut, Graha pun lekas menoleh dengan cepat. Dilihatnya Fahla kembali menemuinya dengan tupperware milik Bunda yang kini sudah kosong. Tadinya, isi dalam wadah tersebut adalah kue ulang tahun sang ayah yang memang sengaja dibagikan untuk tetangga terdekat. Tiap tahunnya Bunda memang selalu membuat dalam jumlah banyak, entah itu saat hari lahir dirinya sendiri, Ayah, Graha, maupun Gerhan.
Kali ini, Fahla pun dapat turut menikmatinya karena kebetulan ia tengah berada di sini.
"Makasih, ya, ini gue langsung balikin lagi soalnya takut kelupaan lagi kayak waktu itu," tutur perempuan itu seraya menyerahkan tupperware di tangannya pada Graha. "Tapi kebetulan Tante Ratna baru aja pergi ke acara temennya dianterin sama Bang Rayan. Jadinya gue yang terima, deh."
Graha tersenyum tipis. Tangannya terulur untuk meraih benda tersebut. "Nggak masalah, bunda saya juga udah lebihin buat kamu, kok," tukas laki-laki itu sekenanya.
"Wah, bunda lo beneran baik banget deh, Gra. Makasih ya, sekali lagi."
"Iya, sama-sama."
Sudah Graha duga, setelah apa yang terjadi tadi, tak mungkin kalau rasa canggung tidak hadir untuk memainkan perannya. Contohnya saja saat ini. Meskipun raut wajah serta nada bicara Fahla tetap normal seperti biasanya, tetapi Graha sadar betul bahwa perempuan itu menghindari tatapannya ketika berbicara. Sangat berbanding terbalik dengan Graha yang kini justru sudah menjadi jauh lebih percaya diri dan berani.
Mungkin, Graha akan mengalami hal yang sama jika ia menjadi yang pertama menyatakan perasaan. Ia pun berharap sikap Fahla tersebut hanya didasari oleh hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Raining Outside [END]
RomansIt's raining outside. Won't you stay here for a while? --- Penat dengan segala kegiatan di kampus dan permasalahan dalam hidupnya, Fahla Audina memutuskan untuk menghabiskan waktu liburan semester di rumah Tante Ratna yang tinggal cukup jauh dari pu...