"GUE lebih suka yang ini," ujar Fahla sembari menunjukkan buku bersampul cerah di tangannya kepada Graha. "Kayaknya konfliknya ringan karena cuma seputar masalah-masalah yang dialami anak SMA. Romance-nya juga cuma tipis-tipis, karena fokusnya lebih ke persahabatan, keluarga, dan masalah-masalah lain di sekolahnya. Gue suka."
Graha mengangguk setuju karena ia sendiri memang sudah pernah membaca novel tersebut. Sebelum memberi balasan, Graha terlebih dahulu melakukan apa yang menjadi tujuannya naik ke lantai atas. Hujan mulai mengguyur, kian lama kian deras dan disertai oleh tiupan angin. Laki-laki itu pun bergegas menutup dua buah jendela di sana untuk mencegah apapun yang dapat terjadi.
Setelahnya, pandangan Fahla terus mengikuti pergerakan Graha yang kini akan menghidupkan lampu. Hari memang masih siang, namun langit yang mendung membuat suasana di sana menjadi lebih gloomy.
"Kerasa dingin banget, nggak?" Graha tiba-tiba melontarkan pertanyaan. "Kalau iya, kamu tunggu sini bentar, saya mau ambil room heater di rumah."
Fahla mengerjap, sedikit tak menyangka dengan apa yang baru saja ia dengar. Karena ia rasa jaket tebal yang dikenakannya saat ini sudah lebih dari cukup, Fahla pun menggerakkan kedua tangannya seperti melambai sebagai bentuk penolakan. "Eh, nggak perlu, ini dinginnya masih dalam batas wajar, kok. Lagian di luar hujan. Lo mau hujan-hujanan emangnya?"
"Rumah saya persis di sebelah. Ada payung juga di sini."
"Haduh, udah deh, lo di sini aja. Gue udah kebal juga kok sama dinginnya Lembang."
Graha memberikan tatapan skeptis, tetapi pada akhirnya ia mengalah dan berjalan menuju meja marmer alih-alih menghampiri Fahla. Tampaknya, ia juga akan menyeduh minuman hangat karena cuaca saat ini memang sangat mendukung.
"Minuman kamu masih ada?" Laki-laki yang memakai kaus lengan panjang warna hitam itu kembali melontarkan pertanyaan. Fahla hanya dapat memandang punggung tegapnya karena ia tak mau repot-repot membalikkan badan.
Kemudian Fahla menengok isi gelasnya sejenak. "Tinggal sedikit, sih."
"Mau nambah?"
"Ng ... nggak deh, lagian gue cuma bawa satu bungkus tadi."
Tak ada balasan lagi yang datang dari Graha, membuat Fahla mendadak agak kikuk. Ia pun hanya duduk diam di mejanya sambil memandang tangisan langit melalui jendela yang sudah dipenuhi oleh titik-titik air. Embusan napas pelan Fahla loloskan. Kenapa hujan harus turun ketika ia tidak di rumah, sih? Memang, jarak toko buku dengan rumah Tante Ratna sangat dekat. Tapi tetap saja, di sini kan Fahla jadi tidak bisa rebahan sambil bergelung dalam selimut tebal yang hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Raining Outside [END]
RomanceIt's raining outside. Won't you stay here for a while? --- Penat dengan segala kegiatan di kampus dan permasalahan dalam hidupnya, Fahla Audina memutuskan untuk menghabiskan waktu liburan semester di rumah Tante Ratna yang tinggal cukup jauh dari pu...