Penat dengan segala kegiatan di kampus dan permasalahan dalam hidupnya, Fahla Audina memutuskan untuk menghabiskan waktu liburan semester di rumah Tante Ratna yang tinggal cukup jauh dari pusat kota. Merupakan tempat yang cocok baginya untuk menyega...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FAKTANYA, kehangatan yang berusaha Graha salurkan melalui genggaman tangan tak begitu efektif untuk mencegah Fahla agar tidak terkena penyakit apapun yang diakibatkan oleh hujan.
Saat di malam hari, Fahla memang sudah merasa ada yang tak beres dengan tubuhnya. Kepalanya terasa pusing bukan main. Tenggorokannya bermasalah hingga membuat perempuan itu sedikit merasa sakit ketika menelan. Dan ia tidak bisa menoleransi suhu dingin seperti malam-malam sebelumnya. Keadaannya yang seperti itu membuat Fahla tertidur lebih cepat sambil memakai dua lapis selimut.
Kemudian pagi harinya, Fahla malah merasa jauh lebih buruk. Istirahat semalaman rupanya tidak memberi efek positif apapun terhadap tubuhnya. Alhasil, meskipun Fahla sudah terbangun, ia tetap memejamkan mata sambil merapatkan selimut. Turun dari tempat tidur saja rasanya Fahla tidak sanggup.
Untungnya, Tante Ratna yang sudah hafal kapan waktu Fahla akan terbangun langsung menyadari bahwa ada yang tak beres karena Fahla tak kunjung keluar dari kamarnya. Tante Ratna segera memasuki kamar Fahla dengan niat awal untuk membangunkan keponakannya itu. Namun, melihat bagaimana kondisi Fahla di ranjangnya, kekhawatiran mulai menyerbunya.
"Ya ampun, La, kamu sakit?" Tante Ratna segera mendekat dan duduk di pinggir tempat tidur. Ia kemudian menempelkan telapak tangan ke dahi Fahla dan cukup terperangah setelahnya. "Panas banget, La. Kok tiba-tiba kamu bisa demam begini, sih? Bangun dulu, yuk. Tante beliin kamu bubur, ya? Kamu harus makan dulu, habis itu minum obat."
Fahla membuka matanya setengah, lalu bola matanya bergerak ke arah Tante Ratna. Ia pun mengubah posisinya menjadi telentang. "Tapi Lala mau tidur dulu bentar ya, Tan? Pusing ...," keluh perempuan itu dengan suaranya yang terdengar serak. Kelopak matanya bahkan sudah terasa berat sekarang.
"Ya udah, boleh. Tapi tetep harus makan ya, nanti?"
"Iyaaa, Tan."
Tante Ratna mengembuskan napas berat, lalu menarik selimut yang Fahla pakai sampai menutupi lehernya. "Tante masih heran deh, La, kok kamu bisa tiba-tiba sakit?" tanyanya lagi karena Fahla belum memberikan jawaban apapun sebelumnya.
"Kemaren Lala sempet kehujanan, Tan. Terus Lala pake jaket yang tipis."
"Kehujanan? Emangnya kamu kemaren ke mana sih, La, pas Tante di rumahnya Bu RT?"
"Ke tukang pulsa, Tan."
"Terus, nggak pake payung?"
"Pake, Tan." Tapi dipakenya berdua.
Secara otomatis ingatan Fahla pun kembali ke hari kemarin, di mana dirinya dan Graha memutuskan untuk memakai satu payung yang bisa digunakan bersama-sama karena hujan tak kunjung mereda. Jarak yang tidak terlalu jauh membuat keduanya berani mengambil resiko, tapi kini Fahla justru sangat menyesalinya.
Tapi, kira-kira, bagaimana dengan keadaan Graha, ya? Apakah ia mengalami hal yang sama dengan Fahla? Walaupun perempuan itu tak tahu kondisi yang sebenarnya, ia tetap berharap Graha sehat-sehat saja sekarang.