🌧 [08] :: Kelebihan Fahla

2.4K 341 0
                                    

"BARUSAN Bunda lihat, Fahla datang ke sini ya, Gra?" tanya Bunda yang baru saja tiba di toko buku sambil membawa toples plastik berisi keripik singkong, tepat lima menit setelah kepergian Fahla

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"BARUSAN Bunda lihat, Fahla datang ke sini ya, Gra?" tanya Bunda yang baru saja tiba di toko buku sambil membawa toples plastik berisi keripik singkong, tepat lima menit setelah kepergian Fahla. Wanita itu kemudian menaruhnya di atas meja kasir karena ia memang sengaja membawakan camilan tersebut untuk Graha.

"Iya, Bun," jawab Graha sekenanya. Kini ia sibuk merapikan buku-buku di rak yang sebenarnya tidak berantakan amat. Graha hanya mengerjakan apa yang bisa ia kerjakan untuk mengusir rasa bosannya.

Bunda segera menarik kursi kayu terdekat untuk didudukinya. Rasa penasarannya tentu semakin bergejolak kala mengetahui anak laki-lakinya berinteraksi dengan seorang perempuan. "Terus gimana, Gra? Fahla gimana orangnya? Kamu udah sempet kenalan belum sama dia?" tanya Bunda secara beruntun.

Graha mengernyit. Bunda yang mendadak kepo seperti ini adalah kejadian langka baginya, dan tanpa diduga kehadiran Fahla lah yang berhasil membangkitkannya. "Udah kenalan tadi. Orangnya, ya, kayak cewek pada umumnya aja, Bun."

"Kayak cewek pada umumnya gimana? Masa nggak ada yang spesial?"

"Yang spesial tuh kayak gimana, Bun?"

"Ya, yang punya kelebihan dari 'cewek pada umumnya' yang kamu maksud itu, dong."

Embusan napas panjang kemudian Graha loloskan. Graha bahkan baru pertama kali berinteraksi dengan Fahla hari ini, bagaimana mungkin Graha bisa langsung tahu kelebihan apa saja yang Fahla punya yang bisa dibandingkan dengan perempuan di luar sana?

Sejenak Graha pun fokus pada pekerjaannya. Kala pandangannya tertuju pada satu buku novel yang membuatnya secara otomatis teringat akan satu hal, laki-laki itu menghentikan aktivitasnya segera. Tangan kanannya pun tergerak untuk meraih buku tersebut sebab ada sedikit perasaan yang mengganggunya sejak tadi, dan Graha cukup yakin bahwa ia hanya bisa mengatasinya jika mengetahui apa isi buku tersebut yang sesungguhnya.

"Bunda denger dari tantenya Fahla, katanya dia sempet kecelakaan kecil waktu dalam perjalanan ke sini, Gra," Bunda kembali berbicara meski sebelumnya Graha tak memberikan jawaban apapun. "Berani banget itu anak, Jakarta-Bandung naik mobil sendiri, terus lanjut lagi Bandung-Lembang, mana sekarang musim hujan pula."

Kecelakaan? Graha mengulang dalam hati. Tapi kelihatannya dia baik-baik aja, nggak ada yang luka?

"Untung aja yang jadi korban cuma mobilnya, makanya Bu Ratna jadi nggak ngizinin Fahla ke mana-mana selama di sini," lanjut Bunda seolah tahu apa yang Graha pikirkan. "Kamu sering-sering aja ajak ke sini, Gra, Fahla pasti bosen di rumah terus. Bunda juga pengen ngobrol sama dia."

"Bunda kayaknya suka banget sama Fahla, padahal ketemu aja belum," sahut Graha sambil kembali ke meja kasir dengan sebuah buku novel di tangannya.

"Bunda tuh seneng aja akhirnya bisa lihat anak gadis di lingkungan ini setelah dua tahun sejak pindah. Kamu tau sendiri, kan, di sini kebanyakan pada punya anak cowok. Ada juga anak cewek, tapi udah nikah dan nggak tinggal di sini."

"Maksudnya, Bunda udah bosen bergaul sama ibu-ibu komplek di sini?"

"Ya bukannya gitu juga, Gra. Tapi pasti rasanya beda dong kalau ngobrol sama yang masih muda."

"Aku juga masih muda, Bun."

"Haduh, Bunda jadi capek lama-lama ngomong sama kamu, Gra."

Graha terkekeh kecil. Sejujurnya Graha paham apa yang dimaksud Bunda, kenapa Bunda tampak senang dengan kehadiran Fahla di komplek ini--meski hanya sementara. Bunda memang suka dan sempat ingin memiliki anak perempuan, tapi akhirnya malah dikaruniai dua anak laki-laki. Jadi, sikap Bunda yang seperti itu memang wajar saja bagi Graha.

Setelahnya, Bunda mengganti topik pembicaraan tentang bagaimana perkembangan toko buku milik keluarga mereka. Graha berusaha menyimak dengan baik, tetapi fokusnya perlahan teralihkan sepenuhnya kala ia membaca bagian pertengahan buku novel yang tadi diambilnya, hingga tahu-tahu saja, lembar demi lembar halaman sudah banyak terlewati.

Ketika Graha secara perlahan mulai menyatukan benang kusut dalam kepalanya, ia pun menutup buku itu dan tidak berniat untuk melanjutkannya. Meski hanya berbekal asumsi serta potongan-potongan ingatan yang belum memudar, Graha pun akhirnya dapat menarik satu kesimpulan.

Graha tidak bermaksud untuk melanggar privasi Fahla, tetapi dengan begitu Graha bisa mengetahui kira-kira cerita seperti apa yang akan dihindari oleh perempuan itu. Jika besok Fahla benar-benar akan datang lagi karena menuruti perkataan Graha, setidaknya Graha sudah tahu apa yang harus ia lakukan.

"Gra, kamu dengerin Bunda ngomong nggak, sih?" Nada suara Bunda terdengar sedikit kesal, dan pikiran Graha seketika terpecahkan karenanya.

"Denger kok, Bun," balas Graha yang tidak sepenuhnya berbohong, karena ia memang sempat mendengarkan dengan saksama di awal tadi. "Tapi, Bun, kayaknya aku udah nemu jawaban dari pertanyaan Bunda yang tadi."

"Pertanyaan yang mana?"

"Kelebihan Fahla."

"Oalah, jadi dari tadi kamu malah mikirin Fahla, Gra?"

"Bukan mikirin, tapi kepikiran aja, Bun."

Bunda meloloskan napas lelah dan menatap Graha malas. "Ya sama aja tetep kamu pikirin juga, Graha Abidzar." Ada jeda sejenak. "Memangnya apa sih? Bunda penasaran juga jadinya."

Graha tersenyum kecil. "Aku baru sadar kalo Fahla punya satu kelebihan. Dia bisa cepet akrab sama Mizu."

Random sekali memang, Graha tiba-tiba terpikirkan bagaimana Mizu, kucingnya, yang sempat menghilang dari rumah tahu-tahu saja sudah berada di pelukan Fahla dengan posisi ternyaman tanpa memberontak sama sekali. Padahal biasanya, Mizu hanya bisa begitu kepadanya dan Bunda saja.

Berangkat dari sana, Graha juga bisa memperkirakan orang seperti apakah Fahla itu. Dan pada akhirnya, satu pertanyaan lain dari Bunda pun berhasil terjawab olehnya.

🌧

bandung, 22 desember 2021

It's Raining Outside [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang