🌧 [19] :: Gagal Move On?

1.8K 256 25
                                    

PONSEL Fahla tergeletak di atas tempat tidur, menampilkan daftar panggilan tak terjawab yang sudah dipandangi oleh sang pemilik sejak sepuluh menit terakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PONSEL Fahla tergeletak di atas tempat tidur, menampilkan daftar panggilan tak terjawab yang sudah dipandangi oleh sang pemilik sejak sepuluh menit terakhir. Nama kontak yang berada di urutan paling atas itu telah berhasil membuat Fahla tak karuan, hingga ia menjadi bingung dengan perasaannya sendiri saat ini.

Untuk sesaat Fahla merasa ia telah membohongi dirinya sendiri kala mengatakan kalau telepon tersebut tidaklah penting, sebab jika kenyataannya memang demikian, mungkin Fahla tidak akan terlalu memedulikannya dan hanya menganggap hal itu sebagai angin lalu saja. Namun, di sisi lain Fahla menduga bahwa kepanikan yang ia rasakan sebelumnya itu muncul secara alami, karena saat itu Rayan memegang ponselnya dan telah membaca nama kontak si pemanggil.

Fahla tidak tahu bagaimana reaksi Rayan nantinya jika ia tahu bahwa seseorang di balik nama Jangan Diangkat! itu adalah sosok yang pernah menjadi tokoh utama dalam setiap curhatan Fahla kepadanya. Tetapi, hingga detik ini, Rayan masih belum tahu apa yang sudah orang itu lakukan kepada Fahla karena ia enggan memberitahu laki-laki itu.

Merasa lelah, Fahla akhirnya mematikan layar ponsel dan berguling ke kanan hingga posisinya saat ini menjadi berbaring. Tapi tak lama setelahnya, Fahla cepat-cepat kembali tengkurap kala nasa dering dari teleponnya berbunyi. Jantungnya mendadak berdegup cepat, tetapi ia langsung mendesah lega karena nyatanya, orang yang menelepon kali ini adalah Naya.

Fahla pun segera menggulir tombol hijau ke atas dan menempelkan layar ponsel ke telinga kanannya. "Halo, Nay," sapanya kemudian.

"Laaa, lo pura-pura lupa apa gimana, sih? Gue udah nungguin berhari-hari tau buat denger cerita lo tentang cowok di toko buku itu, tapi lo bener-bener nggak ada nelpon gue sama sekali. Gue jadi berasa di PHP-in tau nggak?" cerocos Naya tanpa jeda yang membuat Fahla langsung memutar mata.

"Ya soriii, gue beneran lupa, Nay," balas Fahla seraya menggaruk rambutnya yang sedikit terasa gatal. "Mana gue juga baru sembuh, nggak ada inget sama sekali jadinya soal itu."

"Baru sembuh? Lo sakit apa emang, La? Lagi liburan kok bisa sakit, sih?"

"Lo kira kalo lagi liburan gini badan gue jadi mendadak kebal terhadap penyakit, gitu?"

"Ya nggak gitu juga maksud gueee. Tapi serius deh, lo sakit apaan, La?"

"Demam sama flu doang. Gue kayaknya nggak bisa kena air hujan di Lembang, deh."

"Ngaco banget lo. Emangnya air hujan di Lembang sama di Jakarta beda apa? Orang sama-sama air juga."

Fahla terkekeh pelan. Belum sempat ia membalas, Naya sudah lebih dulu memotongnya, "Malah jadi ngomongin hujan, kan. Jadi gimana sih La, ceritanya? Gue nelpon lo kan karena udah penasaran banget tentang cowok itu! Btw dia ganteng nggak, La? Baik nggak? Terus, gantengan mana sama Kafka? Gue harus tau dulu spesifikasinya biar gue bisa approve dia sebagai calon gebetan lo."

It's Raining Outside [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang