FAHLA memandangi rintik-rintik air yang mulai turun melalui jendela di sampingnya. Meja yang Fahla tempati saat ini memang sudah menjad meja favoritnya sejak pertama kali ia berkunjung ke Toko Buku Cempaka. Yah, meskipun yang dapat Fahla lihat hanyalah rumah-rumah warga di sekitar serta langit sore yang tampak gelap, tetapi ia sudah terlanjur merasa nyaman.
Perempuan itu kemudian menghirup napas dalam-dalam. Aroma khas dari ruang baca yang didominasi oleh bau dari buku yang bercampur dengan cokelat sangat menggelitik indra penciumannya. Kedua tangan Fahla kemudian menangkup gelas berisi minuman cokelat di hadapannya guna mencari kehangatan. Setelahnya, gelas tersebut ia angkat untuk ia sesap isinya.
Fahla harus mengakui bahwa tempat ini mampu memberikan ketenangan serta rasa nyaman bagi dirinya sendiri. Sejujurnya, ia tidak begitu suka membaca, kecuali jika memang benar-benar diperlukan seperti membaca jurnal sebagai referensi untuk tugas. Namun, baru kali ini, di tempat ini, Fahla dapat merasa sangat menikmati apa yang ia baca.
Suasana di ruang baca memang menjadi faktor utamanya. Selain itu, Fahla pun telah memilih bacaan yang tepat sehingga membaca rasanya jadi begitu menyenangkan.
Untuk yang satu itu, sepertinya Fahla harus berterima kasih kepada Graha karena telah merekomendasikannya.
Bibir Fahla seketika berkedut menahan senyum. Ia jadi teringat kembali bagaimana reaksi Graha ketika mengetahui kalau sebenarnya, Fahla satu tahun lebih tua darinya.
Fahla akui, mulanya dirinya pun sama terkejutnya karena yang ada dalam pikirannya, Graha mungkin saja sebaya dengannya ataupun Rayan, kalau mengingat Tante Ratna yang pernah berkata bahwa Graha juga merupakan seorang mahasiswa. Namun, realita justru berkata lain. Dan kalau dipikir-pikir, Fahla tidak perlu sekaget itu karena kenyataannya, sejak awal ia memang tidak mengetahui apapun tentang laki-laki itu.
Yang terpenting di sini adalah Fahla sama sekali tak mempermasalahkan jarak usia di antara mereka. Satu tahun itu bukan masalah besar. Jika Graha ingin tetap memperlakukannya seperti biasa pun Fahla tetap akan menerimanya.
Tetapi, sayangnya Fahla tak tahu apa yang sesungguhya ada di pikiran Graha, dan ia tidak mau mencoba menerka-nerka. Fahla hanya ingin mengetahuinya langsung dari laki-laki itu.
Fahla pun meloloskan napas panjang, lalu kembali menyesap minuman cokelatnya.
Tepat pada saat itu, suara langkah kaki yang menaiki tangga tiba-tiba terdengar. Fahla kontan menoleh tanpa menurunkan gelasnya. Dan tak lama setelahnya, Graha menampakkan sosoknya. Mereka sempat bertatapan selama dua detik sebelum laki-laki itu memutusnya terlebih dahulu dnegan melihat ke arah lain. Ia kemudian berjalan mendekat dengan langkah ragu-ragu dan berusaha menghindari kontak mata dengan Fahla.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Raining Outside [END]
Storie d'amorePenat dengan segala kegiatan di kampus dan permasalahan dalam hidupnya, Fahla Audina memutuskan untuk menghabiskan waktu liburan semester di rumah Tante Ratna yang tinggal cukup jauh dari pusat kota. Merupakan tempat yang cocok baginya untuk menyega...