Bantu share cerita ini ke sosmed kalian ya.
Happy reading
_____________________________________________
Seluruh murid SMA KHATULISTIWA tengah beramai-ramai mengelilingi seorang gadis yang tengah dibully oleh tiga orang gadis lainnya.
Sorak tawa terdengar kala tiga orang gadis itu melemparkan telur ke tubuh si gadis yang mereka bully.
Semua menertawakan gadis itu, mereka dengan senang hati menonton acara pembullyan yang terjadi.
Berbanding halnya dengan sang korban bully. Gadis itu hanya mampu menundukkan kepala sembari menahan amarah. Dirinya ingin sekali memberontak dan membalas perbuatan mereka, namun tubuhnya seakan engga menuruti keinginannya.
"Makanya jadi cewe ngga usah sok cantik!" ucap salah satu gadis sembari menuangkan sebotol air mineral pada tubuh gadis itu.
Setelah melakukan semua itu, tiga orang itu pergi tanpa merasa bersalah sedikit pun. Satu persatu orang pun turut beranjak pergi sembari mengeluarkan kata-kata menyakitkan yang mampu menyakiti hati si pendengar.
Gadis itu adalah Mentari, sejak dulu ia memang sudah selalu dibully dan didiskriminasi. Tahu apa yang lebih miris? Kala tak ada seorang pun yang mau membantunya dan mengulurkan tangan perkenalan.
Menghela napas panjang, Mentari lalu bangkit dari duduknya. Memandangi tubuhnya yang sudah lengket dan basah akibat telur dan air, Mentari lalu berjalan menuju loker untuk mengambil baju ganti.
Disepanjang jalan yang dilaluinya, banyak orang yang terang-terangan menatapnya penuh kebencian bahkan mencemoohnya.
Terus berjalan dan bersikap seolah tuli, padahal hatinya sudah benar-benar sakit akibat tingkah para manusia itu.
Menghentikan langkah kala seseorang menghadang jalannya, Mentari lalu mendongakkan kepala menatap wajah orang yang menghadangnya itu.
Tersenyum kearah orang tersebut, Mentari bersikap seolah tak terjadi apa-apa.
"Mereka bully lo lagi?" tanya orang itu dengan wajah yang tampak mengeras.
Tersenyum, Mentari lalu menjawab, "Ngga apa-apa, udah biasa."
Tangan orang itu terkepal dengan begitu erat, wajah dan rahangnya tampak mengeras.
"Ngga apa-apa lo bilang? Tar, mau sampai kapan lo ngebiarin mereka ngelakuin ini?!" Nada suara orang itu meninggi.
"Udahlah, Gi, aku ngga apa-apa, kok," jawab Mentari.
Orang itu, Ergian. Menatap Mentari teduh lalu mengambil sapu tangan dalam saku tangannya dan mengusapkannya pada wajah Mentari.
"Gue ngga bisa ngeliat Queen EAGLE diginiin, Tar," ucap Ergian.
"Gi ..., aku juga sebenarnya ngga mau kayak gini. Aku udah pernah nyoba ngelawan tapi nyatanya gue ngga bisa, Gi." Mentari menjelaskan dengan suara lembutnya.
"Dan entah kenapa, aku ngerasa kalau semua ini udah dikendalikan," lanjut Mentari dalam hati.
Menghela napas panjang, Ergian lalu mencoba tersenyum.
"Ya udah kalau gitu lo punya seragam cadangan, kan? Lo ganti dulu seragam lo, abis itu kita ke kantin baru," ucap Pemuda berwajah bule itu.
Menganggukkan kepala, Mentari lalu berjalan untuk mengganti seragamnya dengan seragam cadangan yang ia simpan di loker.
***
Berjalan menuju kantin dengan seragam sekolah yang sudah ia ganti, Mentari lalu menuju ke meja khusus anggota Geng EAGLE.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another World (End)
Teen FictionMasuk ke dunia novel, apa benar-benar ada? Fyneen Adisty Raveena Putri, Penulis remaja yang namanya sudah banyak dikenal oleh para kaum milenial pecinta novel. Suatu ketika, ketika Fyneen dan kembarannya tengah berdebat di depan komputer milik Fynee...