02. Bertemu tokoh utama

6.1K 791 19
                                    

Di sebuah ruangan putih berbau obat-obatan, seorang gadis berbaring tak berdaya di brankar. Matanya sudah terpejam selama 2 jam.

Bunyi detak jam di dinding terdengar. Suasana begitu hening, hingga hanya ada detakan dinding dan monitor yang terdengar.

Perlahan, mata gadis itu terbuka. Si pemilik mata mengerjapkan mata beberapa kali untuk menyesuaikan pencahayaan.

Ia memegangi kepalanya yang terasa nyeri secara tiba-tiba. Dengan ringisan kecil, gadis itu menatap sekelilingnya.

"Gue dimana?" gumannya.

Dia adalah Fyneen. Gadis itu memposisikan dirinya untuk duduk dan bersandar di ranjang.

Pintu ruangan terbuka, menampilkan sosok Sydeen yang kini sudah berganti pakaian. Penampilannya sudah tak sekumal sebelum Fyneen membuka mata.

"Udah bangun, lo?" tanya Sydeen pada kembarannya itu. Pemuda itu duduk di kursi samping brankar.

"Deen, tahu nggak?" Bukannya menjawab pertanyaan Kakak kembarannya itu, Fyneen malah balik bertanya.

"Kagak," jawab Sydeen acuh.

"Ye, si kutu babi! Gue belum nanya udah di jawab 'kagak!" cibir gadis itu.

Sydeen memutar bola matanya malas. "Ya abisnya lo nanya gitu kayak orang dongo!"

"Sialan, lo!" umpat Fyneen. Gadis itu hendak memukul Sydeen, namun lelaki itu dengan gesit menghindar.

"Tapi beneran nih, gue mau cerita! Masa tadi gue mimpi kalau kita masuk ke dunia novel yang gue buat. Terus kita ketemu sama tokoh utama di novel yang gue buat ini! Anjir ... waktu ngeliat dia gue auto mleyot!" Fyneen bercerita dengan mata berbinar.

"Tahu ngga sih? Visual tokoh utamanya bukan kaleng-kaleng! Parah sih ... di dunia nyata mana ada cowo secakep dia! Bahkan nih ya, lo kalau di sandingkan sama dia bagai upik abu yang disandingkan dengan permata," lanjut gadis itu.

"Anjir lu! Ngga usah dibanding-bandingin juga!" sinis Sydeen.

Fyneen tertawa melihat Kakaknya yang lahir 5 menit lebih awal darinya itu.

Ceklek.

Pintu ruangan kembali dibuka. Fyneen mengalihkan pandangannya. Tawa gadis itu seketika terhenti. Ia menatap tak berkedip pada orang yang baru saja masuk itu.

Menggelengkan kepala pelan, ia kembali menatap Sydeen.

"Deen, kayaknya gue perlu dibawa ke psikolog deh. Masa gue berimajinasi kalau tokoh novel gue ada disini," ucap Fyneen disertai tawa kecil, namun terdengar garing.

"Lo harusnya gue bawa ke Rumah sakit jiwa, bukannya ke psikolog!" balas Sydeen dengan kesal.

Fyneen kembali menatap orang itu lalu mengusap wajahnya berkali-kali.

"Kok ngga ilang-ilang?! Jangan-jangan gue masih di alam mimpi?!" pekik Fyneen.

Mendengar pekikan kembarannya itu, Sydeen memutar bola matanya malas.

"Dia kenapa?" Suara berat nan serak itu terdengar begitu merdu ditelinga Fyneen.

Gadis itu menatap si pemilik suara.

"Dia beneran manusia?" tanya Fyneen dengan wajah cengo.

"Menurut sia?" Sydeen membalas dengan nada yang terdengar begitu malas.

Fyneen masih memasang wajah terkejut. Ia menatap sosok di hadapan pintu.

Tubuh tinggi bak atletis, wajah rupawan dengan bibir tebal dan hidung mancung, serta tubuh tak terlalu kekar yang berotot.

Another World (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang