25. About Bumi

2.1K 312 14
                                    

Aku ngga tau besok bisa update atau engga soalnya ada acara :(
Bismillah moga bisa!

Btw ayok bantu share cerita ini ke sosmed atau temen-temen kalian. Bantu Author memenuhi target readers yuk.

_________________________________________

Hari ini sekolah diliburkan karena tanggal merah. Sydeen tengah bermain game di handphone nya sedangkan Fyneen tengah membaringkan diri disisi ranjang dengan tangan yang menjulur kebawah. Bibir gadis itu tertekuk.

"Gabut," gumannya.

Pintu kamarnya diketuk membuat Fyneen dan Sydeen yang berada disana sontak menoleh.

"Kalian lagi ngapain?" Tanya Bumi.

"Main game."

"Gabut."

Jawaban dari kedua remaja itu berbeda namun diucapkan secara bersamaan. Fyneen dan Sydeen saling pandang sebelum akhirnya Sydeen mengalihkan perhatiannya lagi ke arah handphone.

"Gue mau pergi, ada yang mau ikut?" Bumi kembali bertanya.

Seketika, wajah Fyneen langsung berbinar. Gadis itu segera bangkit lalu menatap Bumi dengan semangat.

"Gue mau!" jawabnya penuh antusias.

"Sydeen? Lo mau ikut?" Tanya Bumi pada Sydeen.

"Kagak, Bang, gue di rumah aja," jawab kembaran Fyneen itu dengan mata yang masih fokus menatap layar kaca.

"Oke, kalau gitu gue sama Fyneen duluan," pamit Bumi.

"Eh? Tapi gue belum dandan!" Pekik Fyneen kala tangannya ditarik oleh Bumi.

"Ngga perlu dandan, gue buru-buru," balas Bumi. Wajahnya tampak gelisah.

Akhirnya, Fyneen memilih diam.

Sampai di motor milik Bumi, Fyneen segera duduk dan memeluk tubuh Kakak angkatnya itu. Memeluk Bumi begitu erat, Fyneen memejamkan mata. Pasalnya, Bumi mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi.

Motor Bumi berhenti. Fyneen melepaskan pelukannya dari pinggang Bumi, gadis itu lalu turun dari motor dengan tubuh gemetar.

"Bang, lo kalau bawa motor—" hendak mengomel, namun Bumi berlalu begitu saja.

Berdecak sebal, Fyneen lalu berlari menyusul Bumi. Berhasil menyamai langkahnya dengan Bumi, Fyneen lalu melihat sekitarnya.

Rumah sakit? Bahkan Fyneen baru sadar jika Bumi membawanya ke Rumah sakit.

"Bang, kita ngapain disini?" Tanya Fyneen namun tak kunjung mendapat balasan dari Bumi.

Lagi-lagi, Fyneen berdecak sebal. Gadis itu melambatkan langkahnya.

"Bang lo nga—aww," ringisnya kala Bumi berhenti mendadak dan membuat kepalanya membentur punggung Bumi yang rasanya amat keras.

Hendak mengomel, namun Fyneen dibuat diam kala melihat seorang Dokter berjalan kearah mereka. Ah ralat, hanya Bumi.

"Bagaimana keadaan Ibu saya, Dok? Dia ngga apa-apa, kan?" tanya Bumi dengan suara yang terdengar begitu khawatir.

Sekarang Fyneen tahu alasan Bumi membawanya kesini.

Sang Dokter tak langsung menjawab, ia menatap Bumi dengan sedih. Kemudian, terdengar embusan napas yang keluar dari mulut Dokter itu.

"Bumi, sebelumnya saya sangat begitu meminta maaf. Saya dan para Dokter lainnya sudah berussha semaksimal mungkin namun ..., Nyawa Ibumu tak bisa diselamatkan." Ucapan sang Dokter, membuat Bumi langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat. Bahkan mata itu terlihat ..., Berkaca-kaca?

Another World (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang