7. Mimpi Buruk

1.4K 58 1
                                    

"Bangun, bangun Cha."

Gadis kecil bernama Chacha itu membuka matanya, badannya terguncang karena sekarang ia berada digendongan seseorang.

"Papah? Kenapa?" Ucapnya melihat wajah panik ayahnya. Saat ini ia berjalan menuruni anak tangga.

"Papah harus membawa kamu pergi dari rumah ini."

Chacha menautkan kedua alisnya. Gadis kecil berumur 7 tahun itu tidak mengerti apapun. Senyuman riang terlihat dibibirnya. "Papah mau ajak Chacha liburan?"

Ia tidak menjawab, ia menurunkan Chacha ketika sudah dibawah. "Tunggu sini."

Ia kemudian naik ke atas kembali, keluar membawa koper yang berisi uang miliaran.

"Ayok Cha," Pria itu menggendong Chacha, berjalan cepat keluar dari rumah mewah itu.

"Tapi, mamah dimana pah?"

"Mamah udah dimobil.

"CHACHA SINI NAKK!!"

Senyum Chacha melebar, melihat ibunya yang berdiri disamping mobil sambil merentangkan tangannya.

"PAPAH BILANG TUNGGU DIDALAM MOBIL MAHH!!"

DOR

Ibunya tertembak, seketika ia tergeletak mati ditanah.

Melihat itu kedua tangannya tergenggam erat.

Mata Chacha terlihat kosong, ibunya tertembak dihadapannya sendiri. "Mamah..." Lirihnya ingin menghampiri ibunya tapi dicekal oleh ayahnya.

Banyak mobil berdatangan. Para pria berbaju hitam keluar dari sana, sebuah pistol tergenggam ditangan mereka. Dan tentu, merekalah pelaku dari penembakan ibu Chacha.

Ia berlutut. "Dengerin papah." Kedua tangannya memegang bahu anaknya erat.

"Mulai sekarang, harus bisa jaga diri, kalau perlu pelajari ilmu bela diri. Chacha harus bisa mandiri."

"Kenapa? Apa papah akan pergi?"

Ia hanya tersenyum kecil.

"Setelah ini, jangan cari papah ya."

"Chacha nanti sama siapa? Kenapa Chacha gak boleh ikut papah?"

Ia menghela napas berat, ia memasukkan tangannya ke dalam celana mengambil sesuatu.

Ia meletakkan kertas ditangan Chacha. "Pergi ke sini. Jadi anak yang baik. Jangan ngerepotin orang disana, jangan jadi anak manja. Chacha bisa pegang kata-kata papah?"

Chacha bungkam.

Orang-orang berbaju hitam itu mulai berjalan menghampirinya.

"Papah gak ada waktu lagi Cha. Papah harus pergi."

"Papah!" Chacha menahan tangan papahnya. Matanya kini berkaca-kaca.

Tak kuasa melihat itu ia langsung memeluk tubuh mungil Chacha. "Maafin papah Cha. Papah janji, papah akan selalu ada untuk Chacha, ngelindungin Chacha, dan papah janji gak akan bikin hidup kamu susah. Ingat pesan papah, suatu saat papah akan kembali dan kamu akan mengerti alasan papah."

"Ayo." Para pria berbaju hitam itu menarik papah Chacha, memaksanya pergi.

"PAPAH! JANGAN TINGGALIN CHACHA! CHACHA JANJI AKAN TEPATIN PESAN PAPAH! PAPAH!!"

COLD EYES [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang