19. Perkelahian Sengit

969 46 1
                                    

"Reynand berantem sama Roland."

"Shit!!" Chacha langsung berlari keluar kelas. Ikut dalam rombongan siswa-siswi yang sedang berlari.

Ketika sampai dianak tangga, Chacha terhenti. Ia tidak mungkin ikut berdesakan lagi, itu akan mengulur waktu.

Tanpa pikir panjang Chacha langsung mencincing roknya dan melompat ke pegangan tangga, ia meluncur hingga ke bawah.

"HYAAA AWAS TANGAN KALIAN JANGAN PEGANGAN DITANGGA!!" Teriak Chacha sambil merentangkan tangannya menyingkirkan murid-murid yang menghalangi peluncurannya.

"Astaga Chacha!!" Ayla sampai dibuat melongo. Begitupun siswa-siswi yang sedang menaiki tangga.

Sesampainya dilantai 2, Chacha kembali berlari dan melakukan hal yang sama ketika sampai ditangga. Ia meluncur kembali lewat pegangan tangga.

"Reynand!!" Sampai koridor lantai 1, Chacha buru-buru berlari. Menyalip banyaknya siswa-siswi yang terus berbondong-bondong ke lapangan.

Sesampainya di lapangan, didepan matanya sudah terdapat gerombolan murid-murid yang berdesak-desakan. Chacha melinting lengan bajunya bersiap menerobos gerombolan itu.

"MINGGIR LO SEMUA!!" Seru Chacha sambil menyelinap masuk kedalam. Karena sempit dan susah akibat terlalu banyaknya murid yang bergerombol membuat Chacha lagi-lagi mental keluar.

"Kambing! Gue mau lewat!!"

"Cha! Butuh bantuan?"

Chacha menoleh, Alan menawarkan bantuan.

Chacha mengangguk kuat.

"Ayo-ayo!!"

"Reynand!"

"Roland!!"

Suara seruan siswa-siswi terdengar keras. Mereka menyemangati aksi adu jotos Reynand dan Roland. Tidak ada yang mengadu ke guru, seakan semua senang dengan tontonan itu.

Reynand dan Roland sama-sama tak mau mengalah. Meski Reynand pintar dalam hal adu jotos, tapi Roland juga tak kalah pintar.

Bugh!

Roland menjotos pipi Reynand. Baru kali ini Reynand mendapat luka saat berantem. Yang biasanya hanya luka lecet ditangan karena meninju lawannya, kini ia malah terluka di pipi.

"Bangsat!" Umpat Reynand, rasa amarahnya semakin membara, ia langsung membalas Roland dengan tinjuan bertubi-tubi.

Wajah Reynand sampai memerah, matanya merah menyala, tekadnya kuat untuk mengalahkan Roland.

Hingga,

Bughh!!

Bogeman mentah menghantam perut Roland, membuatnya langsung jatuh ke tanah akibat dorongan Reynand yang sangat kuat.

"Rey..." Lirih Roland, ia sudah sangat kesakitan. Tinjuan berkali-kali lipat yang didapatkannya sangat tidak sebanding dengan tinjuannya ke Reynand.

Roland sudah tidak berdaya. Tapi Reynand masih dipenuhi gejolak emosi.

Reynand menyeringai, ia kini bisa sangat mudah menghabisi Roland.

Bugh!

Bugh!

Reynand menendang perut Roland. Setelah itu ia menunggangi perut Roland. Tangan berototnya berulang kali menghantam wajah Roland.

Puas dengan tinjuannya, pandangan Reynand beralih melihat sekitar, mata dinginnya menangkap sebuah batu berukuran cukup besar.

Reynand berdiri dari duduknya, ia mengambil batu itu dan kembali menunggangi perut Roland.

Siswa-siswi disekitar melotot lebar, mereka bisa membayangkan hal apa yang akan dilakukan Reynand. Beberapa dari mereka langsung berlari memanggil guru.

Reynand terkekeh melihat Roland merintih. "Lo pantes ngedapetin ini. Beraninya Lo anter Chacha ke sekolah, pegang lengan Chacha, usap rambut Chacha, dan yang paling bikin gue benci berani-beraninya Lo ngecium tangan bekas usap rambut Chacha sambil senyum. BANGSAT!!"

Roland tak berdaya, bahkan ia mengangkat kedua tangannya meminta ampun.

Reynand mengangkat tangannya yang menggenggam batu, ia siap menghantamkannya ke wajah Roland.

Siswa-siswi disekitar kompak menutup matanya, mereka tidak akan tega melihat hal itu. Tapi mereka juga tidak bisa melerai atau menjauhkan Reynand dari Roland. Bisa-bisa mereka yang terkena hantaman Reynand.

"REYNAND!!"

Seketika sorot mata Reynand berubah melembut. Teriakan Chacha berhasil menghentikan Reynand. Pandangan Reynand beralih dan melihat Chacha yang kini berada di pundak Alan.

Reynand berdiri dan langsung menghampirinya.

"Turunin Chacha!!" Sengit Reynand menggeplak tangan Alan yang memegang kaki Chacha. "Lo mau gue bantai."

Alan menyengir. "Sory bos, gue cuma bantu Chacha ngelewatin gerombolan murid-murid."

Setelah turun, Chacha langsung berkacak pinggang. Memandang marah Reynand. "REYNAND!!"

"Kenapa Cha?" Balasnya tanpa dosa.

"UDAH GILA LO YA!!"

PLAKKK!!

Tamparan itu sangat keras, bunyinya yang renyah membuktikan kalau itu sangatlah sakit, hingga siswa siswi disekitar pun meringis ngilu.

"Maaf Cha." Ucap Reynand lirih memegang pipinya.

"Gak ada kata maaf lagi!! Ikut gue!!" Chacha menarik tangan Reynand keluar dari gerombolan.

Para siswa pun langsung membantu Roland. Para guru yang baru berdatangan langsung memanggil ambulans karna luka Roland sepertinya butuh penangan yang lebih.

Chacha membawa Reynand ke tempat yang sepi, jauh dari keramaian. Chacha menghempaskan tangan Reynand kasar.

"REYNAND!!"

"Iya Cha, maaf."

"Lo mau masuk penjara?"

"Nggak gitu. Gue cuma kasih si anjing Roland peringatan."

"Peringatan apanya? Itu Lo udah mau ngebunuh Roland bego!!"

Reynand menggeleng. "Itu belum seberapa Cha, gue belum ngeluarin kekuatan semaksimal mungkin. Dia harus nerima lebih dari apa yang dia lakuin. Bajingan kayak Roland pantes mati!" Ucapnya sarat akan emosi. Tangannya masih menggenggam erat batu yang tadi akan ia hantamkan.

"Buang batu itu!!"

"Gak mau!!"

"BUANG REY!!"

"Gak, selagi gue belum ngehantamin batu ini ke kepala Roland gue gak bakal buang batu ini."

Chacha merebut paksa batu itu dan langsung membuangnya. "Capek gue sama kelakuan Lo Rey, udah gue peringatin dan kasih Lo janji, tapi Lo selalu ngingkarin. Lo sebenernya ngehargain gue gak si?!"

"Sangat, gue sangat ngehargain dan sangat peduli sama Lo Cha. Lebih dari peduli ke diri gue sendiri. Si bangsat Roland udah berani pegang Lo, usap rambut Lo. Seandainya dia gak ngelakuin itu, gue juga gak bakal kasih dia pelajaran. Anjing emang!!"

Chacha memijit pelipisnya. Ia pusing dengan kelakuan Reynand.

"Chaa..."

"Sory tapi gue cuma mau Lo sama gue. Gue mau yang berhak atas diri Lo cuma gue. Gak ada yang lain."

Chacha menatap Reynand. "Lo sakit? Udah gila ya Lo?" Setelah itu Chacha pergi meninggalkan Reynand.

"Chaaa!!" Panggilan Reynand tidak ia hiraukan. "Chacha!!"

•••

TBC

SERU GAKK??

TUNGGU PART SELANJUTNYA!!

SPAM KOMEN NEXT YAA!!

COLD EYES [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang