9. Kunjungan

1.1K 53 0
                                    

Bel pulang sudah berbunyi. Reynand bergegas menjemput Chacha. Ia berjalan sedikit cepat, karena koridor yang masih sepi membuatnya lebih leluasa. Ia sedikit heran, bel pulang sekolah sudah berbunyi, tapi para murid masih didalam kelas.

Ia lupa, kalau ia keluar sebelum gurunya keluar.

Begitulah Reynand, selalu pulang jika sudah berbunyi bel. Ia tidak akan menunggu guru yang masih mengajar, menurutnya itu korupsi waktu mengajar.

Reynand terhenti didepan pintu kelas 12 IPA 1. Karena pintu kelas yang terbuka lebar, ia dapat melihat seisi kelas Chacha yang masih ada guru didepan kelas.

Tanpa permisi, Reynand masuk kedalam kelas. Menghampiri meja Chacha yang berada dibarisan depan. Sangat bertolakbelakang dengannya yang selalu menempati bangku paling belakang.

"Ayok Cha. Bel pulang udah bunyi."

"Reynand!" Chacha menatap Reynand tajam.

Reynand mengangkat satu tangannya. "Bel pulang udah bunyi Pak."

Pak guru itu menghela napasnya. "Oke. Pelajaran berakhir, kalian boleh pulang." Ucapnya yang kemudian keluar kelas.

"Ayok." Reynand menggandeng tangan Chacha tapi ditahan olehnya.

"Bentar dulu Rey. Sabar, gue mau beresin buku dulu." Kata Chacha sambil memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.

Reynand membantu Chacha memasukkan buku-bukunya. "Buku Lo kebanyakan Cha."

"Elah Rey buku kita emang segini banyaknya. Kan udah kelas 12. Lo nya aja ngandelin satu buku doang."

Reynand manggut-manggut. "Gue baru tau."

Chacha menatap Reynand prihatin. "Lo niat sekolah gak sih Rey?"

Reynand menggeleng. "Gue sekolah cuma buat jagain Lo doang."

Chacha menghela napas, tidak habis pikir dengan jalan pemikiran Reynand. "Untung gue sabar."

"Weh bro makasih ya, karna Lo kita jadi pulang cepet." Celetuk Arhan yang datang menepuk pundak Reynand.

"Dih! Sok akrab Lo Ar!" Ucap Ayla meringis geli.

"Enak aja. Reynand temen gue tau. Ya kan Rey?"

Reynand memandang Arhan datar. Kemudian pandangannya beralih ke tangan Arhan yang masih bertengger dibahunya.

"Ehh iya sory-sory, gue lupa. Yang boleh pegang Lo cuma Chacha." Arhan menjauhkan tangannya.

"Miris..." Ucap Ayla mengejek Arhan.

Tidak memperdulikan Arhan, Reynand berpaling menatap Chacha. "Ayok Cha. Kita cabut."

Chacha mengangguk.

•••

Motor sport Reynand terhenti disebuah panti asuhan bernama Bunda Harapan. Setelah mestandar motornya, Reynand mengulurkan tangannya, membantu Chacha turun.

Belum sempat keduanya membuka helm, kini mereka sudah dikerumuni oleh anak-anak dari panti asuhan itu.

"KAK CHACHA!!"

"KAK REYNAND!!"

"Ehh hay? Apa kabar kalian?" Tanya Chacha berlutut sambil memegang pipi anak-anak itu.

"Baik kak. Kakak apa kabar? Kita kangen banget sama kakak."

"Yaampun kakak juga kangen sama kalian. Nanti kita main bareng yaa. Sekarang makan dulu."

"Siap kak!" Seru anak-anak itu pergi mengambil makanan yang sudah dipesan oleh Chacha dan Reynand.

Mereka memang selalu mengunjungi panti asuhan itu setiap bulannya. Memberikan mereka makanan dan juga membelikan mainan.

Melihat raut bahagia dari anak-anak itu membuat Chacha ikut tersenyum. "Mereka bahagia banget kalau kita dateng."

Reynand mengangguk.

"Rey, hari ini kamu ikut main ya? Sekali-kali."

Reynand menggeleng kuat. "Gue nggak bisa bercanda sama orang Cha. Apalagi anak-anak."

Chacha melongo. "Teros selama ini Lo anggep gue setan?"

"Yaa gak gitu juga."

Chacha menggeleng maklum. Walaupun sudah sering ketempat ini, tapi Reynand masih belum terbiasa.

"Chacha, Reynand!!"

"Ehh ibu." Sapa Chacha menyalami tangan ibu pengurus panti yang bernama Susi.

"Kalian apa kabar?"

"Alhamdulillah, baik bu." Balas Chacha.

"Reynand?"

"Rey!" Bisik Chacha karna Reynand hanya diam.

Reynand tersenyum kikuk. "Baik."

"Syukurlah. Makasih banyak ya nak, ibu bersyukur banget kalian nyempetin dateng kesini tiap bulan. Anak-anak keliatan bahagia kalau kalian dateng."

Chacha tersenyum lebar. "Bukan apa-apa Bu. Malah kita yang harusnya makasih sama ibu. Karna ibu udah menjaga mereka selama ini."

Ibu Susi tersenyum. "Ah, itukan udah tugas ibu. Ayok kita masuk ke dalam. Kita makan bareng."

•••

Bersambung..

COLD EYES [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang