22. Pala Benjol

617 20 5
                                    

Mbrem!

Bunyi kenalpot motor terdengar kencang.

Wushhh

Benar saja setelah itu ada satu motor yang sedang melaju cepat ditengah jalan sepi. Seseorang yang menaikinya adalah Reynand, walaupun paras wajahnya tersembunyi dibalik kaca helm fulfacenya tapi tentu tidak menghalangi pesonanya itu.

Jauh dari Reynand, ada satu motor lagi yang melaju tak kalah cepat. Yang tak lain dan tak bukan adalah Chacha. Setelah melihat Reynand pergi, Chacha langsung bergegas mengikuti Reynand.

Chacha sengaja memberi jarak dengan Reynand, karna memang jika belum berada 100 m jarak, pasti Reynand jelas akan mengenalinya. Terlebih Chacha kini tidak memakai helm, ia tadi terlalu buru-buru.

Selang beberapa menit, motor Chacha terhenti. Matanya melihat was-was Reynand, jelas matanya melotot sempurna ketika melihat Reynand memasuki gerbang sebuah rumah.

Chacha mengedarkan pandangannya, ia baru menyadari sekarang ia berada dilingkungan rumah mafia. Dan Reynand masuk ke dalam rumah mafia itu.

Berbagai pertanyaan sontak berkecamuk dalam pikirannya. Chacha memutar otak untuk menemukan jawaban atas alasan Reynand masuk ke dalam rumah itu.

"Kemaren Reynand ngelarang gue kesana. Lalu, buat apa dia kesini? Ada urusan apa?"

"Susulin aja deh." Setelah menstandar motornya, Chacha langsung berlari ke rumah itu.

"Hufftttt, Lo harus tenang Cha. Gak akan ada apa-apa." Ucapnya mengelus dada. Dan ia mulai berjalan pelan melintasi gerbang rumah itu.

Ketika masuk, yang ia lihat hanya punggung Reynand yang menghilang dibalik tembok setelah ia berbelok menuju ke halaman belakang rumah.

Chacha menautkan alisnya semakin penasaran. Ia kembali berjalan pelan. Namun baru beberapa langkah saja, batang hidung Reynand sudah terlihat berjalan berbalik.

"Buset! Kaget!"

Dengan cepat Chacha langsung berbalik dan berlari cepat keluar dari gerbang rumah itu. Seperti dikejar setan Chacha berlari saking cepatnya, hingga–

Dug!

Chacha nyungsep!

"Aww! Pala gue! Sialan nih jalan!"

Plak!

Bahkan jalanpun kena gampar oleh Chacha. Mungkin kalau jalannya bisa ngomong bakal bilang GUE SALAH APA MBAK?! WOYLAH!

Sambil merengek kecil, Chacha berusaha bangun, ia kembali berlari sambil memegang kepalanya yang masih cenat-cenut.

Sesampainya dimotor, ia langsung menaikinya. Sebelum pergi ia sempat melihat ke kaca spionnya.

"Parah, gara-gara nyungsep pala gue jadi benjol! Kasian otak gue kalau jebol, nanti buat nampung materi pelajaran gimana coba? Mrebes mili gitu? Kampret!"

"Bodo ah! Gue kudu pulang sebelum Reynand. Kalau gak bisa mati gue."

Buru-buru Chacha menyalakan motornya dan langsung pergi meninggalkan tempat itu.

Terlihat dikaca spionnya Reynand baru keluar dari gerbang rumah itu. Chacha menghela napas lega, ia berhasil keluar sebelum ditemukan Reynand. Tapi itupun sia-sia, ia masih tidak tahu kenapa Reynand pergi kerumah itu, dan urusannya dihalaman belakang rumah itu.

Dan yang paling menyebalkan sekarang dahi Chacha malah benjol akibat nyungsep dijalan. Ia seperti terkena karma karna mengikuti Reynand diam-diam.

Chacha mengelus dahinya sayang. Tentu, ia sangat memiliki dendam dengan jalan itu.

"JALAN BANGSAT!!"

•••

Pintu apartement terbuka, menampilkan wajah Reynand yang kini sudah pulang. Ia cepat melepas sepatunya dan masuk kedalam kamar.

Tak lama ia keluar dengan pakaian dan celana santainya dirumah. Ia melirik kamar sebelahnya dan kemudian membuka pintunynya perlahan.

"Cha?" Wajah Reynand melongok ke dalam kamar Chacha.

Senyum Reynand seketika merekah, melihat Chacha kini tertidur nyenyak diatas ranjangnya. Reynand berjalan menghampiri dan duduk dipinggir kasur.

Reynand geleng kepala, melihat Chacha yang tidur tanpa selimut, "Kebiasaan."

Ia lekas mengambil selimut dan menyelimuti Chacha sampai keperut.

"Tidur yang nyenyak Cha. Lupain tentang Roland. Gue jamin dia baik-baik aja. Lo gak usah khawatir gue bakal dituntut." Reynand mengusap pipi Chacha.

Tapi, wajah Reynand langsung merengut. Ia merasa ada yang aneh dengan dahi Chacha.

"Kok benjol?"

Karena penasaran, ia lantas memegang dahi Chacha yang benjol cukup besar.

"Lo dapet luka ini darimana Cha?"

"Arghhshh..." Chacha meringis. Karna sekarang ia hanya pura-pura tidur, dan usapan Reynand jelas terasa sangat sakit.

Reynand masih merengut. Ia mulai berfikir. Malam ini sebelum tidur dahi Chacha masih baik-baik saja, tapi sekarang sudah benjol?

Reynand menatap lantai.

"Lo jatuh dari atas kasur ke lantai Cha?" Gigi Reynand meringis, ikut ngilu membayangkannya.

Ini lebih parah woy! Nyungsep diatas aspal njer!

"Bentar, gue ambilin salep."

Reynand keluar dari kamar Chacha.

Mata Chacha terbuka. Ia nyaris tidak bisa bernafas, jantungnya berdebar kencang. Tentu karna ia masih takut, ia baru saja sampai diapartement, dan itu baru beberapa menit, dan Reynand sudah membuka pintu hingga membuatnya pura-pura tertidur.

Reynand masuk kembali dan Chacha langsung menutup matanya.

Pelan-pelan Reynand mulai mengoleskan salep itu, bahkan ketika Chacha sedang tidur, Reynand memperlakukan Chacha sama lembutnya. Hingga mengoleskan salep saja ia sangat hati-hati dengan tangannya, sampai tangannya pun bergetar kecil.

"Shit! Tremor!"

Tbc

Lanjut gak ni?? SPAM komen next untuk lanjut yaa

terimakasih banyak yg uda baca sampe sinii

see u and papaiii

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

COLD EYES [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang