13. Reynand Marah

1.1K 50 0
                                    

Manik mata Reynand menyapu ke seluruh penjuru ruangan. Siswi-siswi kelas 12 IPA 1 mematung, mata dingin Reynand seakan membekukan tubuh mereka semua.

"Siapa yang paksa Chacha ikut?" Tanya Reynand to the point. Dan tentu pikiran mereka langsung mengarah ke ajakan rumah mafia.

Hening, pita suara mereka seakan tidak berfungsi. Tidak ada yang menjawab.

Ayla yang tadi memaksa Chacha untuk ikut kini tidak ada dikelas.

Brak!

Reynand menendang pintu, berhasil mengundang perhatian para murid diluar kelas.

Ardhan si ketua kelas langsung bertindak. Ia akan keluar memanggil Chacha.

"Mau kemana?"

Ucapan Reynand menghentikannya, ia melirik Reynand. "Cari Chacha."

Reynand memberikan tatapan tajamnya pada Ardhan. Mengisyaratkan untuk tidak memanggil Chacha.

Tarikan napas yang berat terdengar dari Reynand. Seperti ada beban yang dipendamnya. "Gue perintahin. Jangan bawa Chacha ke tempat itu. Atau kalian, gak akan selamat."

Wushhh

Angin berhembus masuk lewat jendela. Menambah suasana dingin dikelas itu.

Manik mata Reynand memandang semua yang disana, tatapannya menusuk dan penuh peringatan. Setelah itu ia pergi, meninggalkan kelas yang masih dipenuhi hawa dingin.

"Bubar!" Satu kata terucap dari bibir Reynand. Dan siswa-siswi yang tadinya mengerubungi kelas 12 IPA 1 kompak cepat-cepat pergi dari sana.

Langkah kaki Reynand yang lebar membawanya pergi ke kantin. Ia akan membelikan makanan untuk Chacha.

Setibanya di kantin, terlihat dari arah berlawanan, Ayla sedang mengedarkan pandangannya seperti mencari seseorang. Ketika melihat Reynand matanya berbinar.

"E-Rey Lo liat Chacha?" tanya Ayla sedikit gagu.

Namun Reynand tidak merespon, ia melengos pergi begitu saja, bahkan sengaja melihat Ayla pun tidak.

"Sial gue dicuekin." Umpat Ayla. Ia kemudian keluar dari kantin. Ia kembali ke kelasnya dilantai 3.

"Ada yang liat Chacha gak?" Tanya Ayla sesampainya dikelas. Tapi ia malah dikejutkan dengan wajah kepanikan mereka kecuali untuk Reyna yang malah mimisan akibat terpesona dengan Reynand.

Tetap terpesona meskipun wajah Reynand sedang tidak bersahabat.

"Ehh pada kenapa?" Tanya Ayla.

"Reynand tadi marah-marah ke kelas kita gara-gara ajak Chacha main ke rumah itu." Balas Ardhan menjelaskan.

Ayla berdecak. "Segitunya? Yah elah ribet amat tuh orang."

Tak!

Arhan menjitak Ayla. "Ngomong depan orangnya langsung berani gak Lo?!"

"Lo pikir gue berani? Ya enggaklah!"

"Heleh."

"Udah, jadi urusan Chacha gimana? Kita cancel?" Tanya Sasta.

"Cancel aja udah."

"Iya, males gue berurusan sama Reynand. Ngeri njir!"

"Enak aja, janganlah." Seru Ayla berbeda dari yang lain. "Kita bawa Chacha diem-diem."

"Pala kau diem-diem. Reynand aja tiap detik ngawasin Chacha."

"Bener. Daripada nyari mati mending cancel aja."

Ayla menggeleng kuat. "Kalian pikir Reynand gak izinan kita bawa Chacha karna apa? Jelas karna Reynand khawatirin Chacha. Kita ada 32 anak, pasti bisa, sangat bisa malah buat jaga Chacha. So, apalagi yang jadi alasan Reynand buat larang kita?"

Semua orang disana mulai memutar otaknya. Ada benarnya perkataan Ayla.

"Okey kita bawa Chacha."

"Lagian kenapa kita yang kena marah, Chacha juga udah setuju mau ikut."

Reynand tidak pernah memarahi Chacha, jika iya paling itu hanya sebuah candaan. Karna memarahi Chacha sama dengan menyakiti dirinya sendiri. Ia sangat menghargai gadis itu, terlebih memikirkan perasaannya.

•••

Reynand kembali menaiki rooftop. Sejenak ia melihat jam diponselnya, jam istirahat masih ada 15 menit lagi. Ditangannya terdapat satu kantung plastik makanan, ia mendapatkannya tanpa mengantri. Tentu, karena ia penguasa sekolah, siapa yang berani mendahuluinya mengantri? Paling hanya Chacha.

Ketika membuka pintu rooftop hal pertama yang ia lihat adalah Chacha yang tengah berdiri dipinggir pagar tembok rooftop.

Senyumnya merekah melihat Chacha yang tengah tertawa. Lantas ia menghampirinya, dan mengikuti arah pandang Chacha yang menghadap ke bawah.

Dibawah sana terlihat Roland yang nampak berdadah ria menyapa Chacha.

Wajah Reynand seketika berubah datar. Ia menarik tangan Chacha, membawanya duduk disofa.

"Ehh Reynand? Gak bilang kalau udah balik."

"Duduk Cha."

"Lo kenapa? Kayak marah gitu?"

"Lo deket sama Roland?"

Chacha menatap Reynand bingung. "Enggak Rey. Kenapa dah?"

"Terus, kenapa Lo ketawa waktu Roland dadah ke Lo?"

Chacha terkekeh. "Dia cuma nyapa Rey. Dia kan temen seorganisasi osis gue dulu."

"Jangan deket-deket dia."

Chacha tersenyum miring melihat Reynand. "Lo cemburu ya?"

"Gak!" Reynand memalingkan wajahnya.

"Elah tinggal ngaku aja."

"Gak!"

"Rey?"

"Gak!"

"Iya deh. Gue gak bakal deket-deket dia. Demi Lo."

Reynand menatap Chacha. "Bener?"

Chacha mengangguk cepet. "Bener."

Reynand tersenyum lebar. "Ok. Sekarang makan dulu." Ia membuka bungkus makanannya. "Gue suapin ya Cha?"

Chacha manggut-manggut. "SIAPP!!"

•••

Bersambung...

See you all

COLD EYES [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang