19. Pembagian Raport

19 3 0
                                    

"DEVINAAA!! SELAMAT LO JADI PERINGKAT PERTAMA!!" Teriak seorang gadis yang diyakini itu adalah Adira, gadis tersebut bergerak memeluk tubuh Devina dengan erat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"DEVINAAA!! SELAMAT LO JADI PERINGKAT PERTAMA!!" Teriak seorang gadis yang diyakini itu adalah Adira, gadis tersebut bergerak memeluk tubuh Devina dengan erat.

Devina tersenyum lebar "Makasih"

"Yaudah kalo gitu gue mau nyamperin Mamah dulu ya disana" Setelahnya, Adira melenggang pergi dari hadapan Devina.

Gadis tersebut tersenyum getir, ada getaran aneh dalam hatinya. Ia berjalan ke arah Mading di lantai satu, Menatap deretan peringkat murid murid. Dia mendapat peringkat satu, bahagia? sedikit.

Devina berjalan ke arah pilar dan bersandar di sana dengan tangan bersedekap dada, menatap sekumpulan murid murid di lapangan yang sedang bersama orang tuanya. Ya, ini adalah hari dimana dilaksanakannya pembagian raport.

Bibirnya mengulas senyum tipis, ah tidak lebih tepatnya senyum getir, hatinya seperti ditusuk ribuan jarum. Disana, dilapangan, ada Azka, Azka, Adira, dan Alden. Alden yang sedang berpelukan dengan Bundanya dan tersenyum lebar. Begitu pula dengan Adira.

Berbeda dengan Azka, laki laki tersebut seperti sedang diomeli oleh Mamah nya. Terlihat Mamah nya itu menaruh kedua tangannya di pinggang dengan mata yang sedikit melotot.

"Kamu ini ya, makanya belajar bukan malah main hape Mulu!" Omel Mamah Azka.

"Iya Mah, maap" Azka menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ah Mamahnya kalau sudah ngomel pasti panjang banget.

"Mamah ngomelnya nanti lanjut di rumah yaa, Azka mau pergi dulu nyari Vina. Dadah Mamah" Ucapnya melambaikan tangan lalu pergi, hal tersebut membuat Mamah Azka menggelengkan kepala heran melihat tingkah putranya itu.

Devina tersenyum sekilas.

Dilapangan sana banyak murid yang sedang bersiteru dengan orang tuanya, banyak yang sedang di omeli karna nilai mereka tak sesuai ekspetasi orang tua dan juga karna bandel banyak membolos, banyak juga yang tengah id peluk oleh orang tuanya. Dan hal itu yang membuat hati Devina bagai di tusuk banyak jarum.

Sakit.

Dia Sakit.

Bukan fisik, tapi hati, mental dan batin.

Gadis tersebut menundukkan kepalanya saat merasa ada buliran buliran air mata yang keluar membasahi pipinya.

Ah, impiannya setiap pembagian raport di temani orang tua pupus begitu saja, Sudah hampir 6 tahun ini pembagian raport hanya dia sendiri yang ambil.

Iri? jelas. Anak mana yang tidak iri melihat teman temannya didampingi orang tuanya saat pembagian raport. Rasanya peringkat satu Devina sia sia saja, tidak ada yang mengucapkan kata kata selamat atas peringkatnya itu dari kedua orang tuanya.

Bahunya bergetar, kepalanya masih setia menunduk, hatinya semakin sesak mengingat semuanya, air matanya terus mengalir. Berkali kali gadis tersebut mencoba untuk berhenti menangis dengan menghela nafas namun, semua itu gagal. Air matanya masih saja terus mengalir.

DEVINA [TIDAK DILANJUTKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang