22. Sisi Lemah Devina

19 4 0
                                    

Dinginnya malam hari membuat gadis dengan rambut sebahu itu merasa tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dinginnya malam hari membuat gadis dengan rambut sebahu itu merasa tenang. Halaman belakang rumahnya adalah tempat tujuannya sekarang. Duduk direrumputan menatap bintang bintang dilangit. Termenung memikirkan segala hal.

'Bunda! bunda! Vina nanti kalo udah gede mau jadi kayak bunda!'  Seru seorang gadis kecil sekitar umur 6 tahun.

'Kenapa mau jadi kayak bunda hm?'  Wanita paruh baya itu mengelus sayang kepala putri kecilnya.

'Biar bisa buat banyak jenis makanan enak yang sering bunda buatin buat Vina'  Anak kecil itu terlihat sangat sangat bahagia, terbukti dari binar dimatanya.

Wanita paruh baya tersebut tertawa kecil, dia membawa tubuh putri kecilnya kedalam dekapannya.

'Vina janji ya sama bunda? kalo Vina harus bahagia setiap waktu setiap detik'

Devina kecil dengan mudahnya mengangguk semangat. 'Vina janji, kan kata bunda kalo Vina bagia bunda juga bahagia, kalo Vina sedih bunda juga bakal sedih. Vina ga mau buat bunda sedih. Vina sayang bunda'  Gadis mungil itu memang sangat lancar berbicara seperti ini.

Kilasan kilasan masalalunya terlintas begitu saja tanpa permisi. "Bunda dulu belum jawab kalimat terkahir Vina, harusnya dulu bunda bilang kalo bunda juga sayang Vina"

Gadis itu menahan nafas, menahan tangis lebih tepatnya. Entah ini kebetulan atau bukan, rasanya semua ini memang sudah direncanakan, Bundanya sama sekali belum pernah mengucapkan rasa sayang kepadanya.

Ah, mengapa dia baru sadar? 

"Gue rasa bunda emang ga sayang sama gue, atau gue emang bukan anak yang diharapkan mereka" Air matanya mengalir, sesat rasanya mengucapkan kalimat terakhirnya itu.

Apa memegang benar dia tidak di harapkan? Lantas jika memang benar mengapa dia tidak di buang saja sejak lahir?

Bahunya bergetar hebat, ada apa sebenarnya? Sakit sekali jika harus berperang dengan fikirannya sendiri seperti ini.

Meskipun dulu sebelum ditinggalkan kedua orang tuanya dia selalu mendapat kasih sayang. Rasanya beda saja, dulu pun sangat jarang dia mendapatkan pelukan hangat, hanya di momen momen tertentu saja, seperti saat dia di tinggalkan orang tuanya.

Gadis itu menunduk menelungkup kan wajahnya di lipatan tangan di atas lututnya. Tangan kanannya terangkat untuk memukul mukul kencang belakang kepalanya sendiri, kedua tangannya terkepal kuat, dia benci keadaan seperti ini. Keadaan dimana dia harus berperang dengan dirinya sendiri.

Tangan gadis itu berpindah pada rumput rumput yang ia duduki sekarang, Memukulnya sangat kencang tanpa memperdulikan tangannya nanti akan luka.

Hatinya lebih terluka, rasa sakit di tangannya tidak seberapa dengan rasa sakit dihatinya.

Gadis itu mengerang pelan, air matanya sama sekali belum berhenti mengalir, dadanya semakin sesak. Rasanya oksigen di bumi kini mulai menipis.

"Anjing! Lemah banget Lo!" Tangannya kembali memukul mukul kepalanya sendiri.

DEVINA [TIDAK DILANJUTKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang