Taehyung melangkahkan kakinya ke rumah sakit. Kegiatan inilah yang selalu ia lakukan dua bulan belakangan ini.
Walaupun kantung matanya ketara dengan jelas, namun senyum kecilnya masih terbit melihat Seokjin yang terbaring lemas. Perlahan ia menggenggam tangan kurus itu erat sembari mengelusnya perlahan. Seokjin dinyatakan koma usai melahirkan dalam posisi sehabis terluka parah.
"apa kabarmu hari ini Seokjin, aku merindukanmu. Yeonjun juga merindukanmu" ujarnya perlahan.
Kim Yeonjun adalah nama dari malaikat kecilnya.
"Hari ini masih berat Seokjin, aku masih tidak boleh membawa Yeonjun ke tinggal bersamaku. Ibumu masih kukuh ingin merawatnya bersama Soobin. Padahal aku sangat ingin membawa mereka berdua tinggal bersamaku dan juga bersamamu nanti. Semoga" ujarnya mulai berbicara random.
Ia akan seperti ini hingga diusir oleh suster.
Taehyung sudah jauh lebih baik sekarang, ia sempat terkekeh ketika akan menyerang dokter yang berbicara kalau harapan hidup Seokjin sudah tidak bisa diharapkan. Buktinya ia sampai saat ini masih bertahan. Bagi Taehyung, Seokjin bernafas saja sudah lebih dari cukup.
Sebenarnya tidak sih, ia ingin Seokjin sehat.
Usai berbicara macam-macam, Taehyung kemdian pamit menuju ke suatu bagian di rumah sakit. Ia mengambil amplop yang ia sendiri sudah yakin dengan apa yang tertulis di dalamnya.
Ia melanjutkan perjalanan ke sebuah tempat. Mengunjungi seseorang.
"aku hanya mau menunjukan ini" ujarnya tenang sambil memberikan amplop yang berisikan DNA-nya dengan Yeonjun. Sekilas pandang saja wajah itu merupakan copy dari Taehyung namun entah mengapa orang disekitarnya mempersulit keadaan.
"aku memang ayahnya Namjoon. Terimalah kenyataan" tutur Taehyung.
Namjoon yang ia kenal sudah berubah hampir 180 derajat. Pria yang berotot itu sudah berubah menjadi jauh lebih kurus dan wajah karismatik itu kini nampak kosong. Semua itu semakin diperparah dengan baju tahanan yang ia kenakan saat ini.
Taehyung sebenarnya masih sangat merasa marah. Hanya saja penampilannya sangat tak berdaya hingga membuatnya mau tak mau sedikit menaruh iba.
Namjoon juga sama sekali tak melawan apapun yang terjadi padanya. Bahkan ia hanya menggunakan pengacara dari kepolisian untuk menangani kasusnya.
Ia memutuskan hal ini merupakan hukuman baginya.
"Tolong aku. Sampaikan pada Soobin aku mencintainya," ujar Namjoon lirih. Ia sudah mengaku kalah. Tak lama kemudian datang petugas yang menyatakan kalau waktu berkunjung telah habis.
Namjoon kembali dibawa ke ruang tahanan dan Taehyung pergi dari sana menuju ke rumah orang tua Seokjin.
"Bibi, ini aku membawa apa yang kau minta" ujarnya pada Ibu Seokjin.
Permpuan paruh baya itu berdehem pelan dan membuka amplop tersebut. Tak ada alasan lagi untuk menyangkal, pria ini memang ayah dari cucunya.
"Semuanya pasti berat buatmu. Namun aku hanya tak ingin memperunyamnya Taehyung. Maafkan aku kalau kau merasa tak nyaman" ujarnya usai membaca surat keterangan tersebut.
"anakku pasti sudah pernah menjalani segala pesakitan dalam hidup. Terima kasih kau ada di sisinya kala itu" ujarnya tulus.
"Mulai saat ini, anggaplah rumah ini sebagai rumahmu juga. Aku menerimamu" ujar ibu Seokjin yang dibalas dengan senyum bahagia Taehyung. Ia langsung pamit izin menemui Yeonjun yang tengah terlelap. Ia juga menyempatkan mengobrol dengan Soobin.
"Soobin-ah" ujar Taehyung dengan ramah.
"Ah paman Taehyung, sedang menjenguk adik ya?"
"iya, aku juga ingin bertemu dengan Soobin" ujarnya
"Begitukah? ku pikir hanya menjenguk adik saja" jawabnya acuh sambil bermain lego.
"Paman juga sayang denganmu nak. Sama seperti paman menyayangi Yeonjun"
Soobin hanya mengangguk-angguk saja mendengarnya. Semenjak kejadian itu, entah kenapa Soobin menjadi anak yang lebih dingin. Taehyung sebenarnya sudah mengatur pertemuan bocah itu dengan psikolog anak, namun efeknya memang belum terlihat.
"Mommy juga menyayangimu, begitu pula Daddy Namjoon"
Soobin hanya mengangguk. Tapi Taehyung sadar, Soobin selalu tak mau berlama-lama membicarakan Namjoon. Entah apa yang anak itu pikirkan.
Taehyung kembali menemui ibu Seokjin dan mengatakan "Bi, izinkan aku membawa Yeonjun dan Soobin saat menjenguk Seokjin boleh?"
...
Seokjin sangat lelah berjalan. Ia sama sekali tak tau menit, detik, jam bahkan hari. Ia buta akan waktu dan hanya mengandalkan intuisinya untuk melangkah kedepan.
Sudah sejauh itu memang dirinya menuju ke kematian, kembali ke kehidupan saja sangat jauh dan melelahkan. Selama itu pula ia selalu menaham nafsu untuk tidak menoleh kebelakang.
Namun, tak bertemu dengan orang yang ia sayangi jauh lebih menakutkan daripada tidak mengerti apa yang terjadi di belakangnya.
Hingga akhirnya ia sampai pada sebuah lorong gelap. Berkebalikan dengan cahaya, ia hitam pekat.
Seokjin takut, namun bayang-bayang Taehyung seolah menuntunnya untuk masuk ke sana.
Di sore hari yang tak terduga itu, Seokjin akhirnya menggerakan tangannya untuk yang pertama.
Hal itu disaksikan sendiri oleh Taehyung yang tengah menggendong Yeonjun dengan Soobin yang ada di sampingnya.
...
Butuh perjuangan bagi sebuah kisah yang indah. Terkadang pula kita bisa mengerti seberapa indahnya jika memang kita mendapatkannya dengan susah payah.
Taehyung menggenggam erat lengan Seokjin pagi itu. Setelah penantian pemulihan fisik dan psikis Seokjin yang tak sebentar. Taehyung berhasil membawa sosok itu ke atas altar di pagi hari saat musim gugur bulan September.
"apakah kau sudah tak takut lagi?" ujar Taehyung sebelum acara pernikahan itu dimulai.
"ketakutanku hanya satu. Aku takut melukaimu" ujarnya lirih
"kau telah mencintaiku dengan layak dan di waktu yang baik Seokjin, tak perlu takut" ujar pria itu.
Inilah alasan Seokjin tak langsung melaksanakan pernikahan usai dirinya sembuh.
Ia sadar tak pernah mencintai Taehyung dengan layak, ia mencintai pria itu di waktu yang selalu salah. Membuat cinta yang harusnya suci, berubah menjadi kubangan lumpur yang keruh dan kotor.
Usai perjalanan panjang, hari ini mereka terlahir kembali usai resmi mengucapkan janji suci pernkahan.
Bagi orang yang sekilas tau, mungkin Seokjin dan Taehyung adalah pendosa. Mereka melukai satu ikatan hingga bisa bersama.
Namun kenyataanya, mereka tak benar-benar tau apa yang kedua orang ini telah lakukan hingga semesta menyatukan keduanya di waktu yang indah.
-END-
WIIH SUDAH ENDING SEMUANYA HAHAHAHA
Makasih ya para reader yang sangat-sangat aku sayangi huhu, makasih sudah mau mengikuti book yang yaampun lama bener selesainya huhu.
Maafin kalau endingnya kurang gimana-gimana, aku teh sudah bingung mau digimanakan lagi wkwk.
Menulis ini bagiku sebagai sebuah proses belajar dan juga sweet escape dari dunia rl yang ya kadang nggak bersahabat. Terima kasi ya sudah mau menemani aku belajar dan bermain hehehe.
LAST, HAPPY NEW YEAR YA KALIAN. Semoga 2022 akan menjadi lebih baik bagi kalian semua. Good luck, sampai ketemu di work lain~~~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Morning Dew (END)
FanfictionSemurni embun pagi, cinta tak pernah bersalah. Hanya manusia yang keliru menggunakannya. .. Seokjin seorang dewasa yang terkungkung dalam permainan cinta disekelilingnya, Haruskah ia bertahan? Haruskah ia pergi? Akankah ia memilih jalan yang ter...