Bab 8

1.4K 122 3
                                    

Seokjin terbangun lebih dulu dan mendapati perpanjangan tubuh Namjoon masih tertidur di dalam dirinya, seperti yang punya. 

Ah jadi semalam itu nyata ya?

Batin Seokjin, karena semalam tadi Seokjin sama sekali tidak menolak Namjoon, ia sama sekali tidak mengingat sakit hatinya bahkan yang ada ia sendiri yang merasa bersalah. Seokjin berusaha melepaskan tautan itu sepelan mungkin takut suaminya turut terbangun. Tapi ia terlambat, tangan suaminya malah kini turut bergerak menarik pinggulnya menahan tautan itu tetap terjaga. 

"mau kemana? masih pagi" ujarnya  masih memejamkan mata. 

Seokjin tertawa kecil melihatnya, suaminya saat ini sangat mirip seperti Soobin yang baru bangun tidur. 

"jangan tertawa sayang, getarannya sampai situ" ujar Namjoon yang mulai membuka matanya. 

"hahh kau mulai keras lagi Namjoon, lepaskan aku" 

"makanya jangan bergerak terus, kini kau juga harus merasakan dia bangkit dalam pelukan lubangmu."

Seokjin kini merasakan pandangan matanya yang tidak fokus, dirinya tepat berada di pelukan Namjoon dengan lubangnya yang perlahan terasa penuh tanpa perlu dimasuki terlebih dahulu. Suaminya itu mendekapnya erat sehingga Seokjin hanya bisa menggeliat berusaha melepaskan diri, namun daging itu semakin besar dan keras mengisi tubuh bawah Seokjin dan menyentuh dinding-dinding lubangnya yang hangat. 

"akhh Namjoon ahh"  

Desah tertahan Seokjin keluar dari bibirnya ketika ia merasa Namjoon memompanya lagi, kini ia merasa kaki kanannya sedang diangkat tinggi-tinggi dan dikaitkan kepada tubuh Namjoon di hadapannya. 

Seokjin sudah tidak bisa apa-apa yang perlu ia lakukan kini hanya membiarkan Namjoon berlaku sesukanya. Ia hanya pasrah ketika ia merasakan puting kiri yang basah karena mulut Suaminya yang turut menyusu, begitu juga pelintiran di puting kanannya. 

Kini Namjoon sedang merasa di awan. Sex malas di pagi hari memang terasa sangat menyenangkan, untuk sejenak Namjoon mengabaikan isak tangis juga permintaan maaf tak jelas dari istrinya tadi tadi malam.  Nanti ia akan tanya. 

... 

Seokjin berjalan perlahan menuju ke ruangannya, entah mengapa setelah pergumulan emosionalnya semalam sama sekali tidak mengurangi beban dalam pikirannya. Justru perasaan bersalah itu semakin menghinggapi dirinya. 

Yang jelas hari ini ia tidak berminat melihat Taehyung, karena saat melihat orang itu pasti pikirannya akn terpenuhi bayang-bayang Namjoon begitu juga sebaliknya. Ia ingin menata hati terlebih dahulu sebelum bersitatap dengan Taehyung. Begitu bel jam pertama berbunyi baru Seokjin melangkah cepat menuju ruangannya. 

"Seokjin, selamat pagi. Kok semalam tidak mengangkat teleponku sih?" Sapa Taehyung ceria

"ah aku tidur tae, sudah ya aku mengajar dulu. Kau juga ada jadwal" 

Seokjinpun segera berlari menjauh tidak seperti biasanya meninggalkan Taehyung yang ingin berbicara namun tak jadi. 

Saat transisi jam Taehyung juga tidak menemui Seokjin di ruangan, biasanya ia akan menggunakan waktu-waktu transisinya untuk memberikan bimbingan atau sekadar beristirahat. Beitu Taehyung keluar ruangan ia malah mendapati Jeon Jungkook yang sedang tertawa-tawa terlihat sedang belajar dengan seseorang di taman fakultas, penasaran Taehyung melihat lawan bicara Jungkook ternyata itu adalah Seokjin yang sedang memberikan bimbingan. 

Padahal Seokjin selalu memberikan bimbingan di dalam ruangan mereka. 

"mau kemana?" 

ujar Taehyung tak tahan kucing-kucingan dengan Seokjin yang kini terlihat sedang mengambil kunci ingin segera bergegas meninggalkan Taehyung, padahal masih jam 11 siang. 

Morning Dew (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang