'cklek'
suara pintu berbunyi
Sebelum bel terakhir berbunyi, Taehyung melihat kembali Seokjin yang datang ke ruangan mereka dengan ekspresi yang tidak bisa digambarkan.
Sedari tadi Taehyung menunggu dengan resah di ruangannya dan Seokjin, bagaimana bisa Seokjin seharian kesana-kemari dan sangat sulit untuk ditemui padahal ia baru saja muncul entah dari mana setelah lima hari menghilang tanpa kabar.
"kau, dari mana saja Seokjin?"
ujar Taehyung frustasi sekaligus lega, ia langsung menghampiri Seokjin dan membawanya duduk di kursinya, sementara ia menarik kursi miliknya sendiri dan duduk berhadapan dengan Seokjin.
"Maafkan aku Taehyung, aku sibuk" ujarnya pelan dengan senyuman.
Ada banyak pertanyaan yang ingin sekali Taehyung tanyakan namun melihat wajah Seokjin yang kini jelas ada di depannya membuat Taehyung seakan sudah cukup. Ia melupakan semua pertanyaan yang sedari kemarin ada di benaknya.
"kau tau? aku gila tanpamu" ujar Taehyung bergetar
"benarkah? maafkan aku" Seokjin berujar sambil mengelus punggung tangan Taehyung yang ada di genggamannya.
"Seokjin, aku serius dengan ucapanku di Ulleung tempo hari, menikahlah denganku Seokjin. Aku kini jelas tak bisa hidup tanpamu" ujar Taehyung penuh harap. Setelah yang mereka lalui, inilah jalan yang memang benar ia inginkan tak peduli apapun yang ada di depannya.
"kau akan merusak hubunganmu dengan Namjoon"
"biarlah aku tak peduli" ujar Taehyung tegas.
"apakah kau tak apa apabila Namjoon tahu tentang kita?" ujar Seokjin berusaha tenang.
"aku tak apa" jawabnya tegas.
"bahkan kalau ia memukul atau membuhmu?"
"aku tak apa, aku tak akan terbunuh karena ada kau yang harus ku lindungi"
"bagaimana kalau"
seokjin mengambil nafas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya.
"-pada akhirnya aku pergi, entah karena Namjoon yang akhirnya mengurungku atau apapun itu. Apa yang akan kita lakukan kedepannya?"
"aku akan mengejarmu Seokjin. Aku akan menemukanmu"
"Taehyung, kau tahu? kau dan aku masih muda. Setidaknya kita belum 30 tahun. Namun jalanmu masih panjang karena kau pria yang bebas tidak seperti aku yang memiliki Soobin dan aku sudah menikah, aku melepasmu Taehyung. Tolong carilah kebahagiaan dengan cara yang baik" ujar Seokjin hampir menangis.
Namun ia harus kuat dan menahan tangisnya kali ini.
Seokjin tidak tau sejak kapan bahwa ia menggunakan intusinya dalam berbagai macam hal. Insting semacam itu semakin tajam semenjak ia menjadi seorang ibu. Begitu pula dengan hari ini, ia sangat mengandalkan intuisi yang ia miliki.
Jeritan Taehyung yang memekikkan telinga sudah ada di dalam perkiraanya dan intuisi mengatakan inilah waktunya.
Seokjin mencium Taehyung saat ini, ciuman yang sangat menuntut karena memang Seokjin berusaha menyampaikan berbagai emosi lewat sana. Penyesalan, kekecewaan, kebahagiaan, dan yang pasti ucapan selamat tinggal.
sekali lagi intusinya benar saat ia merasa ciumannya ditarik paksa dilanjutkan dengan pemandangan Taehyung sudah ditarik oleh seseorang yang tidak lain dan bukan adalah suaminya sendiri, Kim Namjoon.
'bugh, bugh' suara pukulan itu memenuhi telinganya dan jujur air matanya sudah tumpah tak tertahankan.
Seokjin sejenak mematung dan tak menyangka bahwa hari ini akhirnya tiba juga, dua pria yang ia cintai harus sama-sama terluka karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Morning Dew (END)
FanfictionSemurni embun pagi, cinta tak pernah bersalah. Hanya manusia yang keliru menggunakannya. .. Seokjin seorang dewasa yang terkungkung dalam permainan cinta disekelilingnya, Haruskah ia bertahan? Haruskah ia pergi? Akankah ia memilih jalan yang ter...