Bab 16

925 96 18
                                    

"Namjoon, mau berapa lama kau mengurungku di sini?" ucap Seokjin setengah frustasi. 

Ia lelah, sudah lima hari dirinya hanya berbaring dan membuka pahanya lebar-lebar. Sudah tak terhitung berapa kali Namjoon memasukinya. Pinggangnya remuk tubuh bagian bawahnya mati rasa. Namjoon terus-terusan memberinya obat laknat yang membuatnya terus merasa lemas sekaligus membara. 

"maafkan aku Seokjin, sebentar lagi kita akan seperti dulu lagi" ujar Namjoon sambil membelai tangan Seokjin. 

"kurasa tidak Namjoon" 

"tolonglah Seokjin aku hanya ingin bersamamu" ujar Namjoon memohon dengan frustasi.

Seokjin sudah tidak mengenal siapa pria di depannya itu. 

"kau memperkosaku berulang kali, kau pikir masih bisakah aku berbuat baik dengan orang yang jelas telah memperlakukanku seperti hewan di musim kawin? kau sudah sangat menyakitiku Namjoon, sadarlah! Kau pikir harga diriku tak terluka ketika kau seperti ini, memaksaku menjadi incubator untuk mengandung anakmu, apakah aku serendah itu Namjoon?" 

Seokjin tak tahan, sudah lima hari ini ia kehilangan dirinya sendiri. 

Tidak, ia sudah kehilangan dirinya sendiri untuk waktu yang lama. 

Seokjin merupakan Dosen Ilmu Sosial dan bodohnya ia selalu mengabaikan perilaku Namjoon yang jelas telah timpang memperlakukannya dengan semena-mena. 

Ia teringat hanya bisa menerangkan sembari menangis dalam hati saat menjelaskan tentang marital rape hingga KDRT pada mahasiswanya. Ia paham betul ia sendiri adalah korban. Tapi apa yang bisa ia lakukan? pertanyaan itu selalu datang berulang dalam dirinya.

Bahkan pekerjaan yang ia cintai itu seakan mengingatkannya pada kesedihan tak berujung itu.

Tapi cintanya pada Namjoon mengalahkan segalanya. Seokjin sadar ia ada di dalam hubungan yang perlahan membunuh dirinya. 

tapi ia bisa apa? 

"Aku tidak seperti yang kau pikirkan!" ujar Namjoon kembali emosi, ia benar-benar frustasi. 

Namjoon dengan tergesa mengambil sesuatu di lemari pakaiannya. 

Ia melemparkan obat-obatan itu begitu saja mengenai wajah Seokjin. 

"itukan yang kau cari?" 

"sejak kapan kau berani membohongiku?" ia memegang rahang Seokjin dengan kuat. 

'ah jadi ini'

Seokjin kembali hanya bisa diam dan menangis. Ia sebenarnya rela saja mati saat ini hanya saja ia tidak bisa membayangkan Soobin ketika harus kehilangan dirinya dan tentunya ada satu pria lagi yang akan benar-benar terluka apabila ia pergi saat ini. 

"kalau perlu Seokjin aku akan mengurungmu di sini selamanya" ujar Namjoon final. 

... 

Taehyung kembali mendapati kursi Seokjin kosong. Sudah ratusan pesan dan puluhan panggilan tak terangkat. Begitu pulang dari pulau Ulleung Seokjin seakan lenyap, apakah Seokjin kini telah meninggalkannya bahkan tanpa pamit? 

Tentu Taehyung tidak terima, cintanya sudah terlampau dalam dan dirinya sudah bertekat mencari Seokjin ke rumahnya. Ia sudah tidak takut dengan apapun, ia hanya takut kehilangan Seokjin. 

"permisi" 

"oh masuklah Jeon" ujar Taehyung ramah. Ia tahu anak itu akan konsultasi skripsi dengan Seokjin, tapi nampaknya ia harus menunggu entah berapa kali lagi

"mencari Seokjin?" 

"iya aku mencari Seongsaenim" 

"yang sabar ya" ujar Taehyung sambil menepuk pundaknya pelan. 

Morning Dew (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang