Bab 3

59 43 118
                                        

Definisi bahagia itu banyak, tergantung orang yang merasakan bahagia itu sendiri.

____________



*****

"Jika ada pesanan dari A'A'A company jangan kalian terima, saya sudah memasukkan perusahaan itu ke dalam daftar hitam toko bunga," ucap Aya pada orang di seberang telepon.

Aya merupakan pemilik toko bunga terbesar di kota ini, pemilik perkebunan bunga paling luas, dengan kualitas dan kuantitas yang bagus, oleh sebab itu toko-toko kecil penjual bunga akan membeli bunga dari Aya.

Terkadang Aya mendistribusikan sendiri bunga-bunga miliknya ke toko kecil, oleh karena itu ssbagian besar toko bunga menjalin kerjasama dengan Aya.

Aya keluar dari ruangannya, ia melihat karyawannya murung semua. "Kenapa nih? Kok pada murung?" tanya Aya.

"Gapapa Bu, kita sedih aja bunga nya jadi sia-sia!" jawab Lita.

"Siapa bilang sia-sia? Ini udah dapet pesanan seratus buket di kompleks melati," jawab Aya santai.

Mereka langsung sumringah, melanjutkan pekerjaan dengan cepat, tak ingin membuat Aya semakin kesal karena kejadian tadi.

Aya tersenyum miring, pihak A'A'A company sudah beberapa kali menelepon nya, tetapi ia mengabaikan itu. Mereka salah karena sudah bermain-main dengan Aya.

Tak butuh waktu lama, Aya sudah selesai dengan tugas nya, hari sudah menunjukkan pukul lima sore, Aya memerintahkan menutup toko lebih awal.

"Kenapa tutup cepat Bu?" tanya sista.

"Kita kan mau pergi makan-makan gimana sih? Masa kalian lupa?" kesal Aya.

"Ooh itu, kirain gak jadi Bu," kekeh Safina.

Mereka pergi ke salah satu restoran keluarga, inilah kenapa mereka sangat menyukai Aya, ia tak segan memberi bonus bahkan membawa mereka makan di restoran mewah jika omset di toko naik.

"Makasih ya Bu, kita beruntung punya bos kaya ibu," ujar Alex yang di angguki lainnya.

"Oh iya dong, Aya gitu loh," sahut nya sambil mengibaskan rambut.

Mereka terkekeh, bersyukur memiliki Bos yang baik seperti Aya.

Setelah selesai dengan kegiatan mereka, Aya dan yang lainnya pulang ke ruang masing-masing, tidak dengan Aya, ia memutuskan untuk pergi ke suatu tempat, tempat yang sudah jarang ia datangi karena ia sedikit sibuk.

Taman. Tempat yang dulu selalu ia datangi bersama sosok yang ia sayangi, Ayres Laveranda, nama yang masih membekas di hati nya. Pergi meninggalkan bahkan sampai saat ini belum ada kabar.

Sudah terhitung 19 tahun semenjak Ayres yang pergi ke negri jiran untuk menjalani perobatan.

"Mungkin kak Ayres sudah menikah dan punya anak yang lucu-lucu," gumam Aya sembari menatap daun-daun yang berguguran di depannya.

Tangannya menggenggam, kertas origami berwarna peach bertempsl bunga alyssum dan daun kering.

Aya mengelus nama yang tertulis di sudut kertas tersebut, senyum kecil terbentuk di wajahnya.

"Jangan nangis lagi Aya, aku makin sakit kalo lihat kamu nangis."

"Jangan pernah lupain aku setelah ini, aku selalu ada di kenangan dan ingatan kamu."

"Aku harap suatu saat kita bisa bertemu lagi."

"Tunggu aku Aya, aku janji bakalan sembuh demi kamu."

"Aku bakalan kembali dan kita bakalan main lagi ke taman bunga punya kamu."

"Selamat tinggal Aya."

Sepercik bayangan di masa lalu kembali terlintas, Ayres berjanji akan kembali, tetapi ia tak pernah kembali.

Seharusnya Aya sadar, usia mereka masih terlalu belia untuk mengucapkan janji yang mungkin belum bisa di tepati.

"Pertemuan kita singkat, tapi Ara bahagia akan hal itu, mungkin kak Ayres udah lupain Aya, dan Aya juga bakalan coba lupain kak Ayres."

"SELAMAT TINGGAL KAK AYRES!" teriak Aya ke arah senja di depannya.

"Aku gak bakalan biarin kamu lupain aku baby."

Aya sedikit familiar dengan suara itu, ia berbalik dan melotot terkejut.
"Ada apa pak Ayres kesini? Ah iya, yang saya maksut bukan Ayres Anda tetapi Ayres lain."

Ayres terkekeh lalu tersenyum manis, duduk di samping Aya sambil menatap senja. "Aku ini Ayres Laverandra, yang selama ini kamu tunggu," ucapnya.

Aya tak percaya, ia masih belum yakin kalau yang di hadapannya salah Ayres yang selama ini ia nantikan.

"Apa buktinya?"

"Kami belum percaya aku ini Ayres?"

Aya menggeleng.

"Oh ayolah, aku Ayres. Anak laki-laki yang dulu kamu hibur karena menangis di bawah pohon sendirian."

"Kamu Ayres?"

"Ternyata kamu belum percaya, apa kamu masih suka mengumpulkan daun kering? Masih menyukai bunga Alyssum?"

"Kak Ayres lama banget! Kenapa gak dari dulu aja pulang nya, sekarang kakak udah sehat kan?" pertanyaan berturut dari Aya membuat Ayres terkekeh.

"Aku udah sehat, seperti janji aku dulu, aku kembali!" seru nya, lalu membawa Aya kedekapannya.

"Selama disana aku menjalani pengobatan yang beragam, tiap hari selalu obat, dan akhirnya setelah lima tahun aku sembuh, dan melanjutkan Study disana."

"Aku gak pernah terpikir sekali pun buat lupain kamu, bahkan aku masih ingat dulu kamu minta aku nikahin."

"Itu kan karna kita masih kecil, gak usah di anggap serius," elak Aya.

Mereka hanyut dalam kenangan semasa mereka kecil dulu, Aya yang ceria serta Ayres yang rapuh.

Kini kisah mereka akan segera dimulai, kisah antara dua insan berbeda jenis yang di pertemukan kembali dengan watak berbeda.

Ayres yang dulunya banyak diam sekarang menjadi CEO yang menyebalkan, beralih ke Aya. Aya masih menjadi fanatik bunga, hanya saja sikap nya sekarang lebih ketus dan judes.

Si CEO wedding organizer vs Si fanatik bunga, julukan yang tepat untuk mereka saat ini.

***

Hari sudah mulai malam, Aya dan Ayres belum beranjak dari taman itu. Mereka menatap rumah pohon kecil yang dulunya menjadi tempat mereka bermain, menjadi saksi bisu kebahagiaan mereka dulu.

Sembari menikmati keindahan langit yang bertaburan indah, menambah kesan tenang serta nyaman.

_____________


Jangan lupa vote and komen!
Vote? Komen? Gratis kok!

Flowers in Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang