Bab 15

36 27 104
                                        

"Cukup kita berdua, jangan ada kata ketiga lagi, kalau memang dia yang ketiga datang aku harap kamu tetap jadi milik aku, bukan milik si ketiga."

****

Sudah terhitung dua bulan lamanya pernikahan Aya dan Ayres, selama itu pula mereka berdua belajar untuk memahami satu sama lain, menaruh kepercayaan, dan tentunya memperdalam cinta.

Suka, duka, sedih, bahagia, tangis, dan tawa, pertengkaran kecil karena hal sepele juga sering mereka rasakan, tapi akhirnya dengan Ayres si kepala keluarga semua menjadi beres.

Jam di nakas sudah menunjukkan pukul 07.30 Aya terbangun saat mendengar alarm dari handphone nya.

Iya menatap wajah Ayres yang masih tertidur pulas. "Selamat pagi Ayres," sapa Aya.

Ayres menggeliat, merasa terganggu dengan sentuhan yang di berikan oleh Aya. "Selamat pagi my wife." Ayres tersenyum.

"Udah gak usah romantis-romantisan, sekarang udah jam berapa, kita harus kerja," ucap Aya langsung beranjak ke kamar mandi dengan handuk yang di sampirkan di bahu.

"Bangun Ayres!" teriak Aya dari kamar mandi.

Ayres menggeleng, lalu tersenyum,  sungguh kehidupan yang ia idam-idamkan, di bangunkan oleh istri, mendengar istri mengomelinya, di masakin istri, tidur bersama istri, semua ia lakukan bersama istri.

Tanpa sadar Ayres kembali tertidur.

"BANGUN AYRES JELEK! MAU JADI APA ANAK PERAWAN BANGUN JAM SEGINI HAH?!" teriak Aya yang baru keluar dari kamar mandi dengan baju yang sudah rapi.

Ayre tak menggubris, malah ia membenamkan kepalanya di bantal, meredam suara Aya yang mengalahkan suara konser.

"Gak mau bangun?" tanya Aya sekali lagi.

Aya tau Ayres sudah bangun, tapi ia sengaja menjahili Aya. Aya mengambil kemoceng yang ada di sudut ruangan.

Menggerakkan kemoceng itu di telapak kaki Ayres, langsung saja Ayres bereaksi. "Jangan di gelitikin juga kali!" sungut Ayres.

"Istri durhaka kamu!" tambahnya.

"Suami durhaka kamu!" ucap Aya mencontohkan nada bicara Ayres.

"Sekarang mandi, udah telat ke kantor kan? Aku mau buat sarapan dulu," titah Aya.

"Ngapain takut telat sih, itu kan kantor aku, terserah aku lah." ucap Ayres.

"Cih dasar sombong."

"Wajar dong, aku kan kaya," balas Ayres.

"Dasar Dugong," ucap Aya.

"Dasar Lutung!" balas Ayres.

"Dugong!"

"Lutung!"

Perdebatan mereka terhenti ketika handphone Aya berdering, dengan segera Aya mengangkatnya.

"Oke saya bakalan ke sama sekarang," ucap Aya.

"Siapa?" tanya Ayres.

Flowers in Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang