Pertemuan itu tidak mengenal tempat, waktu, atau bahkan keadaan?
______________
Gadis kecil penyuka bahkan bisa di bilang fanatik dengan bunga. Rambut pendek sebahu dengan poni serta gigi kelinci menambah kesan lucu pada dirinya, ia ceria dan mudah tertawa, Saat ini usia nya baru menginjak 7 tahun.
Sepulang sekolah, ia akan membantu mama nya di kebun bunga pribadi milik keluarga mereka.
Tangan mungilnya memetik bunga-bunga yang sudah bisa di panen, mengumpulkan nya dalam sebuah keranjang lalu di jadikan menjadi rangkaian bunga yang indah.
Menanam, memupuk, menyiram, memetik, dan merangkai bunga, adalah kegiatan paling di sukai gadis itu. Kegiatan yang setiap hari berulang ia lakukan.
"Mama mau ke toko bunga, kamu mau ikut?" Tanya adflo sembari mengusap Surai indah gadis itu.
Gadis itu menjawab dengan anggukan. "Oke, aku mau ke tempat biasa ya ma," tuturnya, yang di balas anggukan oleh sang Mama.
***
Semilir angin menerbangkan helaian rambut hitam milik gadis itu, tangan nya menggapai beberapa daun kering yang menurutnya memiliki bentuk menarik, setelah mengumpulkan daun kering, ia duduk di bawah pohon pinus.
Tempat yang selalu ia kunjungi setiap sore, bukan karena hal istimewa hanya karena di tempat ini banyak daun yang berguguran dan itu adalah hal menarik bagi gadis itu.
Ia menempelkan daun-daun yang sudah ia kumpulkan pada suatu buku yang lumayan tebal, lalu menulis sesuatu di bawah daun tersebut.
"Kenapa semua orang jahat sama aku? Akhhh kalo begini mending aku mati aja!"
Atensi nya teralihkan saat indra nya menangkap suara teriakan yang tak jauh dari tempat ia berada, kaki jenjang nya menelusuri taman ini berniat mencari asal suara.
Ia menemukan seorang anak laki-laki yang terduduk sembari memeluk lutut, ia menghampirinya.
"Kakak kenapa?" tanya gadis itu, yang di tanya pun mendongak menatap dari sang empu.
"Pergi," lirihnya dengan tatapan kosong.
"Emm..." gadis itu mengetukkan jari di dagu seolah berpikir, lalu tak lama ia menjentikkan jari. "Nih kak mau liat sesuatu gak?" tawarnya.
Tak kunjung mendapat jawaban gadis itu duduk di samping anak laki-laki itu, membuka buku yang sedari tadi ia bawa. "Ini nama nya daun kering yang aku kumpulin, tiap hari jatuh, sama seperti air mata kakak yang terus menerus jatuh."
"Kata mereka aku gak ada gunanya," gumam nya tetapi masih di dengar oleh sang gadis.
"Saat ini Kakak nangis seperti orang gak berguna, tapi tanpa sadar dulu kakak pasti pernah memberi manfaat bagi sebanyak orang, sama seperti daun kering yang jatuh seperti sampah, tapi dulu daun itu pernah memberi oksigen buat kita!" paparnya.
Anak laki-laki itu tersenyum singkat, lalu menatap lawan bicara nya. "Nama kamu siapa?" tanyanya.
"Ayana Adsila Azhara, bisa di panggil Aya," jawab nya dengan senyum manis.
"Aku Ayres Laverendra, panggil aja Ayres," serunya lalu membalas senyuman Aya.
Jangan lupa di vote and komen!
Vote? Comen? Gratis kok!

KAMU SEDANG MEMBACA
Flowers in Love
RomancePertemuan singkat tetapi berkesan antara Ayana dan Ayres beberapa tahun silam, menciptakan kisah panjang di masa depan. Si fanatik bunga dan Si CEO wedding organizer menjadikan kisah ini lumayan menarik, akankah akhirnya mereka bersatu, atau mungki...