Kecewa, sifat yang pasti di miliki oleh setiap orang, sifat yang akan keluar saat kita mulai merasakan apa itu artinya tak di anggap atau mungkin di hianati?
_________________________
*****
Ayres melihat sekeliling, sekarang ia sudah sampai di desa Rumbang padalhan masih menunjukkan pukul 06.00 pagi, tetapi tak ayal banyak orang yang sudah beraktivitas.
Ayres berangkat sekitar pukul empat pagi buta tadi, ia takut terjadi hal-hal yang tak diinginkan pada Aya.
"Pak, bapak kenal dengan Ayana Adsila Azhara?" tanya Ayres kepada seorang lelaki paruh baya.
Orang itu menatap Ayres heran, menelisik penampilan Ayres dari atas sampai bawah. "Kenal atuh, Kamu pasti teman nya Bu Aya dari Kota ya," serunya.
Ayres tersenyum lalu membalas."Iya pak, lebih tepatnya tunangan Aya," jelas Ayres.
Budi kaget, lalu kembali tersenyum ramah. "Saya baru tau, kenapa ya Bu Aya gak memberi tau kami," gumamnya.
"Bisa tolong antar saya ke Aya pak?" pinta Ayres.
Pak Budi hanya mengangguk lalu menuntun jalan menuju villa tempat Aya menginap.
Di sepanjang perjalanan, Pak Budi menceritakan sedikit tentang pentingnya peran Aya di desa ini, mulai dari investasi taman bunga, dan pembuat lapangan kerja, hampir semua ia ceritakan, membuat Ayres bangga.
Tak terasa mereka sampai di villa, tetapi tak ada orang disana. Menurut keterangan dari penjaga villa, Aya pergi bersama seorang lelaki bernama Fahmi ke perkebunan bunga. Itulah informasi yang Ayres dapatkan, sepertinya Ayres salah paham.
Ayres berjalan menuju perkebunan bunga dengan mengikuti petunjuk penjaga villa, sedari tadi ia terus bergumam siapa lelaki yang pergi bersama Aya sampai-sampai tak mengabari Ayres.
Apa Aya punya selingkuhan?
"Kamu kebanyakan melamun, ini kita udah sampai di perkebunan, kamu jalan lurus aja nanti ketemu sana Bu Aya," ucap penjaga villa itu.
Ayres mengangguk dan berterima kasih sebelum ia melanjutkan perjalan masuk ke dalam kebun bunga itu.
Ayres sempat terpukau dengan keindahan sekitar, lalu kembali tersadar dengan tujuan ya untuk bertemu Aya.
Ayres terus berjalan lurus mengikuti arahan yang sebelumnya di berikan si penjaga villa.
Jalan yang cukup terjal, dan becek membuat tenaga cukup terkuras, apalagi dengan Ayres yang memakai sepatu semakin menambah tingkat kesusahan untuk melewati jalan berlumpur.
"Kalo tau begini tadi kesini pake sendal aja, ga usah segala pake sepatu," gerutu Ayres.
Ia membuka sepatunya, dan lanjut berjalan. Tepat lima langkah Ayres berjalan ia merasakan rasa sakit di telapak kakinya, saat memeriksa kaki nya, ternyata ada ranting kecil pohon berduri yang tertancap disana.
Ayres mencabutnya dengan hati-hati, setelah terlepas darah keluar dari luka itu.
"Mau ketemu sama Aya aja harus pake perjuangan begini banget," cibir Ayres.
Menahan sakit di kaki nya, ia berdiri dan kembali berjalan dengan sedikit tertatih.
Sudah terhitung lima belas menit Ayres berjalan melewati hamparan kebun bunga itu, tetapi tak juga menemukan Aya. Ia duduk disalah satu bangku kayu yang ada di bawah pohon, meluruskan kaki nya yang terasa pegal.
Atensi Ayres teralihkan saat ia mendengar suara air terjun, dan suara tawa seorang perempuan.
Ayres yakin itu Aya, ia bangkit lalu berjalan menuju asal suara, senyum terus mengembang di wajah nya, tangannya merapikan kaos yang ia pakai, lalu beralih ke rambut, ia ingin terlihat sempurna di mata Aya.
Tetapi senyuman Ayres semakin memudar saat ia mendapati Aya tertawa keras bersama seorang lelaki, tampak akrab, bahkan Ayres tau kalau Aya susah bergaul dengan lelaki, lantas siapa lelaki yang sedang bersama Aya itu?
Ah iya dia Fahmi, Ayres ingat saat penjaga villa itu mengatakan Aya pergi bersama Fahmi.
Air mata Ayres menetes, raut wajah nya sudah tak enak di pandang, Ayres mengepalkan tangan lalu berjalan menuju Aya dan Fahmi.
Bugh!
Satu pukulan keras mendarat di pipi kiri Fahmi, Aya kaget lalu menoleh kepada si pelaku.
Melotot tak percaya dengan apa yang ia lihat, mengapa Ayres disini?
"Kenapa kamu pukul Fahmi!" bentak Aya.
Ayres terkekeh pelan. "Kamu bahkan bentak aku cuman karna dia," lirihnya.
Fahmi yang tak mengerti apa-apa hanya diam sembari memegang pipinya yang terasa sakit.
"Aku bentak kamu karena kamu salah Ayres," ucap Aya.
"Kamu ga sadar kesalahan kamu apa?" peringat Ayres.
Alis kiri milik Aya terangkat pertanda bingung. "Aku? Salah? Salah apa lagi?"
Ayres menghela nafas berat. "Kamu gak sadar sama kesalahan kamu, kamu bahkan gak ngabarin aku dua hari ini, setidaknya kasih kabar kamu pergi untuk urus perkebunan, dan sekarang kamu malah asik ketawa sama laki-laki lain,"
"Kamu gak tau perjuangan aku ke sini itu gimana, kamu malah nambahin beban pikiran aku." sambung Ayres.
"Ngabarin kamu? Emang kita ada hubungan? Apa ada aku nyuruh kamu kesini? Kalo untuk masalah dekat sama cowok lain itu hak aku dong," ujar Aya.
Ayres tertawa pelan, mata nya sudah memerah. "Bukan tentang hubungan Aya, setidaknya hargai aku yang selama ini dekat sama kamu."
"Aku bahkan baru tau kalo kamu itu punya sifat begini, mungkin selama aku berobat di luar negri banyak hal yang gak aku ketahui."
"Lo benar, Lo dan gue gak punya hubungan apa pun sejak dulu, cuman pertemanan bodoh antara dua anak kecil kan?" ucap Ayres panjang.
Aya diam mencerna apa yang dikatakan Ayres, bahkan kosa kata yang biasa Ayres pakai pun berganti menjadi Lo-gue.
"Bukan gitu Res," bantah Aya.
"Ga usah di perjelas lagi, gue udah terlanjur kecewa."
Sepenggal kata yang Ayres tinggalkan sebelum ia pergi meninggalkan Aya dan Fahmi yang terdiam, Aya mematung, apa kesalahannya sudah sangat fatal sampai membuat Ayres kecewa?
"Gue terlanjur kecewa."
Perkataan Ayres yang berhasil bersarang di pikiran Aya.
****
Jangan lupa vote and komen!!!
Vote? Komen? Gratis kok!
Instagram : ln.azmi
KAMU SEDANG MEMBACA
Flowers in Love
Roman d'amourPertemuan singkat tetapi berkesan antara Ayana dan Ayres beberapa tahun silam, menciptakan kisah panjang di masa depan. Si fanatik bunga dan Si CEO wedding organizer menjadikan kisah ini lumayan menarik, akankah akhirnya mereka bersatu, atau mungki...