"Gue terlanjur kecewa."
Ucapan Ayres beberapa jam lalu mampu menguasai pikiran Aya, kembali ke alam sadar, Aya menyadari Fahmi terluka karena ulah Ayres jadi merasa bersalah.
"Ayo balik ke vila, nanti di obatin di sana," ajak Aya.
Fahmi hanya bisa mengangguk, hanya satu beberapa pukulan tetapi tak ayal pukulan itu sangat sakit.
Sepanjang perjalan menuju vila, Aya terus melamun, hanya ada Ayres di pikirannya. Rada ingin meminta maaf dan kembali pada Ayres pasti ada, tetapi kembali lagi pada rasa egois yang menguasai pikiran.
"Kenapa bisa begini?" tanya Pak Budi.
"Gapapa Pak, tadi jatuh doang,"
"Makanya lain kali hati-hati,"
"Iya Pak, namanya juga kecelakaan,"
"Tapi Buk Aya gapapa 'kan?"
Aya tersadar dari lamunannya. "Iya Pak, Aya gakpapa kok," jawabnya.
"Keliatannya Buk Aya capek, istirahat aja dulu," usul Pak Budi.
Aya mengangguk lalu beranjak menuju kamar tidurnya.
Di dalam kamar tidur, bukannya beristirahat, Aya malah duduk di balkon kamarnya.
Sepercik ingatan tentang kejadian beberapa jam lalu, saat Ayres datang, memukul Fahmi, dan puncaknya saat Ayres menyatakan ia kecewa.
'Apa Gue salah?'
Aya masih saja bergelut dengan pikirannya, ia bingung? tentu.
'Buksn tentang hubungan Aya, tapi cara kamu menghargai aku yang selama ini dekat sama kamu!'
'Lo bener, kita ga ada hubungan apa-apa, hanya pertemanan bodoh antara dua anak kecil kan?'
'Ga usah di perjelas lagi, gue udah kecewa,'
Aya mengacak rambutnya, ia pusing, lelah, dan bingung, apa yang seharusnya ia lakukan setelah ini.
Ia berdiri dari duduk nya berjalan menuju lemari, mengemas barang, dan sedikit berbenah diri. Benar, Aya akan pulang hari ini juga.
Ini tidak benar, karena emosi dan alasan yang tak jelas Aya dan Ayres malah terpisah seperti ini. Kalau bukan Aya maka siapa lagi yang akan memperbaiki hubungan mereka?
"Mau kemana buru-buru?" tanya Fahmi dengan tatapan heran.
"Mau pulang heheh,"
"Loh bukannya pulang Minggu ya?"
"Ada masalah mendadak di toko bunga yang di kota, jadi harus pulang sekarang," ujar Aya.
Pak Budi datang. "Gak mau berangkat besok aja Buk? Udah mau magrib nih," ucap nya.
"Hmm... Gapapa deh Pak, Aya hati-hati kok nyetir nya," ucap Aya.
Setelah percakapan singkat antara dan acara pamit dengan semua yang ada di vila, akhirnya Aya sudah duduk manis di kursi kemudi.
Aya menurunkan kaca mobilnya, setelah menyalakan mesin mobil. Melambaikan tangan kepada Fahmi dan yang lainnya. "Kapan-kapan Aya datang lagi ya!!" seru Aya.
Mereka hanya terkekeh lalu malas lambaian tangan Aya, lama-kelamaan mobil Aya pun menghilang di belokan jalan.
"Tunggu gue Ayres, gue bakalan perbaiki hubungan kita ini!" gumam Aya.
Ia mengemudi dengan tenang, sesekali memikirkan cara agar Ayres mau memaafkan nya, mengingat dia memarahi Ayres dengan kata-kata pedas nya.
Sesekali Aya berdialog sendiri, seolah-olah di samping nya ada Ayres.
Masih asik dengan kegiatannya, Aya mengernyit heran karena ada telepon masuk dari Papa nya."Kenapa Pa?"
"Ayres udah nyampe disana?"
"Lah? Ayres kan udah pulang dari semalam,"
"Kamu pulang sekarang, ada berita buruk,"
"Berarti itu beneran Ayres Pa?"
Ucapan terakhir yang di ucapkan Mama nya membuat jantung Aya berpacu dengan cepat, bukan karena jatuh cinta, tetapi karena khawatir, gelisah dan sejenisnya.
"Ada apa dengan Ayres?"
"Apa terjadi sesuatu yang buruk?"
Banyak pertanyaan yang muncul di pikirannya tetapi tak ada satupun yang mampu ia jawab.
Aya panik, melajukan mobil dengan cepat untuk segera sampai ke rumah dalam waktu yang sesingkat mungkin.
______
Seorang wanita berlarian di lorong rumah sakit, walaupun mendapat beberapa umpatan dari orang sekitar karena berlarian ia tak menggubris nya.
"Ayres kenapa?" tanya Aya.
"Tadi Ayres kecelakaan,"
"Kenapa bisa?" tanya Aya lagi.
Tak ada yang menjawab, karena memang belum ada yang tau. Sampai akhirnya seorang dokter datang menanggapi.
"Ayres kecelakaan kemungkinan karena kaki 'nya yang terluka lumayan parah, saat ingin menginjak rem kaki nya sudah tak tergerakkan dan malah mengakibatkan kecelakaan," jelasnya.
"Cedera karna apa?" tanya Mama Ayres.
Ah sekarang Aya ingat, saat Ayres menemui nya kaki Ayres memang terluka dan seperti yang Fahmi bilang, luka itu cukup parah dan ternyata benar.
Jika ditarik kesimpulan, Aya adalah penyebab semua masalah ini.
"Ayres nya sudah sadar dok?" tanya Aya.
"Belum, saat ini pasien masih beristirahat, kemungkinan sadar nya adalah besok," ujar dokter tersebut dan setelahnya ia pamit.
Aya duduk di kursi tunggu, memegangi kepala yang terasa sedikit pusing.
"Kamu pulang aja dulu, pasti capek kan?" titah Mama Ayres.
"Gak usah Tante, Aya masih mau jagain Ayres,"
"Yaudah, kalo gitu Tante titip Ayres ya," ucapnya.
Aya hanya mengangguk dan tersenyum tipis, dan sekarang satu-persatu pulang menyisakan Aya dan Ayres.
Aya yang duduk di kursi tunggu tepat di depan ruangan Ayres, semetara Ayres masih sentiasa menutup mata.
To be continued
Jangan lupa vote dan komen.
Vote? Komen? Gratis kok!

KAMU SEDANG MEMBACA
Flowers in Love
RomancePertemuan singkat tetapi berkesan antara Ayana dan Ayres beberapa tahun silam, menciptakan kisah panjang di masa depan. Si fanatik bunga dan Si CEO wedding organizer menjadikan kisah ini lumayan menarik, akankah akhirnya mereka bersatu, atau mungki...