Bab 7

31 27 46
                                        

Sedihnya terbilang singkat, tapi bahagia datang terus-menerus, kenapa aku malah khawatir jika suatu saat akan ada masalah yang membuat aku sedih terus-menerus.

________________






*****

Setelah makan malam dan bercerita banyak hal dengan Ayres, Aya tertidur di sofa rumah Ayres.

"Udah malam banget nih, Aya nya di bangunin aja nanti orang rumah nyariin," usul Vina tetapi di tolak oleh Ayres.

"Aku gendong Aya aja deh, kasian kelihatan capek banget," ucapnya.

Vina hanya mengiyakan saja, apa yang dilakukan Ayres pasti untuk kebaikan Aya.

Ayres memakai Hoodie tebal berwarna hitam, memakaikannya juga untuk Aya, setelah selesai ia menggendong Aya seperti koala.

Ayres rasa jantung nya berdetak dengan kecepatan tinggi saat berdekatan dengan Aya, menepis pemikiran, Ayres berjalan menuju garasi mobil, mendudukkan Aya di kursi samping kemudi.

"Nyenyak banget tidurnya," gumam Ayres.

Ayres mengusap rambut Aya dengan lembut, tersenyum senang sekarang ia bisa selalu bersama gadisnya, ingin sekali Ayres mengecup kening Aya sebagai tanda sayangnya, tetapi ia mengurungkan niat.

Ayres melajukan mobilnya sampai ke rumah Aya, ternyata rumah Aya masih sama seperti dulu.

Ayres berjalan keluar dari mobil, menggendong Aya seperti koala lalu beranjak menuju pintu utama rumah Aya, memencet bel beberapa kali dan akhirnya seorang wanita paruh baya membukakan pintu. "Ayana kenapa?" tanya Gita khawatir.

Ayres tersenyum menanggapi. "Aya gakpapa kok Tante, ini cuman ketiduran," jawab Ayres.

"Maaf ngerepotin, suka tidur banget anak nya, seharusnya kamu siram aja tadi," gurau Gita.

Ayres terkekeh. "Gak di suruh masuk nih Tan? Berat loh si Aya."

Gita menepuk jidat, menggeser badan mempersilahkan Ayres masuk. "Bawa ke kamar nya aja, Papa Aya gak bakalan sanggup ngegotong Aya kelantai dua," pinta Gita.

Ayres hanya mengangguk, berjalan menuju lantai dua, ia langsung menemukan kamar Aya karena diberi tanda lukisan daun kering serta bunga di pintu tersebut.

Melangkahkan kaki masuk ke dalam, meletakkan tubuh Aya di atas tempat tidur, lalu menarik selimut Aya sampai sebatas dada.

Tangan Ayres lagi-lagi terangkat mengusap puncak kepala Aya, menatap Aya sekilas lalu mengecup kening Aya sebentar.

"Jadi pengen nikahin kamu," gumam Ayres seraya terkekeh pelan.

"Good night, and good sleeping, hope you have a nice dream! I proud have u baby, I love u so much!" bisik Ayres lalu kembali mengecup kening Aya.

Ayres berlalu pergi keluar dari kamar Aya, menutup pintu secara perlahan tak ingin sang empu terusik, Ayres berjalan menuruni tangga dan berpamitan pada Gita.

Saat ini, Ayres sedang duduk di balkon kamarnya, dengan segelas kopi yang ia genggam, pengelihatannya menatap bintang-bintang di langit, lalu tersenyum lirih. "Aku udah berhasil buat dia bahagia, seperti permintaan kamu."

Ingatan tentang kejadian dimasa lalu menguasai pikiran Ayres, entah kejadian apa yang ia pikirkan sampai ia meneteskan air matanya.

"Aku takut, ini bukannya malah buat dia bahagia malah buat dia semakin sedih," gumamnya. "Berpura-pura itu tak semudah yang di bayangkan," lanjut Ayres.

Butiran kecil mengalir di pipi nya, katakan ia lemah, tapi itu kenyataannya, ia tak seceria dan secerewet itu jika bukan karena Aya.

Hembusan angin malam, serta langit yang bertaburan bintang menemani malam Ayres, fisik Ayres ada disana tetapi pikirannya sudah melayang jauh. Ayres menyeruput segelas kopi di tangannya sedikit demi sedikit, merasakan kenikmatan kopi favorit nya.

Ayres mencintai Aya, itu sudah dipastikan, tetapi ada yang masih mengganjal di hati nya. Satu masalah yang membuat ia takut melamar Aya, Mata Ayres terpejam sejenak, lalu kembali terbuka, rasa kantuk menyerang Ayres, ia meminum habis kopi milik nya lalu berjalan menuju tempat tidur.

"Kopi yang baik, tidak memiliki efek samping membuat orang tidak mengantuk," ujar Ayres.

Ayres menatap langit-langit kamarnya, memejamkan mata dan tak lama memasuki akan bawah sadar.

****

Cahaya menyeruak masuk ke dalam kamar Aya, sinarnya tepat di wajah Aya, membuat ia mau tak mau harus membuka mata untuk menyambut pagi hari.

Beranjak dari tempat tidur, ia membuka gorden dan jendela. "Selamat pagi dunia!" pekik Aya.

Aya berencana akan mengontrol kebun bunga milik nya yang kebetulan berada di desa terpencil, ia membuka lahan kebun bunga disana untuk menunjang ekonomi masyarakat pengangguran yang berada di desa.

"Gak sabar banget mau kemah nanti," gumam Aya. Aya memang berencana untuk berkemah di sana minimal semalam saja, kegiatan rutin yang ia lakukan setahun sekali.

Aya mengenakan pakaian santai setelah selesai mandi, ia menyusun baju yang akan ia bawa untuk menginap beberapa hari.

"Aya jangan lupa nanti bibit dari desa di bawa ke sini sebagian," ucap Gita yang tiba-tiba datang.

"Iya Ma, aku bakalan bawa kok," jawab Aya.

"Mau berangkat jam berapa?"

"Nanti jam sepuluh sih,"

"Sama siapa?"

"Sendiri Ma, nantikan disana ada Fahmi yang bakalan ngurus keperluan aku," jelas Aya, Gita hanya mengangguk. "Nanti disana jangan masuk hutan sembarangan ya," peringat Gita.

"Iya Mama ku sayang!" seru Aya.

Akhirnya Aya selesai berkemas, Aya memasukkan semua barang miliknya ke bagasi mobil, tidak banyak hanya satu koper berukuran sedang dan tas sandang berisi berkas.

"Kamu gak pamit sama Ayres?" peringat Sandi.

"Gak usah deh Pah, kan masih bisa telponan."

"Terserah kamu deh."

"Yaudah aku berangkat dulu Mah, Pah!" ucap Aya.

Menyalim tangan kedua orang tuanya,  lalu mencium pipi Mama nya, dan memeluk Papa. Aya masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin lalu menjalankan mobil miliknya, tak lupa mengeluarkan satu tangan dan melambaikan tangannya pada Sandi dan Gita.

****








Jangan lupa vote and komen!
Vote? Komen? Gratis kok!

Flowers in Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang