Bab 12

21 18 86
                                        

Pisah sebentar aja aku ga tahan, apalagi kamu pergi dari hidup aku, meninggoy aja deh.

***

"Jadi kalian akan langsung menikah?" tanya Ayah Ayres.

Ayres mengangguk mantap.

"Lebih cepat lebih baik," timpal Papa Aya.

Mereka pun membahas mengenai rancangan pernikahan, tanggal berapa, di mana, dan perihal tamu undangan. Setelah lama berdiskusi, Papa Aya mengangkat suara.

"Kalau begitu kalian akan dipisahkan, sebelum akad nikah," ucap nya.

Ayres cemberut, ini yang ia takutkan, adat atau mungkin tradisi yang mengharuskan mempelai tidak boleh bertemu.

"Gak usah pake acara begitu juga kali Pa," gerutu Ayres.

"Itu harus, biar pas liat Aya di hari H bakalan makin sakral rasanya."

Ayres mendengus kesal, yang dibalas tawaan oleh yang lainnya.

Sekarang Aya sedang mengantarkan Ayres menuju halaman rumahnya, karena hari yang sudah larut mengharuskan Ayres pulang ke rumahnya.

"Kalo gitu aku pulang dulu," pamit Ayres.

"Hati-hati di jalan," ucap Aya.

Ayres menyodorkan tangannya, Aya pun paham lalu membalas uluran tangan Ayres.

"Kenapa harus ada acara salim-saliman kan belum sah?" tanya Aya.

"Latihan aja, biar kalo udah sah ga kaku lagi."

"Udah sana, ingat ya, hati-hati di jalan!" ucap Aya sembari terkekeh geli.

Ayres cemberut.

"Kenapa lagi?" tanya Aya, berusaha sabar menghadapi bayi besar ini.

"Gak mau ungkapin kata-kata perpisahan gitu? Kita ini mau di pisahin tiga hari loh!"

Aya memutar mata jengah. "Cuman tiga hari sebelum hari pernikaha, gak usah lebay Res."

"Nanti kalo aku udah ga tahan mau ketemu kamu, aku datang kesini aja ya." Ucapnya.

Aya mengepalkan tangan, mengancam Ayres. Bukannya takut Ayres malah tertawa pelan, sangat menggemaskan.

Ayres mengacak rambut Aya gemas, lalu mengecup singkat keningnya.

Aya terdiam, mencerna apa yang baru saja terjadi, menyadari bahwa Aya akan mengamuk Ayres langsung masuk ke dalam mobil dan mengunci nya.

"Bye! Calon istri!" ucapnya sebelum menjalankan mobil keluar dari pekarangan rumah Aya.

***

Seorang lelaki menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan bosan, sesudah terhitung seharian penuh ia tak dapat menghubungi Aya, mendengar suara nya pun belum.

Bunda Ayres bilang, Aya dan Ayres tidak oleh kontrakan sebelum hari H.
Memikirkan nya membuat Ayres jengah.

"Kira-kira Aya lagi ngapain ya?" gumam Ayres.

Sekarang yang berada di pikirannya, hanya Aya dan terus Aya.  Ia menyambar kunci mobi kurang seharian ini berada di atas nakas, lalu berjalan keluar dari rumah tanpa sepengetahuan Ayah dan Bunda 'nya.

Sementara di lain tempat, seorang gadis sedang bersantai di atas kasur, ditemani labtop yang menampilkan salah satu drama, tak lupa juga sepiring camilan lengkap dengan coklat hangat.

Aya sesekali tertawa melihat adegan lucu dari drama itu, Aya benar-benar bersantai tanpa memikirkan apa yang terjadi d luar sana. Memang, sangat jarang Aya mengambil cuti dan ini adalah pertama kalinya cuti tanpa ada pekerjaan menganggu.

Atensi nya teralihkan saat ada yang mengetuk pintu balkon, Aya was-was tentunya. Hendak memanggil papanya tetapi ia urungkan saat mendengar suara orang itu.

"Ayana!" panggil nya.

Aya membukakan pintu balkon, Ayres langsung masuk. Ya, orang yang mengganggu ketenangan Aya adalah Ayres, dengan segala kenekatannya ia berhasil sampai di kamar Aya tanpa ada yang mengetahui.

"Kenapa disini?" tanya Aya.

"Kan kangen," jawab Ayres.

Aya menggelengkan kepala, kenapa calon suami nya sangat berbeda saat di depan publik? saat bersamanya akan seperti bayi besar yang merengek pada ibunya bertimbal balik saat di depan publik, Ayres akan terlihat bijaksana tanpa ada kekurangan.

"Baru juga satu hari ga ketemu."

"Emangnya kamu gak kangen?"

"Biasa aja, 'kan abis ini nikah."

"Iya juga sih, tapi aku tetep aja kangen."

"Iya deh iya," ucap Aya. Tidak akan ada habisnya jika Aya tetap menjawab segala ocehan Ayres.

Saat ini Ayres dan Aya sedang duduk di balkon kamar Aya, dengan posisi Ayres yang berbaring dengan bantalan paha Aya.

Aya mengelus lembut rambut Ayres, memandangi wajah Ayre yang sedang menutup mata. Sangat sempurna, ciptaan tuhan satu ini seperti tak memiliki satu celah pun.

"Aku tau aku ganteng," ucap Ayres.

Aya gelagapan, sepertinya ia ketahuan sedang memperhatikan Ayres.

Ayres sangat suka melihat Aya yang seperti ini, karena ia tau Aya bukan tipe orang yang dapat mengungkapkan perasaan secara terang-terangan, tetapi malah dengan tindakan yang ia lakukan.

Berbeda dengan Ayres yang akan berterus terang dalam hal mengungkap kan perasaan.

"I love you Ayana Adsila Azhara!" ungkap Ayres.

Pipi Aya bersemu merah.

"Me too," balasnya.

Ingin menghilangkan rasa malu, Aya segera mengalihkan percakapan. "Kenapa kesini? Ayah Bunda tau?"

Ayres menggeleng.

"Kok lemes gini? Belum makan ya?" tebak Aya.

Ayres semakin membuat wajah nya semenyedihkan mungkin, untuk menarik perhatian Aya.

"Lemes pren, belum di suruh makan sama Ayang." ucap Ayres.

"Puk!"

Aya memukul pelan bahu Ayres, yang dibalas ringisan pelan.

"Belum juga nikah udah KDRT aja!" gerutu Ayres.

Aya tertawa lepas, sedangkan Ayres masih dengan wajah cemberut nya.

"Dasar calon istri durhaka!" cibirnya.

****





TBC...
Komen Next yuk!
Vote? Komen? Gratis kok!
Instagram: @ln.azmi

Flowers in Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang