Setelah kesedihan yang panjang, apa benar akan ada kebahagian yang panjang pula? kalau benar, akan ku hadapi semua masalah ini
_______________
"Bunganya sudah bisa langsung di letakkan pada tempatnya ya," ucap Ayres.
Aya mengangguk, lalu mengarahkan para karyawan untuk menempatkan bunga-bunga itu.
Aya juga ikut andil dalam hal mengatur penempatan bunga itu, pelanggan kali ini sangat berarti bagi Aya dan Ayres.
"Udah selesai nih buk," ucap Jingga-salah satu karyawan Aya.
"Kalian bisa langsung kembali ke toko ya, dan juga toko bisa langsung di tutup."
"Loh kok tutup buk?" tanya Jingga.
"Kalian udah kerja keras hari ini, jadi toko tutup awal," jawab Aya tersenyum.
Jingga menatap Aya kagum, sangat beruntung memiliki bos seperti Aya.
Aya melangkahkan kaki keluar dari gedung itu, tapi langkahnya terhenti saat suara Ayres menginterupsi 'nya.
"Bisa bicara sebentar?""Ada apa? Bunga kurang?" tanya Aya.
Ayres terkekeh, lalu menggeleng pelan. "Bukan masalah pekerjaan kok, bisa bicara santai dulu?" tanya Ayres.
"Jangan bawa masalah pribadi," peringat Aya.
Ayres menghela nafas. "Kalo bukan dari pekerjaan kita gak bakalan ketemu Aya, Lo ngilang terus."
"Oke," ujar Aya.
Sekarang Aya dan Ayres sedang berada di kantin kantor Ayres, dengan dua gelas cappuccino, mereka saling diam, hening sempat tercipta beberapa waktu.
"Sampai kapan?" tanya Ayres memulai pembicaraan.
"Bisa bicara dengan jelas?" tanya Aya balik.
"Sampai kapan kita begini? terus ngehindar dari masalah."
"Sampai Lo sadar sama kesalahan Lo!" sengit Aya.
Ayres diam, ternyata Aya masih belum bisa memaafkan nya, dan benar saja, hanya karena rasa 'kepercayaan' Aya yang dulu sangat ia sayangi jadi seperti ini.
"Gue sadar gue salah, gue sekarang tau seberapa penting rasa kepercayaan itu, dan gue bakalan selalu berusaha percaya sama Lo dari pada orang lain," ucap Ayres.
Aya hanya diam, ia masih butuh waktu, sebenarnya ia tak terlalu mempermasalahkan kesalahan Ayres beberapa waktu lalu, ia hanya masih bimbang dengan teror yang selama ini ia dapat.
Aya takut teror yang ia dapatkan selama ini akan jadi kenyataan, Aya hanya takutkan bimbang.
"Kasih gue beberapa minggu lagi, gue bakalan balik kok, jangan terlalu dipikirin, gue juga udah maafin Lo," ungkap Aya.
"Terus? Kenapa Lo gak mau balik ke rumah kita lagi?" tanya Ayres.
"Masih ada satu hal yang perlu gue kerjain, dan karena itu gue harus tinggal di apartemen," jelas Aya.
Aya tak ingin memberitahu Ayres tentang apa yang selama ini ia dapat, tentang teror yang ia dapatkan, atau mungkin tentang kode-kode aneh yang ia dapatkan.
Aya akan mencari sendiri kebenaran dari teror itu, ia akan membuktikan bahwa semua teror yang ia dapat hanya omong kosong semata.
"Apa boleh gue Baim ke apartemen Lo?" tanya Ayres.
Aya mengangguk. "Tentu boleh, Lo boleh datang kapan pun," ucap Aya.
Ayres tersenyum sendu, andai Vinzo tidak datang mencampuri urusan Aya dan Ayres mungkin hubungan mereka tak akan seberang akan ini, banyak sekali kekhawatiran yang muncul di benak Ayres, tak tak mampu ia ungkapkan.
Takut akan Aya pergi darinya, takut Aya akan meninggalkannya, dan takut akan ada lagi orang dari masa lalu yang datang.
"Gue pergi dulu, masih banyak yang harus gue kerjain," pamit Aya.
Ayres mengangguk, tangannya naik mengusap puncak kepala Aya, mengecup sejenak kening Aya. "Kalo Lo butuh bantuan, minta tolong sama gue ya," ucap Ayres.
Aya mengangguk, lalu beranjak meninggalkan kantor Ayres, sekarang tujuannya adalah menemui Vinzo.
***
"Jadi gimana?" tanya Aya.
"Cepat atau lambat kita bakalan nemuin orang ini Aya," ucap Vinzo.
Aya dan Vinzo melanjutkan penyelidikan mereka tentang siapa yang mengirim teror-teror itu pada Aya.
Entah kenapa Vinzo mau ikut membantu Aya dengan senang hati, Aya sempat curiga, tapi menipis rasa curiga itu, dan setuju bekerjasama dengan Vinzo.
"Prediksi Lo kapan pelaku nya akan ketemu?" tanya Aya.
Vinzo mengetuk-ngetuk dagu, seolah berpikir keras. "Gak pasti sih, kalo lagi rajin, gue bakalan ketemu dalam dua hari ini, tapi kalo lagi malas bisa nyampe seminggu."
"Lo niat bantuin gue gak sih?" tanya Aya kesal, terkadang Vinzo itu bisa sangat menyebalkan.
"Niat sih, tapi kalo udah ada rasa malas, gue ga bisa apa-apa," cengir Vinzo.
Aya hanya mendengus kesal, menanggapi perkataan Vinzo.
"Tapi kalo emang Ayres itu bukan ten masa kecil Lo, udah siap sama kenyataan yang sebenarnya?" tanya Vinzo.
Aya diam, ia masih mencerna pertanyaan Vinzo yang sedikit rumit baginya. "Gue juga bingung, tapi kalo tau alasan dari semua ini baru gue bisa ambil keputusan."
"Yaudah, Lo pergi deh dari sini, ganggu konsentrasi gue aja," gerutu Vinzo.
"Perasaan yang manggil gue kesini tuh Lo!" ujar Aya.
Aya masih duduk diam, tak mengindahkan perkataan Vinzo yang menyuruhnya untuk pulang, belakangan ini masalah Aya sangat banyak, ia pun tak tau apakah dirinya bisa menghadapi semua ini, akankah ia siap dengan kenyataan-kenyataan yang mungkin berbanding dengan yang ia harapkan. Aya takut.
"Pulang Lo Putri bunga!" usir Ayres.
Aya mendelik tak suka. "Bilang aja Lo itu grogi dekat-dekat sama gue."
"Kepercayaan dirinya mohon diturunin lagi," ejek Vinzo.
"BACOT LO KUTU BADAK, DASAR DOLPIN!" teriak Aya sebelum ia meninggalkan Vinzo.
***
TBC..
Vote, komen! Itu gratis kokEmot kucing nya dong 😸😸😸😸

KAMU SEDANG MEMBACA
Flowers in Love
RomancePertemuan singkat tetapi berkesan antara Ayana dan Ayres beberapa tahun silam, menciptakan kisah panjang di masa depan. Si fanatik bunga dan Si CEO wedding organizer menjadikan kisah ini lumayan menarik, akankah akhirnya mereka bersatu, atau mungki...