Why?

7.2K 816 116
                                    


"D-dia.. dia hanya.." lidah wanita itu kelu, ia meremas ujung dressnya kemudian melanjutkan.

"Di-dia hanya teman lamaku."

"Teman lama? Berarti kau mengenalnya! Kau berbohong padaku, Lalisa!"

"Maaf, aku hanya t-takut Oppa marah.."

Jungkook menggerang, "Ya!! YA AKU MARAH KARENA KAU BARU SAJA BERBOHONG PADAKU, LALISA!"

Lisa semakin terisak pilu, wanita itu kemudian ditarik, didudukkan disisi kasur oleh Jungkook.

Jungkook sebenarnya sangat tidak ingin melihat wanitanya menangis seperti ini. Sangat menyakitkan, sangat membuatnya tersiksa. Tetapi, tidak ada yang bisa mengalahkan bagaimana keposesifan pria Jeon ini. Semuanya terlalu kecil jika harus dibandingkan dengan sifat posesif milik Jungkook.

"Hikh."

"Berhenti menangis." Jungkook berbicara lembut, tidak ada ketegasan lagi karena tidak mau Lisa semakin terisak.

"Ma-maaf."

"Jangan melakukannya lagi." Lisa mengangguk, membalas pelukan Jungkook ketika tubuhnya direngkuh.

"Jung Jaehyun adalah salah satu teman Nyonya ketika masih sekolah menengah atas, Tuan."

"Jadi,, dia mengenal istriku sebelum aku?"

Kevin mengangguk, "Dari informasi yang saya dengar dari Lee Taeyong yang diketahui teman sekelas Jung Jaehyun dahulu. Jung Jaehyun sempat memiliki perasaan pada Nyonya Lalisa." Jungkook menaikkan sebelah alisnya, ia memang telah mengetahuinya.

"Lalu?"

"Nyonya Lalisa selalu menolak Jung Jaehyun ketika dia menyatakan perasaannya. Tapi, saat mereka menginjak kelas sebelas semester dua, Jung Jaehyun kembali menyatakan perasaannya."

Kevin menjeda sejenak, melirik Jungkook yang menaikkan salah satu kakinya diatas kaki lainnya.

"Nyonya Lalisa tetap tidak menerimanya. Setelahnya, Jung Jaehyun pindah sekolah ke Australia."

Jungkook sedikit lega, tetapi ia tetap was-was karena pasti Jaehyun tidak akan pernah melupakan Lisa karena sempat menaruh rasa pada istrinya itu. Jungkook takut Jaehyun akan mengambil istrinya. Tetapi, harus Jungkook ketahui satu hal. Kalau Lisa hanya mencintainya.

"Baiklah. Kau bisa pergi." Kevin membungkuk hormat, mengundurkan diri setelahnya.

"Kumusnahkan apa bagaimana?"

Lisa menatap Jungsan dengan binaran dikedua bola matanya. Melihat bagaimana lucunya mulut anak bayinya itu mengerucut, tangannya yang mengepal dan gelinjangan kecil membuat Lisa merasa amat gemas dan senang.

"Nyonya." Lisa menoleh, mengalihkan pandangannya dari Jungsan yang berada didalam rengkuhannya.

"Ya, Evy-ssi?"

Evy menunduk dalam, meremas ujung seragam pelayannya. "B-boleh saya mengantarkan kopi pada Tuan?"

"Huh?" Evy gelagapan, Lisa menatapnya dengan kernyitan didahi.

"M-maksud saya--"

"Ahh.." Lisa mengangguk-anggukkan kepalanya dua kali. "Aku mengerti, terima kasih telah membantu, Evy." Lisa memahaminya dengan berfikir, jika Evy akan menggantikannya sementara waktu untuk mengantarkan Jungkook kopi keruangannya jika pria itu bekerja dirumah. Sebab, Lisa masih dilarang untuk melakukan apa-apa oleh Jungkook, padahal setelah tiga bulan yang lalu.

Evy menggaruk tengkuknya yang terasa panas, gadis itu tersenyum tipis dan menatap Lisa. "Tidak masalah, Nyonya. Saya permisi." Lisa hanya mengangguk, melanjutkan aktivitas sebelumnya. Menonton televisi diruang keluarga bersama Jungsan.

My Possesive Husband✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang