8. Bertahan?

751 83 3
                                    

HAPPY READING

Playlist-0X1=Love Song (I Know I Love You) feat. Seroi

***

'Tetap bertahan dengan semua kepahitan ini ternyata adalah pilihan terburuk dalam hidupku'

***

Kai duduk dikursi meja belajar Teguh, ia enggan meninggalkan Teguh sampai sekarang. Setelah kejadian tadi tiba-tiba Teguh pingsan dan dengan cepat Sabil menghubungi dokter agar datang ke rumah mereka. Ada satu hal yang membuat Sabil tak ingin membawa Teguh ke rumah sakit alasannya karena ia tahu anak pertamanya itu membenci tempat itu.

Teguh membuka matanya perlahan. Saat matanya tengah menjelajahi seisi kamarnya, Teguh mendapati Kai yang sedang melamun di meja belajar miliknya. Perasaan bersalah mulai muncul di hati Teguh. Ia meruntuki perbuatan bodoh yang tadi ia lakukan.

"Kai maaf," gumam Teguh terus menerus mengatakan kalimat itu dengan pelan.

Kai yang kaget karena Teguh sudah sadar langsung berdiri dan menghampiri Teguh. Rasa penasaran di hatinya tak kunjung hilang, saaat ini Kai hanya ingin bertanya apa penyebab Teguh melakukan hal seperti itu.

"Kenapa bangun? Gak sekalian jangan bangun aja? Itu mau kamu kan Teguh?" ucap Kai sedikit sinis. Jujur saja ia marah pada dirinya sendiri karena Teguh tak bisa membagi isi hatinya dengannnya dan memilih untuk mengakhiri hidupnya seperti tadi.

"Maaf Kai."

"Teguh, kenapa lo gak mau bagi masalah lo sama gue, jujur mungkin gue keliatan masih kayak anak-anak tapi lo bisa berbagi masalah lo sama gue." Ini pertama kalinya Teguh melihat Kai semarah ini padanya. Padahal Kai akan selalu berbicara menggunakan aku dan kamu kepada orang-orang yang dia sayangi dan jika ia merubahnya dengan lo dan gue berarti dia sedang sangat marah pada seseorang.

Teguh menghela nafas, "Gue takut Kai, gue takut banget. Gue gak pantes lagi tinggal sama kalian, gue cuma benalu di keluarga ini." Pertahanan yang ia bangun runtuh, air matanya tak bisa di tahan lagi. Hatinya benar-benar sangat sakit saat ini.

"Jangan ngomong gitu, lo pantes tinggal di keluarga ini. Sangat pantas, lo bahkan selalu membawa nama keluarga kita ini di prestasi yang lo dapat. Lo jangan ngerasa sendirian, kita ini saudara. Lo kakak gue dan gue adek lo. Kita lahir dari Rahim yang sama asal lo tahu aja. Ayo janji jangan ngomong gitu lagi gue gak suka," ucap Kai sambil menghapus air mata Teguh.

"Lo salah Kai, lo salah!"

"Maksud lo?!"

"Gue bukan anak mama sama papa, gue cuma anak pungut di sini. Maaf, gue selalu iri sama lo. Sekarang gue gak pantes iri lagi sama lo." Air matanya tak berhenti mengalir, "Lo tahu Kai? Kalau gue boleh ngomong jujur gue benci sama lo. Lo selalu dapat perhatian semua orang. Sedangkan gue? Gue cuma debu di keluarga ini yang gak pernah di anggap."

Kai diam mencerna semua apa yang akan di katakan Teguh.

"Seharusnya gue gak iri kan? Lo penyakitan, sedangkan gue enggak. Tapi kenapa rasanya walaupun gue gak penyakitan gue selalu sakit hati dan iri sama lo?"

"Jadi lo itu enak ya? Lo gak akan pernah salah di mata semua orang."

Sebelum Teguh melanjutkan ucapannya Kai menyelimuti tubuh Teguh dan menatapnya dengan senyuman manis.

"Diem, udah cukup! Lo harus istirahat," ucap Kai lalu mematikan lampu di kamar Teguh dan ia kembali ke kamarnya.

Dada Kai rasanya sangat sesak mendengar Teguh berbicara seperti tadi. Hatinya begitu teriris, rasa penasarannya belum terpecahkan sepenuhnya. Haruskah Kai bertanya pada kedua orang tuanya?

Way Home : TXT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang