7. Kenyataan

696 81 2
                                    

HAPPY READING

Playlist-Ice Cream [ Tomorrow x Together]

***

'Kapan kita akan menerima kenyataan pahit ini?'

***

Seharusnya hari minggu itu menjadi hari yang menyenangkan untuk Satya, seharusnya dia bisa bersantai-santai seharian dan menghabiskan weekend ini dengan menonton anime favoritnya. Tapi bundanya tak membiarkannya melakukan hal itu. Tiba-tiba saja Renata mengajak anak satu-satunya itu untuk pergi jalan-jalan menghabiskan waktu bersama Ayah tirinya itu.

"Satya, kamu udah siap? Ayo cepetan nanti jalanan keburu macet sayang," ucap Renata sedikit berteriak di depan kamar Satya. Tak usah menunggu lama, Satya sudah siap dengan pakaian rapih dan tampan.

"Ayo," ucap Renata sambil menggandeng tangan Satya.

Reno di bawah menunggu mereka berdua di dalam mobil, saat pintu mobil terbuka Reno tersenyum kepada dua orang yang masuk ke dalam mobilnya itu. Reno dan Renata duduk didepan sedangkan Satya sendirian duduk dibelakang. Tanpa membuang waktu lagi Reno segera melajukan mobilnya.

"Satya, ulang tahun kamu sebentar lagi, mau hadiah apa?" tanya Reno tiba-tiba.

Satya yang sedang fokus dengan ponselnya langsung menatap Reno dengan tatapan yang dalam, Satya belum bisa menerima ayah barunya itu sampai sekarang. Dan Satya benci saat dia bersikap baik pada dirinya, di sini rasanya Satya seperti menjadi peran antagonis.

"Eh iya, hampir aja bunda lupa. For your information ya Satya, ulang tahun kamu sama ayah kamu itu sama sama di bulan desember loh, gimana kalau kita buat perayaan kecil? Nanti ulang tahun Satya sama Ayah Satya di gabung ya di hari ulang tahun kamu, gimana?" tanya Renata dengan sangat exited.

"Bunda cukup, jangan buat Satya lebih menderita bun, jangan panggil dia ayah Satya terus. Ayah Satya itu Andika Pratama bukan dia," ucap Satya tak tahan karena bundanya itu semakin ke sini semakin sering menyebut Reno sebagai Ayah Satya.

"Satya, kenapa kamu bicara begitu?" ucap Renata dengan sedih.

"Udahlah Ren, aku juga faham kok, dia masih belum bisa menerima aku sepenuhnya. Aku ngerti perasaannya karena aku dulu pernah ada di posisinya," ucap Reno sambil tersenyum tulus.

Satya mendenggus kesal, lagi lagi orang itu membuatnya merasa jadi pemeran antagonis. Dalam hati Satya ia merasa sedikit bersalah telah memperlakukan orang lain yang sudah menjadi bagian dari keluarganya itu dengan perilaku buruknya tadi. Tapi, mau bagaimana lagi ego Satya sekarang sudah mengendalikannya, dan ia tak akan pernah menerimanya sebagai ayahnya.

"Bunda, dia tadi nanya Satya mau apa kan? Sekarang Satya mau jawab pertanyaannya. Satya pengen Apartemen, bisa kan? Satya gak pengen tinggal di rumah itu," ucap Satya.

"Diem Satya, jika kamu bicara tak ingin tinggal bersama bunda lagi lebih baik bunda mati saja sekarang," ucap Renata tak tahan dengan perilaku anaknya itu.

"Satya, jika kamu masih benci sama saya, itu hak kamu. Tapi tolong jangan sakiti bunda kamu sendiri," ucap Reno sambil menghembuskan nafasnya berat.

"Maaf."

***

Rumah yang selalu berisi teriakan dan kekacauan kakak beradik adalah hal biasa di rumah kediaman Mahendra. Seperti biasa saat ini Bumi dan Juna sedang saling berteriak memperebutkan sebuah ponsel.

"Bumi balikin ponsel gue!"

"Gak mau, kan sesuai perjanjian kita tadi, yang kalah main game harus pinjemin ponselnya selama seharian penuh," ucap Bumi sambil menjulurkan lidahnya mengejek Juna.

Way Home : TXT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang